RESUME TENTANG SAMIN SEDULUR SIKEP

 


SEDULUR SIKEP

ABSTRAK

Saat ini banyak budaya-budaya luhur tersebut yang mulai ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia. Di Indonesia sedang marak dengan konflik sosial (disintegrasi) yang menjuru kepada perpecahan maupun konflik sosial lainnya. Hal tersebut sangat di sayangkan karena Indonesia adalah Negara yang kaya akan pemikiran yang luhur dari sejarah-sejarah lokal. Salah satu pemikiran yang luhur dari sejarah-sejarah lokal tersebut adalah ajaran Sedulur Sikep yang dianut oleh masyarakat Samin. Titik tekan dalam penelitian ini adalah kajian deskriptif filosofi Sedulur Sikep, reintralisasi nilai-nilai tersebut dan relevansi nilai-nilai luhur Sedulur Sikep saat ini.

Kata Kunci: Sedulur Sikep, nilai-nilai luhur, Gandhi Van Java (Surosentiko Samin)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 1

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Indonesia memiliki khasanah tradisi budaya yang sangat beragam.  Tradisi-tradisi  tersebut  mengandung nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Salah satu pemikiran yang luhur tersebut adalah ajaran Sedulur Sikep yang dianut oleh masyarakat Samin. Ajaran sedulur sikep memiliki relevansi dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia seperti  kejujuran, gotong royong, solidaritas, kesatuan dan persatuan.

Namun saat ini, banyak budaya-budaya luhur tersebut yang mulai ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia. Di Indonesia sedang marak dengan konflik sosial (disintegrasi) yang menjuru kepada perpecahan maupun konflik sosial lainnya. Jika ini benar-benar terjadi, akibat jangka panjangnya bagi negeri ini sudah bisa dibayangkan. Hal tersebut sangat di sayangkan karena Indonesia adalah Negara yang kaya akan pemikiran yang luhur dari sejarah-sejarah lokal. Salah satu pemikiran yang luhur dari sejarah-sejarah lokal tersebut adalah ajaran Sedulur Sikep yang dianut oleh masyarakat Samin. Masyarakat Samin merupakan masyarakat yang melakukan perlawanan terhadap Belanda atas kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Belanda dengan tanpa kekerasan. Senjata mereka adalah bahasa.

Sikap perjuangan mereka dapat dilihat dari profil orang samin yakni gaya hidup yang tidak bergelimpangan harta, tidak menjadi antek Belanda, bekerja keras, berdoa, berpuasa dan berderma kepada sesama. Ungkapan-ungkapan yang sering diajarkan antara lain : sikap lahir yang berjalan bersama batin diungkapkan yang berbunyi sabar, nrimo, rilo dan trokal (kerja keras), tidak mau merugikan orang lain diungkapkan dalam sikap sepi ing pamrih rame ing gawe dan selalu hati-hati dalam berbicara diungkapkan “Ojo waton ngomong, ning ngomong kang maton”.  .

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa sajakah nilai-nilai luhur dari ajaran Gandhi Van Java (Surosentiko Samin)?

2.      Bagaimanakah reinternalisasi dan relevansi Sedulur Sikep sebagai warisan nilai-nilai luhur Gandhi Van Java (Soerosentiko Samin)?

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Latar Belakang Sejarah Masyarakat Samin

Masyarakat Samin ialah satu suku di Jawa Tengah tepatnya ada di Kabupaten Blora. Saminisme ini berasal dari pemikiran seorang tokoh yang bernama Samin Surosentiko yang sebenarnya memiliki nama Raden Kohar seorang putra dari Raden Surowijoyo yang sangat membenci Belanda. Tahun 1840 Raden Surowidjojo bertindak sebagai perampok dan menyerahkan hasilnya pada rakyat miskin dan sisanya digunakan untuk mendirikan komunitas Tiyang Sami Amin. Tahun 1859 lahir Raden Kohar anak dari R Surowidjojo yang sering disebut Samin Surosentiko di desa Ploso Kabupaten Blora. Raden Surowidjoyo merupakan putra Raden Mas Adipati Brotodiningrat yang memiliki dua putra yaitu R Ronggowirjodiningrat dan R.Surowidjojo.

