MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN SOSIOEMOSIONAL

 


BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sejak usia kanak-kanak, memasuki masa sekolah masa remaja awal sampai mereka memasauki tahap dewasa awal, masalah-masalah sosial emosional sudah dapat kita identifikasi dari berbagai perilaku yang ditampakkan anak, diantaranya anak selalu ingin menang sendiri, bersikap agresif, cepat marah, setiap keinginannya selalu harus dituruti, membangkang bahkan menarik diri dari lingkungannya dan tidak mau bergaul dengan teman-temannya.

Permasalahan sosioemosional ini bila dibiarkan begitu saja akan berkembang menjadi permasalahan yang lebih luas dan kompleks karena anak akan berkembang ke arah yang lebih buruk, terbentuknya kepribadian yang tidak baik dan berakibat munculnya perilaku-perilaku negatif yang tidak diharapkan. Dengan kata lain anak akan mengalami kesulitan dan hambatan dalam proses perkembangannya.

Keluarga merupakan tempat pertama kali anak melakukan fungsi sosialisasinya. Proses yang terjadi antara anak dan orangtua tidaklah bersifat satu arah, namun saling mempengaruhi satu sama lain. Artinya, anak belajar dari orangtua, sebaliknya, orangtua juga belajar dari anak. Proses sosialisasi yang terjadi dalam keluarga lebih berbentuk sebagai suatu system yang interaksional. Karena gaya parenting orang tua sangat mempengaruhi perkembangan anak.

Konteks sosial di luar keluarga pada anak-anak adalah teman sebaya. Pada teman sebaya inilah, anak memperoleh informasi dan perbandingan tentang dunia sosialnya. Anak juga belajar tentang prinsip keadilan melalui konflik-konflik yang terjadi dengan teman-temannya. Pada masa kanak-kanak, teman sebaya yang dipilih biasanya terkait dengan jenis kelamin. Selain itu proses perkembangan sosioemosioanal anak jugadapat dibentuk melalui pendidikan disekolah dari sana mereka dapat melahat dunia secara luas dan mengembangkan hubungan sosialnya dalam masyarakat.


Rumusan Masalah

Bagaimanakah hubungan keluarga, rekan sebaya, dan sekolah dalam perkembangan

sosioemosional seseorang?

Apakah yang menjadi aspek perkembangan sosioemosional anak (penghargaan diri, identitas diri dan konsep moral)?

BAB II

PEMBAHASAN

Konteks Sosial dalam Perkembangan Sosioemosional

Keluarga

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pelajaran (pendidikan). Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan secara kodrati. Suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak

Anak-anak tumbuh dalam keluarga yang berbeda-beda. Beberapa orang tua mengasuh dan mendidik anak mereka dengan benar. Orang tua lainnya bersikap kasar atau mengabaikan anaknya. Beberapa anak orang tuanya bercerai, anak lainya tinggal bersama orang tua yang lengkap tanpa perceraian. Beberapa keluarga hidup dalam kondisi ekonomi yang berkecukupan, beberapa keluarga lainnya hidudalam kondisi ekonomi sederhana. Situasi yang bervariaasi ini akan mempengaruhi perkembangan anak dan mempengaruhi murid di dalam dan diluar lingkungan sekolah.

Gaya Parenting (gaya asuh)

Terdapat empat bentuk gaya pengasuhan (parenting):

Authoritarian Parenting

Merupakan gaya asuh yang bersifat menghukum dan membatasi. Dimana hanya ada sedikit percakapan antara orang tua dan murid, menghasilkan anak yang tidak kompeten

secara sosial.

Authoritative Parenting

Merupakan gaya asuh yang positif yang mendorong anak untuk independen tapi masih membatasi dan mengontrol tindakan mereka. Perbincangan saling tukar pendapat diperbolehkan dan orang tua bersikap membimbing dan mendukung. Menghasilkan anak yang kompeten secara sosial. Anak cenderung mandiri, tidak cepat puas, gaul, dan memperlihatkan harga diri yang tinggi.

