MAJAZ
Disusun Untuk Memenuhi bahan
diskusi
Mata kuliah Balaghah
Disusun oleh:
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Bahasa Arab –khususnya
balaghah- mengandung nilai-nilai gaya bahasa yang unik dan memiliki peran yang
sangat penting di dalam berkomunikasi dan mengembangkan kebudayaan berbahasa.
Disamping itu Pelajaran Bahasa Arab juga dapat membumikan sastra berbahasa
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan hidup umat manusia. Manusia sering
dikatakan sebagai mahluk yang paling tinggi dibandingkan dengan mahluk lainnya.
Tingginya harkat dan
martabat manusia karena manusia mempunyai akal budi. Dengan adanya akal
budilah, manusia mampu menghasilkan kebudayaan yang cenderung membuat manusia
menjadi lebih baik dan lebih maju. Dengan kebudayaan tersebut manusia
memperoleh banyak kemudahan dan kesenangan hidup. Akal budi pun mampu
menciptakan dan melahirkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan keseluruhan
yang dihasilkan akal budi tersebut dapat dikelola untuk menghasilkan
produk-produk yang dapat dimanfaatkan oleh manusia guna menuju peradaban yang
modern.
Seiring dengan
berkembangnya wawasan manusia akan lebih dapat memilah-milah bagian-bagian yang
positif dan negative untuk diri pribadi dan orang lain. Dengan peradaban
berbahasa manusia yang semakin modern maka pola pikir manusia akan lebih
berkembang. Bergitu juga dalam berbahasa kadang arti dalam kata atau kalimat
mempunyai maksud dan makna tertentu, dimana maksud atau makna tersebut sudah
menjadi hal yang lazim dan dipahami dalam Kebudayaan arab. Majas merupakan
salah satu dari bagian balaghah yang berhubungan dengan pemaknaan kata atau
kalimat yang di gunakan untuk menyatakan maksud dan tujuan berkomunikasi.
Dengan kalimat yang mengandung majas ini menambah keunikan dalam Bahasa Arab.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian dari majaz?
2.
Bagaimana
macam- macam majaz?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Majaz
المجاز هو اللفظ المستعمل في غير ما وضع له لعلاقة
مع قرينة مانعة من إرادة المعنى السابق.
Majaz adalah adalah lafadz yang di gunakan
pada arti bukan semestinya karena ada hubungan beserta adanya qarinah
(petunjuk) yang mencegah dari arti yang lalu (asli).[1]
Dalam kitab البلاغة الميسرة karangan Syekh Abdul
Aziz bin Ali Al Hazby, bahwa pengertian majaz yakni
المجاز هو : لفظ استعمال في غير معناه الاصلي , كأسد في قولك : زيد أسدا
. ولابد من علاقة بين المعنى الاصلي والمجا زي , ومن قرينة تمنع من ارادة المعنى الاصلي. [2]
Hubungan antara makna hakiki dan makna majazi
itu kadang-kadang musyabahah (keserupaan) dan kadang- kadang lain dari
itu (ghairu musyabahah). Dan qarinah itu ada kalanya lafdziyah
dan adakalanya haliyah.[3]
2.2
Macam-macam
majaz
Majaz
pada garis besarnya ada dua jenis, yaitu majaz lughowi dan majaz
‘aqli ;
2.2.1 Majaz lughowi.
Majaz lughowi
adalah salah satu jenis majaz yang ‘illahnya didasarkan pada aspek bahasa.
Majaz ini terbagi kepada dua jenis, yaitu majaz isti’arah dan majaz mursal.
1.
Majaz isti’arah
الإستعارة من
المجاز اللغوي , وهي تشبيه خدف أحد طرفيه, فعلاقتها المشابهة دائما
Isti’aroh adalah satu bagian dari majaz
lughowi. Isti’aroh adalah tasybih yang dibuang salah satu thorf-nya. Oleh
karena itu hubungan antara makna haqiqi dengan makna majazi adalah musyabahaah
selamanya.