Kata Samin sendiri berasal dari kata Sami-sami amin. Kata ini dapat diintrepertasikan sebagai sebuah wujud demokrasi yang berlandaskan pada persetujuan bersama sebagai landasan yang sah yang didukung komponen masyarakat banyak. Persetujuan ini ialah persetujuan sekelompok orang yang kemudian sering disebut dengan Suku Samin. Namun, sekarang Suku Samin tidak mau di sebut sebagai suku Samin maupun masyarakat Samin. Alasan masyarakat Samin tidak mau di panggil wong Samin karena identik dengan perbuatan tidak terpuji,antara lain 1) Samin dianggap kelompok yang tidak mau membayar pajak, 2) Sering membantah dan menyangkal peraturan yang telah di tetapkan, 3) sering keluar masuk penjara, 4) sering mencuri kayu jati, 5) perkawinan tidak dilakukan menurut tatacara islam. Mereka lebih suka di sebut sebagai wong sikep karena diartikan sebagai orang yang mempunyai rasa tanggung jawab atau bertanggung jawab. Komunitas ini telah memiliki system bahasa dan kebudayaan yang berbeda dengan masyarakat Blora pada umumnya sehingga dapat dikatakan bahwa samin merupakan suku yang eksklusif.

Perlawanan terhadap penjajah kolonial Belanda karena takut akan bergesernya status sosial, hal ini dapat dilihat dari tokoh penggerak dari Saminisme itu sendiri yang merupakan petani yang tergolong cukup mampu. Petani yang cukup mampu ini memiliki tanah lebih dari 3 Bahu sedangkan pada saat itu kepemilikan tanah dibatasi sehingga tanah yang boleh mereka miliki berkurang. Berkurangnya tanah ini menyebabkan kurangnya kedudukan mereka di mata rakyat karena ukuran kedudukan saat itu diukur dari luas tanah. Hal ini terkait dengan pengakuan kedudukan seseorang di mata penduduk desa yaitu pemilik sawah atau tanah yang luas ialah orang yang sangat tinggi statusnya sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tanah merupakan ukuran tinggi rendah status dari masyarakat pedesaan.

Selain dari faktor di atas, faktor kebencian akan penjajah dan perlakuan sewenang-wenang dari bumi putera yang menjadi perangkat pemerintah kepada masyarakat menjadi faktor pendorong dari perlawanan masyarakat Samin. Pada dasarnya Suku Samin merupakan suku yang menginginkan persamaan derajat antara satu manusia dengan manusia lain. Dalam hal ini maka gerakan ini menginginkan persamaan derajat antara penduduk pribumi yaitu petani dan bangsa Belanda beserta kaki tangannya yaitu Bumi Putera atau pribumi yang menjadi pegawai Belanda.

Secara rohani setiap suku di Indonesia yang mengharapkan datangnya Ratu Adil juga mengilhami gerakan perlawanan terhadap kolonial Belanda. Hal ini dapat dilihat dari diangkatnya Samin Surosentiko sebagai ratu adil dengan gelar Prabu Panembahan Surya Alam Pada tahun 1907. Dengan diangkatnya Samin Surosentiko sebagai Ratu Adil maka rakyat menganggap bahwa Samin Surosentiko sebagai panutan yang dapat membawa keadilan dan kesejahteraan. Akan tetapi menurut Samin Surosentiko sendiri, Ia tidak mengakui hal itu karena ketika di pengadilan, Samin beserta 8 pengikutnya tidak mengakui hal tersebut sehingga Belanda tidak dapat memberikan hukuman yang berat kepada Samin Surosentiko, hanya dengan membuangnya keluar Jawa untuk meredam gerakan Samin.

Samin sendiri dibagi menjadi dua berdasarkan karakter perilakunya, yaitu:

(1) Samin Sikep

Suku Samin ini memiliki ciri dengan tutur bahasa yang halus dan masih memakai bahasa yang santun kepada orang-orang tua. Salah satu ciri yang lain ialah perlawanan dengan cara perilaku dengan model niteni (memperhatikan miliknya sendiri). Cara ini konkritnya ialah ketika ditarik pajak akan hasil buminya maka ia akan menggunakan pola fikir bahwa tanah yang digarap ialah tanahnya sendiri bukan tanah dari bangsa Belanda mengapa harus membayar pajak untuk miliknya sendiri. Dapat disimpulkan bahwa Samin sikep dengan cara ini menolak pajak sebagai bentuk perlawananya.

