MAKALAH TEORI KOMUNIKASI KELOMPOK



BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG 

                komunikasi dalam kelompok merupakan bagian dari kegiatan-keseharian kita sejak kita lahir, kita sudah mulai bergabung dengankelompok primer yang paling dekat, yaitu keluarga kemudian seiring dengan perkernbangan usia dan kemampuan intelektualitas, kita masuk dan terlibat dalam kelompok- kelompok sekunder seperti sekolah, lembaga agama, tempat pekerjaan dan kelompok sekunder lainnya yang sesuai dengan minat dan ketertarikan kita.

 kelompok merupakanbagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan kita, karena  melalui kelompok, memungkinkan kita dapat berbagi informasi, pengalaman dan pengetahuan kita dengan anggota kelompok lainnya modal teori komunikasi kelompok ini, akan terdiri dari empat kegiatanbelajar yaitu prinsip-prinsip dasar komunikasi dalam suatu kelompok group communication' memahami komunikasi dalam kelompok.

B.RUMUSAN MASALAH
            Agar penulisan makalah ini tersusun secara sistematis dan terarah,maka rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini sebagai berikut:
1.Apakah teori komunikasi kelompok.?
2.Apa saja teori komunikasi kelompok.?
3.Bagaimana bentuk-bentuk komunikasi kelompok.?

C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.Sebagai pelengkap tugas mata kuliah “Teori KomunikasiTeori Komunikasi Kelompok
2.Alat pembelajaran bagi mahasisiwa tentang sejarah ilmu komunikasi.
3.Untuk mengenali dan memahami bagaimana teori komunikasi kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Komunikasi Kelompok
           
             Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984).
Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk mencapai tujuan kelompok.
             Komunikasi kelompok merupakan hubungan antara manusia dengan masyarakat secara dialektis dalam eksternalisasi, obyektifitas, dan internalisasi. Ekternalisasi adalah pencurahan kehadiran manusia, baik dalam aktifitas maupun mentalitas.Melalui eksternalisasi, manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Obyektifitas adalah disandangnya produk-produk aktifitas suatu realitas yang berhadapan dengan para produsennya (manusia) dalam suatu kefaktaan yang eksternal terhadap yang lain, dari pada podusennya sendiri.
            Internalisasi adalah peresapan kembali realitas oleh manusia dan mentranformasikannya sekali lagi struktur-struktur dunia obyektif ke dalam struktur-struktur kesadaran subyektif.Komunikasi kelompok dapat dikatakan sebagai disiplin karena komunikasi kelompok ini mempunyai ruang lingkup, menunjukkan kemajuan dalam pengembangan teori serta mempunyai metodologi riset, kritik, dan penerapan.[1]


A.Konsep dasar teori komunikasi kelompok

          Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas kita sehari-hari. Kelompok baik yang bersifat primer maupun sekunder, merupakan wahana bagi setiap orang untuk dapat mewujudkan harapan dan keinginannya berbagi informasi dalam hamper semua aspek kehidupan. Ia bias merupakan media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi (keluarga sebagai kelompok primer), ia dapat merupakan sarana meningkatkan pengethuan para anggotanya (kelompok belajar) dan ia bias pula merupakan alat untuk memecahkan persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota (kelompok pemecahan masalah).  
Jadi, banyak manfaat yang dapat kita petik bila kita ikut terlibat dalam seuatu kelompok yang sesuai dengan rasa ketertarikan (interest) kita. Orang yang memisahkan atau mengisolasi dirinya dengan orang lain adalah orang yang penyendiri, orang yang benci kepada orang lain (misanthrope) atau dapat dikatakan sebagai orang yang antisosial.
Ada empat elemen yang muncul dari definisi yang dikemukakan oleh Adler dan Rodman tersebut,yaitu : Elemen pertama adalah interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang penting, karena melalui interaksi inilah, kita dapat melihat perbedaan antara kelompok dengan istilah yang disebut dengan coact.
 Coact adalah sekumpulan orang yang secara serentak terkait dalam aktivitas yang sama namun tanpa komunikasi satu sama lain. Misalnya, mahasiswa yang hanya secara pasif mendengarkan suatu perkuliahan, secara teknis belum dapat disebut sebagai kelompok. Mereka dapat dikatakan sebagai kelompok apabila sudah mulai mempertukarkan pesan dengandosen atau rekan mahasiswa yang lain.Elemen yang kedua adalah waktu. Sekumpulan orang yang berinteraksi untuk jangka waktu yang singkat, tidak dapat digolongkan sebagai kelompok. [2]