Isti’aroh
terbagi menjadi:
·
Ditinjau dari musyabbah bih
a)
Tashrihiyyah yaitu isti’aroh yang musyabbah
bih-nya disebutkan. Contoh: كتاب أنزلناه إليك لتخرج الناس من الظلمات
إلى النّور (ابراهيم : 1)
Kata الظلماتdigunakan
untuk makna kesesatan. Dan kata النّور digunakan untuk makna hidayah dan iman. Hubungan
antara makna hakiki dan makna majazi adalah musyabahah. Qarinahnya adalah
haliyah.
b)
Makniyyah yaitu isti’aroh yang musyabbah
bih-nya dibuang. Contoh: ربّ إنّي وهن
العظم منّي واشتعل الرأس شيبا (مريم:4)
Kata الرأس (kepala) diserupakan dengan bahan bakar. Qarinahnya
adalah menyandarkan kata “menyala” pada “kepala”
·
Ditinjau dari segi lafalnya
a)
Ashliyyah yaitu apabila kata benda yang
dijadikan isti’aroh berupa isim jamid. Contoh:
يا شمس الزّمان وبدره # وإن لامنى فيك
السها والفراقداحبّك
Aku cinta kamu, wahai matahari dan bulan zaman
ini, sekalipun bintang-bintang yang samar dan yang jauh mencaci-makiku karena
menyukaimu.
b)
Taba’iyyah yaitu apabila lafadz yang dijadikan
isti’aroh berupa isim musytaq atau fi’il (kata kerja).
Contoh:سكت عن موسى الغضب أخذ
الألواح ( الأعراف : 154) ولمّا
·
Ditinjau dari segi pengertian yang menghimpun
keduanya
a)
Murasysyahah yaitu
isti’arah yang disertai penyebutan kata-kata yang relevan dengan musyabbah bih.
Contoh:
أولئك الذين
اشتروا الضلالة بالهدى فما ربحت تجارتهم (البقرة : 16)
b)
Mujarradah isti’arah yang disertai dengan penyebutan kata
yang relevan dengan musyabbah. Contoh:
كان فلان أكتب
الناس إذا شرب قلمه من دواته أو غنى فوق قرطاسه
c)
Muthlaqah yaitu isti’arah yang tidak disertai penyebutan
kata-kata yang relevan dengan musyabbah bih maupun musyabbah atau disebutkan
kedua-duanya. Contoh:
ينقضون عهد
الله (البقرة : 27)
·
Ditinjau dari wajhu syabah
a)
Qaribah yaitu isti’arah yang mudah dimengerti sisi
perpaduannya.
Contoh: أسدا
يخطب رأيت
b)
Gharibah yaitu isti’arah yang sulit dimengerti
sisi perpaduannya.
Isti’arah
gharibah dibagi menjadi beberapa bentuk, diantaranya:
§ Kedua ujungnya
hissi dan wajhu syabahnya hissi
Contoh: طه : 88) ) فأخرج لهم عجلا جسدا
له خوار
§ Semua ujungnya
hissi dan wajhu syabahnya aqli(abstrak).
Contoh:وأية لهم الليل نسلخ منه النهار
§ Semua ujungnya
hissi dan wajhu syabahnya berbeda(ikhtilaf).
Contoh:رأيت شمسا وأنت تريد إنسانا كالشمس
§ Semua ujungnya
aqli(abstrak, dan wajhu syabahnyapun aqli.
Contoh:من بعثنا من مرقدنا
§ Musta’ar minhu
hissi, dan musta’ar lah aqli. Sedangkan wajhu syabahnyapun aqli.
Contoh:فاصدع بما تؤمر
§ Musta’ar
minhunya aqli, dan musta’ar lahnya hissi, sedangkan wajhu syabahnya aqli.
§ Contoh:إنّا لمّا طغى الماء
·
Ditinjau dari kedua ujungnya
a)
Inadiyah yaitu yang kedua ujungnya tidak bisa
bersatu sebab bertolak belakang (berlawanan), seperti mengisti’arahkan yang
ma’dum pada yang maujud, orang yang mati kepada yang hidup, seperti: رأيت الميّت في المدرسة
Isti’arah inadiyah
dibagi menjadi dua macam:
a.
Tamlihiyah (agar tampak lucu), seperti:أسدا في المسجد رأيت
b.
Tahakkumiyah ( mengolok-olok), seperti: أسدا أي تريد جبّانا رأيت
b)
Wifaqiyah yaitu yang kedua ujungnya itu dapat
bersatu, seperti pengisti’arahan penghidupan pada pemberian hidayah[5].
Seperti firman Allah:كان ميتا فأحييناه أومن
·
Isti’arah tamtsiliyah
الإستعارة التمثيلية تركيب أستعمل في غير ما وضع له لعلاقة
المشابهة مع قرينة من إرادة المعنى الأصلي
Isti’arah tamtsiliyah adalah suatu susunan kalimat yang digunakan
bukan pada makna aslinya karena ada hubungan keserupaan ( antara makna hakiki
dan makna majazi) disertai adanya qarinah yang menghalangi pemahaman terhadap
kalimat tersebut dengan maknanya yang asli.