(2) Samin Sangkah

Suku Samin memiliki karakter yang berbeda dengan Samin Sikep. Samin Sangkah ditandai dengan tutur bahasa yang kasar kepada bangsa Belanda dan pribumi pegawai Belanda. Pola dari bahasa kasar ini dengan memakai bahasa Jawa Ngoko kepada Belanda berserta kaki tanganya. Pemakaian bahasa ini menunjukan nilai-nilai persamaan derajat yang diusung oleh suku Samin kepada Belanda. Selain itu yang menjadi ciri dari Samin Sangkah ini ialah perilaku dengan model logika berdasarkan perspektif mereka sendiri. Pola ini secara konkrit ialah ketika ditanya berapa jumlah sapi yang dimilikinya maka ia akan menjawab dua walaupun sebenarnya memiliki sapi lebih dari dua. Hal ini sesuai asumsi mereka bahwa sapi mereka hanya dua yaitu jantan dan betina. Perilaku ini dilakukan guna menghindari pajak dari Belanda serta membingungkan Belanda dalam mencari informasi akan gerakanya.

 

B.     Ajaran Masyarakat Samin

Ajaran Ki Samin mengenai kejatmikaan atau ilmu untuk jiwa dan raga, jasmani dan rohani mengandung 5 saran, yaitu:

1.      Jatmiko kehendak yang didasari usaha pengendalian diri.

2.      Jatmiko dalam beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghormati sesama makhluk Tuhan.

3.      Jatmiko dalam mawas diri, melihat batin sendiri setiap saat, dapat menyelaraskan dengan lingkungan.

4.      Jatmiko dalam menghadapi bencana/bahaya yang merupakan cobaan dari Tuhan Yang Maha Esa.

5.      Jatmiko untuk pegangan budi sejati.

             Menurut Ki Samin ajaran kejatkikaan tersebut merupakan senjata yang paling baik dan memiliki khasiat yang ampuh, karena dalam kehidupan itu banyak godaan dari segala arah dan yang tidak aneh adalah yang berasal dari “Rogo Rapuh” sendiri.

            Ki Samin mengerjakan anak buahnya harus pasrah, semeleh, sabar, narimo ing pandum seperti air telaga yang tidak bersuara. Dalam perkumpulan, dalam memberi putunjuk Ki samin selalu menggunakan tulisan huruf Jawa yang disusun seperti halnya puisi, prosa, gancaran, dan tembang mocopat. Seperti di bawah ini yang berbentuk prosa:

Jer ruh tumuruning tumus winwntu ing projo nalar, nalar wikan reh kasudarman, hayu ruwuyen badra, nukti-nuting lagon wirana natyeng kewuh, saka angganingrat”.

Sifat-sifat yang diajarkan selalu menggunakan pertimbangan logika (akal sehat) antara kewaspadaan dan kebijaksanaan dalam menjalani hidup seperti menyusun gending. Perbuatan yang dapat mengatasi hambatan hidup adalah apa saja yang kita bawa dalam menjalani hidup di dunia. Salah satu pegangan/pedoman Ki Samin dirancang dalam tembang Pangkur.

Soho malih dadya gaman, anggegulang gelunganing pambudi, polokrami nguwah mangun memangun treping widyo, kasampar kasandung dugi prayogantuk, ambudya atmaja tama, mugi-mugi dadya kanti”.

Yang artinya: juga menjadi senjata untuk melatik ketajaman budi, bisa melalui perkawinan yang menghasilkan kesanggupan yaitu kegunaan dengan ilmu yang luhur/baik, karena dalam perkawinan itu kita jatuh bangun dalam berupaya mencari “cukup” terlebih lagi dalam mengusahakan lahirnya anak cucu yang nantinya menjadi teman hidup.

Ki Samin memang tidak hanya mengerjakan ilmu kadigdayan tapi juga mengurusi masalah perkawinan atau hubungan antara pria dan wanita. Tentang pedoman tingkah laku kehidupan tertulis dalam tembang Dandang Gulo.

Pramila sesama kang dumadi, mikani ren papanng sujana, sajogo tulus pikukuhe, angrengga jagat agung, lelantaran mangun sukapti, limpade kang sukarso, wisaha anggayun, suko bukamring prajaning wang, pananduring mukti kapti amiranti dilalah kandiling setya”.

Yang artinya: adalah kepada sesama makhluk hidup, dengan cara memahami kehidupan masing-masing, sebaiknya tulus. Cara yang dilakukan adalah memelihara dunia yang besar dengan membuktikan kepercayaan, mengutamakan kelincahan dan kemampuan, sering dibuktikan, tidak lain yaitu menanam kebaikan.