Kelompok mempersyaratkan interaksi dalam jangka waktu yang panjang, karena dengan interaksi ini akan dimiliki karakteristik atau ciri yang tidak dipunyai oleh kumpulan Yang bersifat sementara.Elemen yang ketiga adalah ukuran atau jumlah partisipan dalam komunikasi kelompk. Tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah anggota dalam suatu kelompok. Ada yang memberi batas 3-8 orang, 3-15 orang dan 3-20 orang. Untuk mengatasi perbedaan jumlah anggota tersebut, muncul konsep yang dikenal dengan smallness, yaitu kemampuan setiap anggota kelompk untuk dapat mengenal dan memberi reaksi terhadap anggota kelompok lainnya.
Dengan smallness ini, kuantitas tidak dipersoalkan sepanjang setiap anggota mampu mengenal dan memberi rekasi pada anggota lain atau setiap anggota mampu melihat dan mendengar anggota yang lain/seperti yang dikemukakan dalam definisi pertama.
Elemen terakhir adalah tujuan yang mengandung pengertian bahwa keanggotaan dalam suatu kelompok akan membantu individu yang menjadi anggota kelompok tersebut dapat mewujudkan satu atau lebih tujuannya.[3]

B.Teori-teori dalam komunikasi kelompok
    a)   Teori Perbandingan Sosial
            Kita selalu membandingkan diri kita dengan orang lain dan kelompok kita dengankelompok lain. Hal-hal yang dibandingkan hampir semua yang kita miliki, mulai dari status sosial, status ekonomi, kecantikan, karakter kepribadian dan sebagainya. Konsekuensi dari pembandingan adalah adanya penilaian sesuatu lebih baik atau lebih buruk dari yang lain. Melalui perbandingan sosial kita juga menyadari posisi kita di mata orang lain dan masyarakat. Kesadaran akan posisi ini tidak akan melahirkan prasangka bila kita menilai orang lain relatif memiliki posisi yang sama dengan kita.
            Prasangka terlahirketika orang menilai adanya perbedaan yang mencolok (Myers, 1999). Dalam masyarakat yang perbedaankekayaan anggotanya begitu tajam prasangka cenderung sangat kuat. Sebaliknya bila status sosial ekonomi relatif setara prasangka yang ada kurang kuat.[4]
Para sosiolog menyebutkan bahwa prasangka dan diskriminasi adalah hasil dari stratifikasi sosial yang didasarkan distribusi kekuasaan, status, dan kekayaan yang tidak seimbang diantara kelompokkelompok yang bertentangan (Manger, 1991).
Contoh kasus: Adanya perbedaan pendapat dan adanya perbedaan tujuan disebuah kantor ada sebuah perbedaan sosial yaitu antara atasan dan bawahan, manajer dan karyawan dengan ini biasanya sering terjadi konflik atau masalah dan juga kerjaan yang menumpuk , karyawan yang tidak disiplin dan adanya perbedaan gaji ini dapat menjadi suatu konflik perbandingan sosial dan dimana ada juga sama-sama karyawan tapi dibedakan gaji dan fasilitas ini juga salah satu perbandingan sosial yang jelas akan menimbulkan suatu konflik.
b)   Teori Percakapan Kelompok
Teori percakapan kelompok ini sangat berkaitan dengan produktivitas kelompok atau upaya-upaya untuk mencapainya melalui pemeriksaaan masukan dari anggota (member input), variable-variabel perantara (mediating variables), dan keluaran dari kelompok (group output). Masukan atau input yang berasal dari anggota kelompok dapat diidentifikasikan sebagai perilaku, interkasi dan harapan-harapan (expectation) yang bersifat individual.
Sedangkan variable-variabel perantara merujuk pada strukturstruktur formal dan struktur peran dari kelompok seperti status, norma, dan tujuan-tujuan kelompok. Yang dimaksud dengan output kelompok adalah pencapaian atau prestasi dari tugas atau tujuan kelompok. Produktivitas dari suatu kelompok dapat dijelaskan melalui konsekuensi perilaku, interaksi dan harapan-harapan melalui struktur kelompok. Dengan kata lain, perilaku, interaksi dan harapan-harapan (input variables) mengarah pada struktur formal dan struktur peran (mediating variables) sebaliknya variabel ini mengarah pada produktivitas, semangat dan keterpaduan (group achievement).
Contoh kasus : ketika ada suatu kelompok suku budaya yaitu budaya batak dan jawa yang membedakan antara bahsa dan konotasi dalam pengucapan kalau jawa terkenal dengan kelembutannya akan tetapi suku batak yang terkenal dengan suara keras dan lantang ini terkadang menjadi suatu problem karna pada dasar nya orang-orang di indonesia terlalu sensitif oleh karna itu dari kedua suku akan menimbulkan konflik apabila ada suatu percakapan yang sebenernya biasa saja tapi kalau ditanggapi dengan konotasi suara yang kencang akan menimbulkan seperti suatu emosi dan dengan kelmbutan di anggap tidak keseriusan dan ini dapat menjadi konflik antara suku-suku yang ada di indonesia.[5]