Contoh: أنت ترقم على الماء
" engkau melukis dipermukaan air”.
Kalimat ini disampaikan kepada orang yang menekuni suatu urusan yang tidak
mungkin dapat ia capai dengan tuntas[6].
2.
Majaz mursal
Majaz mursal adalah:
الكلمة المستعملة قصدا في غير معناها الأصلي لملاحظة علاقة غير
(المشابهة) مع قرينة دالة على عدم إرادة المعنى الوضعي.
“majaz mursal adalah kata yang digunakan bukan untuk maknanya
yang asli karena adanya hubungan selain musyabahah, serta adanya qarinah yang
menghalangi pemahaman dengan makna asli.”
Hubungan makna asli dan makna majazi dalam majaz mursal antara
lain:
1.
As- sababiyah, yaitu menyebutkan sebab
sedangkan yang dimaksud adalah musabbab.
Contoh:رعت الماشية الغيث, أي النبات
2.
Al- musabbabiyah, yaitu menyebutkan musabbab
sedangkan yang dimaksud adalah sabab.
Contoh:(وينزّل لكم من السّماء رزقا) ( المؤمن:13 ) أي: المطر
يسبّب الرزق
3.
Al-kulliyah, yaitu menyebutkan keseluruhan
sedangkan yang dimaksud adalah sebagian.
Contoh:(يجعلون أصابعهم في اذانهم) (البقرة 19 )أي أناملهم
4.
Al-juz’iyah, yaitu menyebutkan sebagian
sedangkan yang dimaksud adalah seluruhnya.
Contoh: فرجعناك إلى أمّك كي تقرّعينها ولاتحزن
Kata yang
bergaris bawah adalah majaz, karena yang dimaksud bukan hanya mata, tetapi
manusia.
5.
I’tibaaru maa kaana, menyebutkan hal yang terjadi sebelumnya namun
yang dimaksudkan adalah hal yang akan terjadi.
Contoh: واتوا اليتامى أموا لهم (النساء:2)
Kata yang
bergaris bawah adalah majaz, karena Allah memerintah untuk memberikan harta itu
pada anak yatim yang telah dewasa. Jadi, yang dimaksud adalah orang-orang yang
justru telah meninggalkan usia yatimnya.
6.
I’tibaaru maa yakuunu, yaitu menyebutkan hal
yang akan terjadi tapi yang dimaksud adalah hal yang telah terjadi.
Contoh: ) (نوح:27 إنّك إن تذرهم يضلّوا عبادك ولا يلدوا إلا فاجرا
كفارا
Kata yang
bergaris bawah adalah majaz, karena anak yang baru dilahirkan itu tidak bisa
melakukan maksiat dan tidak dapat berbuat kekufuran tetapi mungkin akan
melakukan itu setelah masa kanak-kanak.
7.
Al- mahalliyah, yaitu menyebutkan tempat
perbuatan tapi yang dimaksud adalah yang melakukan perbuatan itu
Contoh: فليدع نادية (العلق :17)
Kata yang
bergaris bawah adalah tempat berkumpul, akantetapi yang dimaksud adalah
orang-orang yang berkumpul ditempat itu, baik keluarga maupun para pembantunya
8.
Al- haliyah, yaitu menyebutkan hal yang
menempati suatu tempat namun yang dimaksud adalah tempatnya.
Contoh:ففي رحمة الله هم فيها خالدون, أي الجنّة
2.2.2
Majaz ‘aqli
Majaz ‘aqli
adalah:
إسنادالفعل, أو ما في معناه (من أسم فاعل , أو
إسم مفعول, أو مصدر)إلى غير ما هو له في الظاهر, من المتكلم, لغلاقة مع قرينة تمنع
من أن يكون الإسناد إلى ما هو له.
“
menyandarkan fi’il atau kata yang menyerupainya (isim fa’il, maf’ul, atau
masdar) pada yang tidak sebenarnya, secara dhohir mutakallim karena adanya
hubungan dan disertai qarinah yang menghalangi dipahaminya sebagai penyandaran
yang haqiqi.
Hubungan majaz
aqli diantaranya:
1.
Penyandaran kepada waktu fi’il
Contoh: من سرّه زمن
ساءته أزمان
Kejelekan dan kebaikan disandarkan pada zaman,
padahal zaman bukanlah pelakunya.
2.
Penyandaran kepada tempat
Contoh:
وجعلنا الأنهار تجرى من تحتهم
Mengalir disandarkan kepada sungai, padahal
yang dimaksud adalah airnya yang mengalir.
3.