Masih banyak ajaran Ki Samin yang lain yaitu seperti buku primbon yang memuat petunjuk untuk orang hidup tentang kepercayaan terhadap Tuhan yang menciptakan dunia, tingkah laku dan sifat-sifat orang hidup, misalnya buku “Punjer Kawitan, Serat Pikukuh Kesejaten, Serat Uri-uri Pambudi dan Jati Sawit.

Ki Samin dalam mengajar untuk membangun manusia seutuhnya seperti di atas tersebut, membuktikan bahwa dia memiliki pengetahuan kebudayaan dan lingkungan. Andalan Ki Samin adalah Kitab Jamus Kalimosodo yang di tulis oleh Kyai Surowidjojo atau Samin Sepuh. Terlebih lagi pribadi Ki Samin Sepuh juga terdapat dalam Kitab tersebut.

Kitab Jamus Kalimosodo ditulis dengan bahasa Jawa baru yang berbentuk prosa, puisi, ganjaran, serat mocopat seperti tembang-tembang yang telah ditulis di atas yang isinya bermacam-macam ilmu yang berguna yang saat sekarang ini banyak disimpan sesepuh Masyarakat Samin yang berada di Tapelan (Bojonegoro), Kropoduwur (Blora), Kutuk (Kudus), Gunung Segara (Brebes), Kandangan (Pati) dan Tlaga Anyar (Lamongan) yang berbentuk lembaran tulisan huruf Jawa yang dipelihara dengan baik.

Daerah Kekuasaan Ki Samin Surosentiko sudah semakin luas hingga desa-desa lain. Pada suatu hari masyarakat Desa Tapelan, Ploso dan juga Tanjungsari mengangkat Ki Samin menjadi Raja dengan gelar “Prabu Panembahan Suryongalam” yang dapat menerangi orang sedunia dan yang diangkat sebagai patih merangkap senopati, kamituwo (Kepala Dusun) Bapangan yang diberi gelar “Suryo Ngalogo” yang mengajarkan tentang perang. Ini membuktikan bahwa orang Jawa/pribumi dengan sah memiliki tekad yang utuh berjuang secara tenang (halus).

Ki Samin Surosentiko dalam menentang penjajah dapat dilihat dalam bermacam-macam cara. Bila kita melihat bagaimana perbuatan orang-orang pemerintahan Belanda yang hendak menghabiskan warga Samin yang waktu itu tersebar di Blora, Bojonegoro, Pati dan Kudus yang paling banyak di Desa Tapelan Kecamatan Ngraho Bojonegoro. Namun Ki Samin Surosentiko tidak khawatir berjuang namun kelihatan diam sepertinya dia melawan tanpa perang. Cara yang dipakai melawan hanyalah menolak membayar pajak, menolak menyumbang tenaga untuk pemerintahan Belanda, membantah terhadap peraturan dan dia mendewakan dirinya sendiri seperti halnya titisan dewa yang suci.

 

C.    Soerosentiko Samin sebagai Gandhi Van Java

Selama abad ke-19 dan awal abad ke 20 di Indonesia terus-menerus timbul, pemberontakan, kerusuhan, kegaduhan, brandalan, dan sebagainya, yang semuanya itu cukup menggoncangkan masyarakat dan pemerintah pada waktu itu.  Peristiwa-peristiwa tersebut terutama sekali banyak terjadi di daerah pedesaan. Dapat dikatakan hampir setiap tahun di salah satu daerah terjadi pergolakan dan kerusuhan, yang sering di wujudkan sebagai tindakan-tindakan-tindakan yang bersifat agresif dan radikal.  Oleh karena itu pergerakan sosial menjadi gerakan yang bersifat endemis.

Tanah kering di Blora yang kaya hutan jati itu ternyata memiliki sosok Mahatma Gandhi yang telah membentuk masyarakat komunalnya seperti Utopia-nya Thomas Robert More. Sejarah Indonesia telah mencatat perlawanan Samin Surantiko, walau hanya sedikit.

Sebenarnya orang-orang Samin setelah kematian sang pemimpinnya yang bernama Samin Surontiko, tidak suka dijuluki Samin. Kata Samin memiliki konotasi bodoh, tapi bukan kebodohan karena tidak atau kurang cerdas, tetapi bodoh yang keras kepala dalam mengukuhkan pendirian mereka.  Orang-orang Samin lebih suka dijuluki Wong Sikep (orang yang bertanggungjawab dalam konotasi baik dan jujur).

