MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM




Pendahuluan
A.    Latar belakang
Dewasa ini telah banyak dikembangkan model pengembangan kurikulum. Setiap model pengembangan kurikulum memiliki karekteristik pada pola desain, implementasi, evaluasi dan tindak lanjut dalam pembelajaran.
Dalam praktek pengembangan kurikulum sering terjadi cenderung hanya menekankan pada pemenuhan mata pelajaran. Artinya disiplin ilmu yang terstruktur, sistematis, dan logis. Sehingga mengabaikan pengetahuan dan kemampuan aktual yang dibutuhkan sejalan perkembangan masyarakat.
Oleh karena itu beberapa pakar kurikulum telah merumuskan model pengembangan kurikulum, karena mereka tahu akan perlunya model pengembangan kurikulum ini, agar nantinya model-model yang berlandaskan pada teori-teori yang tepat ini dapat menghasilkan pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan tujuan dari pendidikan itu sendiri.
B.      Rumusan Masalah
1.      Bagaimana model pengembangan kurikulum Ralph Tyler
2.      Bagaimana model pengembangan kurikulum Zais
3.      Bagaimana model pengembangan kurikulum Beauchamp
4.      Bagaimana model pengembangan kurikulum Model Hilda Taba
5.      Bagaimana model pengembangan kurikulum Model Seller and Miller



Pembahasan
1.      Model Ralph Tyler
Dalam bukunya yang berjudul “Basic Principles Curriculum and Instruction”(1949), Tyler menjelaskan tentang pentingnya pendapat secara rasional, menganalisis, menginterpretasi kurikulum dan progam pengajarannya dari suatu pengajaran dari suatu lembaga pendidikan.
Langkah-langkah pengembangan kurikulum yang ia rumuskan adalah sebagai berikut[1]:
a.       Menentukan tujuan pendidikan.
Mengidentifikasi tujuan umum dengan mengumpulkan data dari tiga sumber, yaitu: kebutuhan pesrta didik, masyarakat, dan pendidik atau ahli bidang studi.
b.      Menentukan proses pembelajaran.
Penentuan ini berdasarkan pada latar belakang dan kemampuan dari peserta didik, agar nantinya proses yang diterapkan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
c.       Menentukan organisasi pengalaman belajar.
Setelah proses ditentukan, selanjutnya menentukan organisasi pengalaman belajar. Yang di dalamnya mencakup tahapan-tahapan belajar dan isi atau materi belajar. Bahan yang harus dilakukan, diorganisasikan sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan dalam pencapaian tujuan.
d.      Menentukan evaluasi pembelajaran.
Dalam penilaian ini hendaknya juga sesuai dengan jenis dan sifat dari tujuan pendidikannya. Agar nantinya evaluasi yang akan ditetapkan bisa tepat.

2.      Model Zais
Robert S. Zain dalam bukunya yang berjudul Curiculum Principles and Foundations, Zais mengungkapkan terdapat beberapa model pengembangan kurikulum yang dasar teoritisnya adalah intitusi atau orang yang menyelenggarakan pengembangan, pengambilan keputusan, penetapan ruang lingkup kegiatan yang termat dalam kurikulum, realitas implementasinya pendekatan permasalahan dengan cara pelaksanaannya, penelitian sistematis tentang masalahnya dan pemanfaatan teknologi dalam pegembangan kurikulum, model-model tersebut yaitu:
·         Model Administratif
Model ini merupakan model pengembangan kurikulum yang paling lama dan paling banyak dikenal. Diberi nama model administrasi atau line staff  karena inisiatif dan gagasan pengembangan datang dari administrator pendidikan dan mengunakan prosedur administrasi. Model pengembangan ini bersifat sentralisasi, dari atas ke bawah.
Pengembangan kurikulum dilaksanakan sebagai berikut:
a.       Atasan membentuk tim yang terdiri atas para pejabat teras yang berwenang (pengawas pendidikan, Kepala sekolah, dan pengajar inti).
b.      Tim merencanakan konsep rumusan tujuan umum dan rumusan falsafah yang didikuti.
c.       Membentuk kelompok kerja yang anggotanya terdiri atas para spesialis kurikulum dan staf pengajar yang bertugas merumuskan tujuan khusus, GBPP, dan kegiatan belajar.
d.      Hasil kerja dari 3 butir direvisi oleh tim atas dasar pengalaman atau hasil try out.
e.       Setelah try out yang dilakukan oleh beberapa kepala sekolah, dan telah direvisi seperlunya baru kemudian kurikulum tersebut didimplementasikan.
·         Model Grass-Roots
Pengembangan kurikulum model ini kebalikan dari model adaministratif. Model Grass Roots merupakan model pengembangan kurikulum yang dimulai dari arus bawah.. Model Grass Roots lebih demokratis karena pengembangan dilakukan oleh para pelaksana di lapangan, sehingga perbaikan dan peningkatan dapat dimulai dari unit-unit terkecil dan spesifek menuju bagian-bagian yang lebih besar.
Langkah-langkah pengembanagan model ini adalah sebagai berikut :
a.       Inisiatif pengembangannya datangnya dari bawah (para pengajar).
b.      Tim pengajar dari bebrapa sekolah ditambah narasumber lain dari orang tua pessert didik atau masyarakat secara luas yang relevan.
c.       Pihak atasan memberikan bimbingan dan dorongan.
d.      Untuk pemantapan konsep pengembangan yang telah dirintis diadakan lokakarya untuk mencari input yang diperlukan.
 Ada beberapa hal yang harus diantisipasi dalam model ini, diantaranya adalah akan bervariasinya sistem kurikulum di sekolah karena menerapkan partisipasi sekolah dan masyarakat secara demokratis. Sehingga apabila tidak terkontrol (tidak ada kendali mutu), maka cendrung banyak mengabaikan kebijakan dari pusat. (E. Mulyasa, 2006: 99 – 100)[2]