Penyandaran kepada sebab
Contoh: بنت الحكومة
كثيرا من المدارس
Pemerintah tidak membangun sekolah-sekolah
dengan tangan mereka sendiri, tetapi mereka memerintah.
4.
Penyandaran kepada masdar
Contoh: سيذكرني قومي
إذا جدّ جدّهم
Bersungguh-sungguh disandarkan pada
kesungguhan, tetapi yang dimaksud adalah menyandarkan pada orang yang
bersungguh-sungguh,
5.
Penyandaran isim mabni fa’il kepada maf’ulnya
Contoh: لاعاصم
اليوم من أمر الله إلاّ من رّحم
Yang dimaksud adalah isim maf’ul yaitu معصوم
6.
Penyandaran isim mabni maf’ul kepada fa’ilnya
Contoh: (: 45الإسراء)وإذا قرأت القران جعلنا بينك وبين الذين لايؤمنون بالاخرة
حجابا مستورا
Yang dimaksud adalah isim fa’ilnya yaitu ساترا [7]
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Majaz secara garis besar ada dua yaitu majaz lughawi dan majaz
aqli. Majaz lughawi adalah penggunaan lafazh bukan untuk makna sebenarnya
karena adanya ‘alaqah baik musyabahah maupun ghair musyabahah. Sedangkan majaz
aqli adalah penisbatan kata kerja (fi’il) atau yang semakna dengannya
kepada lafadz yang bukan sebenarnya karena adanya ‘alaqah.
Majaz lughowi terbagi kepada
dua, yaitu majaz isti’arah dan majaz mursal. Isti’arah adalah
majaz yang ‘alaqah-nya musyabahah (keserupaan). Sedangkan mursal adalah majaz
lughowi yang ‘alaqah –nya ghair musyabahah.
v Macam-macam
isti’arah:
a.
Ditinjau dari musyabbah bih: Tashrihiyyah dan Makniyah
b.
Ditinjau dari segi lafal: asliyah dan
taba’iyah
c.
Ditinjau dari segi pengertian yang menghimpun
keduanya: murasyahah, mujarradah dan muthlaqah.
d.
Ditinjau dari wajhu syabah: qaribah dan
gharibah.
e.
Ditinjau dari kedua ujungnya: inadiyah dan
wifaqiyah.
f.
Isti’arah tamtsiliyah.
v Macam- macam
‘alaqah majaz mursal: sababiyah, musababiyah, kulliyah ,juz’iyah, i’tibaaru maa
kaana, i’tibaaru maa yakuunu, mahaliyah, dan haliyah.
v Macam-macam
hubungan majaz aqli:penyandaran kepada waktu fi’il, tempat, masdar, sebab,isim
mabni maf’ul kepada fa’ilnya,isim mabni fa’il kepada maf’ulnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hasyimi As-Sayyid Al-Marhum
Ahmad, Jawahir Al-Balaghoh, Haromain.
Akhdhori Imam, Jauharul Maknun,
terjemahan: Abdul Qadir Hamid, Surabaya, Al- Hidayah.
Al-Jarim Ali & Musthafa
Amin. 2010. Al-Balaghatul Waadhihah. Surabaya:Toko
Kitab Al-Hidayah.
Dayyab Hifni bek. 1991. Qowaid
AlLughoh Al Arabiyah,terjemahan: DRS.H. Chatibul Umam. Jakarta:Darul
U lum.
[1]
Hifni bek dayyab,1991, Qowaid AlLughoh
Al Arabiyah,terjemahan: DRS.H. chatibul umam,(jakarta:Darul U lum,hal:482-483)
[3]
Ali Al-Jarim & Musthafa Amin, 2010, Al-Balaghatul Waadhihah, (Surabaya:Toko
Kitab Al-Hidayah) hal: 71
[4]
Ali Al-Jarim & Musthafa Amin, 2010, Al-Balaghatul Waadhihah,(Surabaya:Toko
Kitab Al-Hidayah) hal:71-81
[5]
Imam Akhdhori, Jauharul Maknun, terjemahan: Abdul Qadir Hamid,(Surabaya, Al-
Hidayah) hal:178-179
[6]
Ali Al-Jarim & Musthafa Amin, 2010, Al-Balaghatul Waadhihah,(Surabaya:Toko
Kitab Al-Hidayah) hal:97-98
[7]
As-Sayyid Al-Marhum Ahmad Al-Hasyimi, Jawahir Al-Balaghoh, Haromain,
hal:292-296
0 Response to "MAKALAH ILMU BALAGHAH, MAJAZ"
Post a Comment