Samin yang awalnya nama seorang pernah melawan kekuasaan dengan cara yang unik itu, kini menjadi kata juga cemoohan. Kata samin yang menjadi bahan ejekan bisa jadi bersifat politis. Hal ini diciptkan oleh penguasa yang telah menghancurkan perlawanan tanpa kekerasan ditambah sebuah ejekan. Samin yang semula adalah berusaha memanusiakan manusia, telah dijadikan ejekan yang tidak manusiawi

Samin yang kadang diartikan bodoh ini telah menutupi keharuman nama samin dalam sejarah perlawanan sosial di Indonesia. Samin adalah sosok gerakan sosial yang nyaris dilupakan dalam sejarah. Samin bisa disejajarkan dengan Pitung Robinhood Betawi yang juga dikecilkan dan nyaris tidak disebut dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

Samin telah meninggalkan masyarakat Samin yang telah dibentuknya lebih dari seabad lalu. Masyarakat Samin adalah masyarakat eksklusif yang hidup komunial dibeberapa kabupaten diutara perbatasan Jawa Tengah-Jawa Timur. Mereka memulai perlawannya dari sebuah protes atas program perluasan hujan jati oleh pemrintah kolonial dan pendukung pribuminya. Lama-kelamaan gerakan ini berkembang menjadi gerakan kebatinan yang menentang segala bentuk formalitas. Seperti administrasi negara dan lembaga sekolah. Hal menarik dari Samin adalah mereka menolak membayar pajak. Karena itulah Soerosentiko Samin kami sebut sebagai Gandhi Van Java.

 

D.    Teori Interaksi Sosial

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, interaksi didefinisikan sebagai hal saling melakukan aksi, berhubungan, atau saling mempengaruhi. Dengan demikian, interaksi sosial adalah hubungan timbal balik (sosial) berupa aksi saling mempengaruhi antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, dan antara kelompok dan kelompok.

Faktor-faktor pendorong interaksi sosial:                                                                                     

1.      Imitasi

Imitasi adalah suatu tindakan meniru orang lain. Imitasi atau perbuatan meniru bisa dilakukan dengan bermacam-macam bentuk. Misalnya, gaya bicara, tingkah laku, adat, dan kebiasaan, pola pikir, serta apa saja yang dimiliki atau dilakukan oleh seseorang. Namun demikian, dorongan seseorang untuk meniru orang lain tidaklah berjalan dengan sendirinya. Perlu ada sikap menerima, sikap mengagumi, dan sikap menjunjung tinggi apa yang akan diimitasi itu.

2.      Sugesti

Sugesti berlangsung apabila seseorang memberi pandangan atau sikap yang dianutnya, lalu diterima oleh orang lain. Biasanya, sugesti muncul ketika si penerima sedang dalam kondisi yang tidak netral sehingga tidak dapat berpikir secara rasional. Segala anjuran atau nasehat yang diberikan langsung diterima dan diyakini.

3.      Identifikasi

            Identifikasi merupakan kecenderungan atau keinginan seorang untuk menjadi sama dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan). Identifikasi sifatnya lebih mendalam dibandingkan imitasi, karena proses identifikasi, kepribadian seseorang bisa terbentuk. Orang melakukan proses identifikasi karena sering kali memerlukan tipe ideal tertentu dalam hidupnya.

4.      Simpati

Simpati merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik kepada pihak lain. Melalui proses simpati, seseorang merasa dirinya seolah-olah berada dalam keadaan orang lain dan merasakan apa yang dialami, dipikirkan, atau dirasakan orang lain tersebut. Dalam proses ini, perasaan memegang peran penting walaupun alasan utamanya adalah rasa ingin memahami dan bekerja sama dengan orang lain.

5.      Empati

Empati merupakan simpati mendalam yang dapat mempengaruhi kejiwaan dan fisik seseorang. Empati sering disamakan dengan simpati, namun sebenarnya keduanya berbeda. Empati sifatnya lebih dalam daripada simpati.

 

E.     Reinternalisasi Nilai-nilai Luhur Sedulur Sikep

Sesuai dengan nilai-nilai luhur Sedulur Sikep yang dimliki masyarakat Samin yang diuraikan di atas. Dapat kita ketahui, ternyata banyak nilai-nilai luhur  yang sebenarnya perlu kita tanamkan kembali dalam budaya masyarakat Indonesia, untuk menumbuhkan kembali budaya-budaya Indonesia yang sudah mengalami pergeseran sebagai akibat dari globalisasi.