c)    Teori Pertukaran Sosial

Teori pertukaran sosial ini didasarkan pada pemikiran bahwa seseorang dapat mencapai satu pengertian mengenai sifat kompleks dari kelompok dengan mengkaji hubungan di antara dua orang (dydic relationship). Suatu kelompok dipertimbangkan untuk kumpulan dari hubungan antara dua partisipan tersebut.
Perumusan tersebut mengasumsikan bahwa interaksi menusia melibatkan pertukaran barang dan jasa, dan bahwa biaya (cost) dan imbalan (reward) dipahami dalam situasi yang akan disajikan untuk mendapatkan respon dari individu-individu selama interaksi sosial.
            Contoh Kasus : Hubungan suami istri melalui sebuah ikatan pernikahan. Pola-pola perilaku dalam sebuah pernikahan, hanya akan langgeng manakala kalau semua pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku seseorang dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut tidak ditampilkan. Banyak perceraian diantara pasangan suami istri terjadi karena salah satu di antara mereka merasa tidak terjadi kecocokan dengan pasangannya serta merasa dirugikan dengan ikatan pernikahan tersebut. 
C.Macam-macam klasifikasi bentuk komunikasi kelompok
          Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.
• Kelompok primer dan sekunder.
            Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.
•Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.
            Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.[6]
•Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif
            John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga:
a. kelompok tugas;
b. kelompok pertemuan; dan
c. kelompok penyadar.
            Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan.
            Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak.
            Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.
D.Komunikasi kelompok dari tinjauan teoritis dan praktis
            Kelompok dalam perspektif interaksional dikemukakan Marvin Shaw sebagai dua orang atau lebih yang berinteraksi satu sama lain dalam suatu cara tertentu, dimana masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pihak lainnya. Suatu kelompok (kecil) adalah kelompok yang terdiri dari dua puluh orang atau kurang, walaupun dalam beberapa hal kita lebih berkepentingan dengan kelompok yang terdiri dari lima orang atau kurang. 

A.TEORI PERBANDINGAN SOSIAL (SOCIAL COMPARISON THEORY)          
            Teori atau pendekatan perbandingan sosial mengemukakan bahwa tindakan komunikasi dalam kelompok berlangsung karena adanya kebutuhankebutuhan dari individu untuk membandingkan sikap, pendapat dan kemarnpuannya dengan individu-individu lainnya. [7]
Dalam pandangan teori perbandingan sosial ini, tekanan seseorang untuk berkomunikasi dengan anggota kelompok lainnya akan mengalami peningkatan, jika muncul ketidaksetujuan yang berkaitan dengan suatu kejadian atau peristiwa kalau tingkat pentingnya peristiwa tersebut peningkat dan apabila hubungan dalam kelompok (group cohesiveness) juga menunjukkan peningkatan. Selain itu, setelah suatu keputusan kelompok dibuat, para anggota kelompok akan saling berkomunikasi untuk mendapatkan informasi yang mendukung atau membuat individu-individu dalam kelompok lebih merasa senang dengan keputusan yang dibuat tersebut.