3.      Model Beauchamp
Model ini dikembangkan oleh G. A Beauchamp (1964) seorang ahli kurikulum,
Langkah-langkah model ini sebagai berikut :
a.       Menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut.
b.      Membentuk tim pengembang yang terdiri atas: ahli pendidikan atau kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum dan para ahli bidang ilmu dari luar, para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih,  para profesional dalam sistem pendididikan, dan tokoh-tokoh masyarakat.
c.       Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum
Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar serta kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhan desain kurikulum.
d.      mengimplementasikan kurikulum
e.       Mengevaluasi kurikulum yang berlaku
Setidaknya mencakup beberapa hal yaitu : evaluasi tentang pelaksanakan kurikulum oleh guru, evaluasi desain kurikulum, evalauasi hasil belajar siswa dan evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum.
Data yang diperoleh dari hasil kegiatan evaluasi ini digunakan bagi penyempurnaan sistem dan desain kurikulum serta prinsip-prinsip melaksanakannya.[3]
4.      Model Hilda Taba
Model Hilda Taba merupakan modifikasi dari model tyler. Taba mempercayai bahwa guru merupakan faktor utama dalam pengembangan kurikulum. Menurutnya, guru harus penuh aktif dalam pengembangan kurikulum. Pengembangan ini dilakukan dan guru diposisikan sebagai inovator dalam pengembangan kurikulum.
Model yang dikembangkan oleh Hilda Taba ini atas dasar induktif yang disebut model terbalik, karena biasanya pengembangan kurikulum didahului oleh konsep-konsep yang datangnya dari atas secara deduktif. Sebelum melaksanakan langkah-langkah lebih lanjut, terlebih dahulu mencari data dengan cara melakukan percobaan, kemudian disusun teori atas dasar hasil nyata, baru diadakan pelaksanaan.
Menurut Hilda Taba ada lima langkah dalam perkembangan kurikulum model ini, yaitu[4] :
1.      Mendiagnosis kebutuhan, merumuskan tujuan, menentukan materi, menentukan penilaian, memerhatikan antara luas dan dalamnya bahan, kemudian disusunlah suatu unit kurikulum.
Kesemua itu dilakukan oleh lembaga pendidikan bersama para pendidik. Eksperimen itu diadakan studi yang seksama tentang hubungan antara teori dengan praktik. Perencanaan didasarkan atas teori yang kuat, dan pelaksanaan eksperimen di dalam kelas menghasilkan data-data yang untuk menguji landasan teori yang digunakan.
2.      Mengadakan try out.
Meskipun unit eksperimen telah dilaksanakan sebelumnya, tetapi masih harus diuji di kelas-kelas atau tempat lain. Hal ini dilakukan untuk mengetahui validitas dan kepraktisannya, serta menghimpun data bagi penyempurnaan.
3.      Mengadakan revisi atas dasar try out.
Dari try out di atas tentunya diperoleh beberapa data, data tersebut nantinya digunakan untuk mengadakan perbaikan dan penyempurnaan.