Budaya-budaya Sedulur Sikep yang dapat kita tanamkan kembali adalah seperti, sabar, rukun, kejujuran, gotong royong, solidaritas, kesatuan dan persatuan, menghargai sesama sederajat, dan kesederhanaan.

Budaya-budaya tersebut dapat kita tanamkan dengan interaksi sosial. Cara-cara yang dapat kita gunakan untuk menanamkan nilai Sedulur Sikep ini, adalah melalui metode interaksi sosial, yaitu imitasi, suggesti, identifikasi, simpati, dan empati.

1.      Imitasi

Reinternalisasi ,melalui imitasi dapat dilakukan oleh orang tua, pendidik, dan pemerintah. Untuk orang tua dapat berperilaku dan bersikap sesuai dengan ajaran Sedulur Sikep, seperti berperilaku jujur, rukun dengan tetangga, dan toleransi. Sehingga secara otomatis, anak meniru perilaku orang tua. Untuk pendidik dapat berperilaku sesuai dengan ajaran Sedulur Sikep. Sehingga secara otomatis, anak meniru perilakunya. Untuk  pemerintah hendaknya tidak menggunakan identitas atau hal-hal lain yang mencerminkan ciri suatu golongan. Tidak menggunakan kaos partai dan lain-lain. karena setelah menjadi pemimpin seluruh warga adalah anak (asuhan) nya. Sehingga masyarakat dapat meniru untuk menganggap semuanya sederajat.

2.      Suggesti

Reinternalisasi ,melalui sugesti dapat dilakukan oleh orang tua dengan menasehati anaknya, sesuai dengan ajaran-ajaran Sedulur Sikep. Untuk pemerintah dan pihak terkait dapat membuat poster-poster maupun iklan yang mempunyai makna ajaran Sedulur Sikep.

3.      Identifikasi

Reinternalisasi dengan identifikasi dapat dilakukan melalui individu-individu tertentu yang dianggap istimewa/digemari oleh orang atau sekelompok orang, seperti artis, atlet, pengusaha,dll. Mereka tersebut hendaknya mempunyai sikap sesuai dengan ajaran Sedulur Sikep. Dengan demikian diharapkan penggemar bisa meniru secara keseluruhan penampilan secara khususnya dan sikap secara umumnya.

4.      Simpati

            Reinternalisasi dengan simpati dapat dilakukan individu yang mempunyai peran penting dalam diri seseorang dengan cara menceritakan atau memberitahukan hal-hal yang menarik dari Sedulur Sikep. Sehingga seseorang bisa tertarik terhadap hal tersebut.

5.      Empati

Reinternalisasi dengan dengan empati dapat dilakukan oleh pendidik. Pendidik dapat membuat program dimana mengajak siswanya untuk mngunjungi maupun tinggal sementara di tempat pemukiman wong sikep sehingga mereka dapat mengetahui pola perilaku dan kehidupan mereka. Dan diharapkan mereka dapat meniru hal-hal tersebut.

 

F.     Relevansi Penanaman Nilai-Nilai Luhur Sedulur Sikep Dalam Masyarakat Global Saat Ini

Saat ini dalam masyarakat Global, terdapat banyak permasalahan-permasalahan yang rumit. Beberapa contohnya adalah :

1.      Persaingan (competition)

Persaingan adalah perjuangan berbagai pihak untuk mencapai tujuan tertentu. Persaingan mempunyai dua tipe, yaitu yang bersifat pribadi dan bersifat non pribadi. Tipe yang bersifat pribadi mempunyai arti individu akan bersaing secara langsung, misalnya persaingan anggota untuk memperoleh kedudukan-kedudukan tertentu dalam sebuah organisasi. Contoh: saat ini di Indonesia sedang maraknya persaingan partai untuk mendapat kedudukan tertinggi atau jabatan tertentu di Indonesia.

2.      Kontravensi (contravention)     

Kontravensi pada hakekatnya adalah suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan. Ditandai dengan adanya ketidakpuasan dan ketidakpastian mengenai diri seseorang, rencana, perasaan tidak suka yang disembunyikan, atau kebencian dan keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang. Contoh: perang dingin antara anggota Dewan Perwakilan Rakyat.