B.TEORI KEPRIBADIAN KELOMPOK (GROUP SYNTALITY THEORY) 
Dimensi kelompok merujuk pada ciri-ciri populasi atau karakteristik individu seperti umur, kecendekiawanan (intelligence). Sementara ciri-ciri kepribadian atau suatu efek yang memungkinkan kelompok bertindak sebagai satu keseluruhan, merujuk pada peran-peran spesifik, klik dan posisi status. 
            Dinamika kepribadian diukur oleh apa yang disebut dengan sinergi, yaitu tingkat atau derajat energi dari setiap individu yang dibawa dalam kelompok untuk digunakan dalam melaksanakan tujuan-tujuan kelompok. Banyak dari sinergi atau energi kelompok harus dicurahkan ke arah pemeliharaan keselarasan dan keterpaduan kelompok

C. TEORI PENCAPAIAN KELOMPOK (GROUP ACHIEVEMENT THEORY) 
            Teori pencapaian kelompok ini sangat berkaitan dengan produktivitas kelompok atau upaya-upaya untuk mencapainya melalui pemeriksaan masukan dari anggota (member inputs), variabel - variabel perantara (mediating variables), dan keluaran dari kelompok (group output). Masukan atau input yang berasal dari anggota kelompok dapat diidentifikasikan sebagai perilaku, interaksi dan harapan-harapan (expectations) yang bersifat individual. 





D. TEORI PERTUKARAN SOSIAL (SOCIAL EXCHANGE THEORY) 
            Teori pertukaran sosial ini didasarkan pada pemikiran bahwa seseorang dapat mencapai satu pengertian mengenai sifat kompleks dari kelompok dengan mengkaji hubungan di antara dua orang (dyadic relationship). Suatu kelompok dipertimbangkan untuk menjadi sebuah kumpulan dari hubungan antara dua partisipan tersebut. 

E. TEORI SOSIOMETRIK (SOCIOMETRIC THEORY) 

Sosiometri merupakan sebuah konsepsi psikologis yang mengacu pada suatu pendekatan metodologis dan teoretis terhadap kelompok. Asumsi yang dimunculkan adalah bahwa individu-individu dalam kelompok yang merasa tertarik satu sama lain, akan lebih banyak melakukan tindak komunikasi, sebaliknya individu-individu yang saling menolak, hanya sedikit atau kurang melaksanakan tindak komunikasi. 

Tataran atraksi atau ketertarikan dan penolakan (repulsion) dapat diukur melalui alat tes sosiometri, di mana setiap anggota ditanyakan untuk memberi jenjang angka atau rangking terhadap anggota-anggota lainnya dalam kerangka ketertarikan antarpribadi (interpersonal attractiveness) dan keefektifan tugas (task effectiveness).










BAB III
 PENUTUP
A.                Kesimpulan
                 Komunikasi kelompok merupakan komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang yang memiliki tujuan yang sama dan berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan tersebut.Komunikasi yang berlangsung dalam suatu kelompok atau group tentang masalah - masalah yang menyangkut kepentingan banyak orang dalam kelompok. Maka komunikasi kelompok nampak lebih terbuka bila dibanding dengan komunikasi perseorangan.
                 Komunikasi itu dikatakan efektif bila anggota mampu memberikan informasi kepada kelompok menenai suatu program secara selektif, atau dapat dilihat dari aspek prduktifitas. Evektivitas kelompok dapat dilihat dari aspek produktifitas, moral, dan kepuasan [ara anggotanya. Produktifitas kelompo dapat dilihat dari keberhasilan mencapai tujuan kelompok. Moral dapat diamati dari semangat dan sikap para anggotanya. Kepuasan anggota kelompok komunikasi dapat dilihat dari keberhasilan anggotanya dalam mencapai tujuan pribadinya.















DAFTAR PUSTAKA

         Muhammad,Arni.1989.KOMUNIKASI ORGANISASI.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
         West, Richard. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Hunaika.
         Sarwona, Sarlito Wirawan. 2005. Psikologi Sosial, Psikologi Kelompok dan Terapan. Jakarta: Balai Pustaka.
         Drs.Jalaluddin Rakhmat,M.Sc.2013.Psikologi Komunikasi Teori Komunikasi Organisasi (Pemahaman Perilaku Kelompok) #4” Suryanto. 2009. “











[1] Anwar Arifin, 1984 Wiryanto ,2005
[2] Muhammad, Arni. 1989. KOMUNIKASI ORGANISASI. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
[3] Muhammad, Arni. 1989. KOMUNIKASI ORGANISASI

[4] Sarwona, Sarlito Wirawan. 2005. Psikologi Sosial, Psikologi Kelompok dan Terapan                                
[5] Sarwona, Sarlito Wirawan. 2005. Psikologi Sosial, Psikologi Kelompok dan Terapan   
[6] Jalaluddin Rahmat, Pesikologi Komunikasi

0 Response to "MAKALAH TEORI KOMUNIKASI KELOMPOK"

Post a Comment