4.      Menyusun kerangka teori kerja.
Apabila dalam revisi sudah baik, selanjutnya para ahli kurikulum menyusun konsep-konsep dasar atau landasan-landasan teori yang akan dipakai.
5.      Mengemukakan adanya kurikulum baru yang akan diimplementasikan dan didesiminasikan.
Dan tahap akhir yaitu menerapkan kurikulum baru ini pada daerah tau sekolah yang lebih luas. Dari sini mungkin akan muncul problem yang harus dihadapi, baik itu berkaitan dengan kesiapan guru-guru, fasilitas, alat dan bahan juga biaya.

5.      Model Seller and Miller
Model pengembangan Seller and Miller merupakan pengembangan kurikulum kombinasi dari model transmisi dan model transaksi (Taba’s dan Robinson). Menurut mereka langkah-langkah pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut[5]:
a.       Klarifikasi orientasi kurikulum
Orientasi ini merefleksikan pandangan filosofis, psikologis dan sosiologis terhadap kurikulum yang seharusnya dikembangkan.
Menurut Seller dan Miller ada tiga jenis orientasi kurikulum, yaitu: transmisi, transaksi dan transformasi.
b.      Pengembangan tujuan
Mengembangkan tujuan umum dan khusus berdasarkan orientasi kurikulum yang bersangkutan.
Tujuan umum dalam konteks ini adalah merefleksikan pandangan orang dan pandangan kemasyarakatan. Oleh karena itu perlu dikembangkannya tujuan-tujuan yang lebih khusus hingga pada tujuan instruksional.
c.       Identifikasi model mengajar
Para pelaksana kurikulum perlu mengidentifikasi strategi mengajar yang akan digunakan yang disesuaikan dengan tujuan dan orientasi kurikulum.
Ada beberapa kriteria yang poerlu diperhatikan dalam menentukan strategi mengajar, yaitu:
§  Disesuaikan dengan tujuan umum maupun khusus
§  Strukturnya harus sesuai dengan kebutuhan siswa
§  Pendidik harus sudah memahami secara utuh, terlatih dan mendukung model ini
§  Tersedia sumber-sumber yang esensial dalam pengembangan model.

d.      Implementasi
Implementasi sebaiknya dilaksanakan dengan memperhatikan komponen-komponen progam studi, identifikasi sumber, peranan, pengembangan profesional, penetapan waktu, komunikasi, dan sistem monitoring.




Penutup
1.      Kesimpulan
Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain, menerapkan dan mengevaluasi suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan. Yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum adalah langkah atau prosedur sistematis dalam proses penyusunan suatu kurikulum.
Model pengembangan kurikulum tidak hanya mementingkan aspek baik atau tidaknya teori yang digunakan. Akan tetapi model pengembangan kurikulum ini lebih luas memperhatikan peserta didik secara khusus dan umumnya masyarakat. Hal ini juga menjadi acuan terciptanya tujuan dari suatu pendidikan, karena pendidikan bukan hanya untuk membuat peserta didik pintar saja, melainkan juga agar peserta didik mampu mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajarinya sesuai kebutuhan masyarakat.

Daftar Pustaka
1.      Prof. Drs. H. Dakir “ Perencanaan & Pengembangan Kurikulum”, (Penerit Rineka CIPTA,2010),
2.      Prof.Dr. Nana Syaodih Sukmadinata “Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek” ,(Penerbit PT Remaja Rosdakarya – Bandung ,1997


[1] http://dyahandita.blogspot.com/2012/04/1.html?m=1 dinukil pada tanggal 27 mei 2015 pukul 2:52
[2] Prof. Drs. H. Dakir “ Perencanaan & Pengembangan Kurikulum”, (Penerit Rineka CIPTA,2010), hlm : 105-106
[3] Prof.Dr. Nana Syaodih Sukmadinata “Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek” ,(Penerbit PT Remaja Rosdakarya – Bandung ,1997), hlm: 163-164
[4] Prof.Dr. Nana Syaodih Sukmadinata “Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek” ,(Penerbit PT Remaja Rosdakarya – Bandung ,1997), hlm 166-167

0 Response to "MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM"

Post a Comment