3.      Pertentangan atau konflik (conflict)

Pertentangan atau konflik adalah suatu perjuangan individu atau kelompok sosial untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan. Biasanya, konflik disertai dengan ancaman atau kekerasan. Konflik terjadi karena ada perbedaan pendapat, perasaan individu, kebudayaan, kepentingan baik kepentingan individu maupun kelompok, dan terjadinya perubahan-perubahan sosial yang cepat yang menimbulkan disorganisasi sosial. Contoh: pertentangan yang terjadi antarpartai politik menjelang pemilu, atau pertentangan antar Negara.

4.      Desintegrasi Ilmu Pengetahuan

Kehidupan modern ditandai oleh adanya spesialisasi di bidang ilmu pengetahuan. Masing-masing ilmu pengetahuan memiliki paradigma (cara pandang) nya sendiri dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Jika seseorang menghadapi masalah lalu ia pergi kepada kaum teolog, ilmuan, politisi, sosiolog, ahli biologi, psikolog dan lain-lain. maka jawaban yang ia dapatkan akan berbeda satu sama lain. Bahkan terkadang jawaban tersebut sering bertolak belakang. Inilah yang akan membuat manusia kebingungan.

5.      Kepribadian Yang Terpecah

Karena kehidupan manusia modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan yang coraknya kering nilai-nilai spiritual dan terkotak-kotak. Ini akan menyebabkan manusia menjadi pribadi yang terpecah (split personality). Kehidupan manusia modern diatur menurut rumus ilmu ynag eksak dan kering. Akibatnya, kini tengah menggelinding proses hilangnya kekayaan rohaniah.

Jika proses keilmuan yang berkembang itu tidak berada di bawah kendali agama. Maka proses kehancuran pribadi manusia akan terus berjalan. Dengan berlangsungnya proses tersebut, semua kekuatan yang lebih tinggi untuk meningatkan derajat kehidupan manusia akan musnah. Sehingga, tidak hanya kehidupan kita yang mengalami kemerosotan, tetapi juga kecerdasan dan moral kita.

6.      Penyalahgunaan IPTEK

Sebagai akibat dari terlepasnya ilmu pengetahuan dan teknologi dari ikatan spiritual, maka iptek telah disalahgunakan dengan segala implikasi negatifnya. Kemampuan membuat senjata telah diarahkan untuk tujuan penjajahan suatu bangsa atau bangsa lain, subversi dan lain-lain. Kemampuan dibidang rekayasa genetika diarahkan untuk tujuan jual-beli manusia. Kecanggihan dibidang teknologi komuniasi dan lain-lain telah menghancurkan umat manusia.

7.      Pendangkalan Iman

Sebagai akibat lain dari pola pikiran keilmuan yang disebut diatas, khususnya ilmu-ilmu yang hanya mengakui fakta-fakta yang bersifat empiris menyebabkan manusia dangkal imannya. Ia tidak tersentuh oleh informasi yang diberikan oleh wahyu. Bahkan informasi yang dibawa oleh wahyu itu menjadi bahan tertawaan dan diannggap tidak ilmiah dan kampungan.

8.      Pola Hubungan Materialistik

Semangat persaudaraan dan rasa saling tolong-menolong yang didasarkan atas panggilan iman sudah tidak tampak lagi. Pola hubungan satu dan lainnya ditentukan oleh seberapa jauh antara satu dan lainnya dapat memberikan keuntungan yang bersifat material.

Demikian pula penghormatan yang diberikan seseorang atas orang lain banyak diukur oleh sejauh mana orang tersebut dapat memberikan manfaat secara materialis. Akibatnya ia menempatkan perimbangan material diatas pertimbangan akal sehat, hati nurani, kemanusiaan dan imannya.

9.      Penghalalan Segala Cara

Sebagai imbas atas pola hidup yang matelialis dan dangkalnya iman seseorang, maka seseorang akan mengedepankan segala yang sekiranya mampu memenuhi kebutuhannya. Termasuk dalam hal ini adalah dengan menghalalkan segala cara tanpa memikirkan dampak spiritual bagi dirinya sendiri.

10.  Stress dan Frustasi

Kehidupan modern yang demikian kompleks menggiring manusia untuk mengarahkan seluruh fikiran, tenaga, kemampuan. mereka terus bekerja dan memenuhi hasrat tanpa mengenal batas dan waktu. Dampaknya, mereka begitu mendewakan sesuatu yang bersifat duniawi. Dan ketika segala yang mereka gagal, mereka cenderung tertekan dalam dinaamika zaman.

Hal buruk lainnya, karena dari awal mereka tidak mempunyai pegangan yang jelas maka ketika hancurpun mereka tetap tidak memiliki pegangan yang bisa di jadikan dasar. Sehingga nantinya mereka akan frustasi akan segala hal buruk yang menimpa mereka.

11.  Kehilangan Harga Diri dan Masa Depannya

Terdapat sejumlah orang yang terjerumus dan salah memilih jalan. Masa mudanya dihabiskan untuk menuruti hawa nafsu dan segala daya dan cara telah ditempuhnya. Ada suatu saat dimana ia sudah tua renta. Secara fisik sudah tak lagi berdaya. Tenaga sudah tidak mendukung lagi untuk beraktifitas. Manusia yang demikian ini akan merasa kehilangan harga diri dan masa depannya. Kemana ia harus berjalan? ia tidak tahu. Mereka perlu bantuan dari kekuatan yang berada di luar dirinya. Dan hal Itu adalah bantuan dari Tuhan.

12.  Kriminalitas anak remaja

Pelaku kriminal dari kalangan remaja dan anak-anak meningkat pesat. Berdasarkan data yang ada, terhitung sejak Januari hingga Januari 2009, meningkat 35% dibandingkan tahun sebelumnya, Pelakunya rata-rata berusia 13 hingga 17 tahun. Kenakalan remaja lebih banyak disebabkan oleh faktor psikologi, dengan terlihat banyaknya yang terjadi pada mereka yang memiliki masalah dalam keluarga atau pergaulan yang tidak bisa mereka atasi, kemudian mereka melakukan pelarian yang salah. Entah itu sebagai bentuk protes atau cara mereka untuk mencari perhatian. Dan mereka juga memiliki emosi yang tidak bisa mereka kendalikan dalam menghadapi masalah tersebut. Tidak tahu apa yang harus mereka perbuat. Mereka ingin melakukan segala hal sesuai dengan apa yang di benak mereka.

Uraian diatas menunjukkan ketidaksesuaian budaya saat ini dengan nilai-nilai luhur bangsa, nilai-nilai luhur bangsa mulai luntur tergerus modernisasi di segala bidang yang menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan sosial. Menurut Hardjo Kardi, penerus ajaran Samin di desa Margomulyo, kecamatan Margomulyo, kabupaten Bojonegoro, Sedulur Sikep dapat di terapkan untuk menghadapi masalah-masalah sosial saat ini. Karena ajaran Sedulur Sikep mengajarkan kesabaran, kerukunan, Kesederhanaan, toleransi, menghargai sesamanya sederajat, dan keadilan. Ajaran-ajaran tersebut mencerminkan Pancasila sebagai pandangan hidup kita. Oleh karena itu hendaknya perhatian kepada nilai-nilai sedulur Sikep sebagai perwujudan karakter bangsa lebih di tekankan. Karena nilai-nilai Sedulur Sikep dapat menjadi alternative untuk menjawab permsalahan sosial saat ini.

 

 

 

 

 

 

 

BAB VI

PENUTUP

A.     KESIMPULAN

Nilai-nilai luhur dari ajaran Surosentiko Samin antara lain adalah sabar, rukun, kejujuran, gotong royong, solidaritas, kesatuan dan persatuan, menghargai sesama sederajat, dan kesederhanaan. Nilai-nilai tersebut perlu dilestarikan karena nilai-nilai tersebut adalah ciri khas masyarakat Indonesia.

Budaya-budaya tersebut dapat kita lestarikan dengan cara menanamkan budaya tersebut dimulai dari diri kita sendiri, kemudian ke keluarga, tetangga-tetangga, baru kemudian ke masyarakat luas. Karena jika dalam setiap diri masyarakat indonesia tertanam setiap kebudayaan yang baik seperti kebudayaan Sedulur Sikep, maka masyarakat Indonesia akan damai. Selain itu dengan di lestarikankannya nilai-nilai sedulur sikep yang mempunyai keidentikan dengan dasar Negara kita yaitu “Pancasila” diharapkan dapat membendung arus budaya modern yang kurang memiliki karakter kebangsaan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR RUJUKAN

Notosusanto, Marwati Djoened Poesponegoro Nugroho. 1984. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sudrajat, Akhmad. 2010. Tentang Masyarakat Samin. akhmadsudrajat.wordpress.com. Diakses tanggal 25 Januari 2021.

1 Response to "RESUME TENTANG SAMIN SEDULUR SIKEP"