Neglectful Parenting

Gaya asuh dimana orang tua tidak terlibat aktif dan tidak perduli dengan kehidupan anaknya, orang tua hanya meluangkan sedikit waktu. Hasilnya anak anak sering bertindak tidak kompeten secara sosial. Mereka cendrung kurang bisa mengontrol diri, tidak cukup termotifasi untuk berprestasi

Indulgend Parenting

Gaya asuh dimana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anaknya tapi tidak banyak memberikan batasan atau kekeangan pada perilaku mereka. Orang tua ini sering membiarkan anak mencari cara sendiri untuk mencapai tujuannya, bahwa orang tua model ini percaya bahwa kombinasi dukungan pengasuhan dan sedikit pembatasan akan menbentuk anak kreatif dan percaya diri.


Keluarga yang berubah dalam masyarakat yang berubah

Anak-anak dari keluarga yang bercerai, perceraian dalam keluarga dapat memberikan dampak yang kompleks terhadap anak. Hal tersebut tergantung faktor-faktor seperti usia anak, kekuatan dan kelemahan anaksaat perceraian, tipe parenting, status social ekonomi dan pelaksanaan fungsi keluarga setelah perceraian. Adanya system pendukung seperti saudara kawan, guru, dapat menciptakan hubungan positif yang terus berlanjut anatara ayah dan ibu yang sudah bercerai, kemapuan memenuhi kebutuhan keuangan dan kualitas sekolah dapat membantu anak dalam mengatasi situasi perceraian yang menekan.

Beberapa cara yang dilakukan guru untuk membantu anak yang tertekan akibat perceraian:

Menghubungi orang tuanya

Menyarankan untuk memcari bimbingan professional dalam maksud bimbingan konseling, yaitu dengan mengadakan pertemuan regular anatara anak dan orang tua yang dibimbing oleh professional mental atau guru yang memiliki keahlian khusus

Membantu si anak dengan caramemberi perhatian yang lebih dan member bimbingan kepada mereka agar dapat mengatasi situasi dan berkosentrasi dalam pelajaran sekolah

Anjurkan mereka membaca buku tentang perceraian


Variasi etnis dan sosial ekonomi keluarga

Keluarga dalam kelompok etnis yang berbeda akan bervariasi dalam besar, strukturnya dan komposisinya: keterkaitan mereka dengan jaringan kerabat, dan level pendapatan dan pendidikannya.

Praktek pengasuhan anak berbeda-beda diantara keluarga yang bersatatus ekonomi tinggi, sedang dan rendah. Contohnya, orang tua yang berpendapatan rendah lebih sering menekankan pada karakteristik eksternal seperti kepatuhan dan kerapian. Sebaliknya keluarga yang status ekonomi menengah sering menekankan pada karakter nilai internal sepertikontrol diri dan penundaan rasa puas. Orang tua yang berstatus social ekonomi menengahlebih sering memuji, melengkapi disiplin dengan penalaran, dan mengajukan pertanyaan kepada anak. Orang tua berstatu ekonomi rendah, lebih mungkin menggunakan hukuman fisik dan mengkritik anaknya.


Hubungan Sekolah-Keluarga

Terdapat enam area dimana hubungan keluarga dan sekolah dibentuk:

Menyediakan bantuan untuk keluarga. Sekolah dapat memberikan informasi kepada orng tua informasi tentang keterampilan bagaimana cara keluarga mendidik anak, menerangkan arti penting keluarga , perkembangan anak dan remaja dan konteks konteks rumah yang bisa memperkaya pembelajaran dikelas. Guru adalah hal yang

sangat penting untuk menciptakan hubungan antara sekolah dan keluarga.

Berkomunikasi secara efektif dengan keluarga mengenai program sekolah dan kemajuan anak mereka. Hal ini dilakukan dengan mengajak orang tua untuk mengadakan konferensi guru-orang tua dan fungsi-fungsi sekolah lainnya. Kehadiran orang tua dapat membuat murid tahu orang tua memperhatikan prestasi mereka di sekolah.

Ajak orang tua untuk menjadi relawan. Disekolah orang tua sebagai relawaan dan untuk meningkatkan meningkatkan kehadiran dalam pertemuan sekolah.

Libatkan keluarga dengan anak mereka dalam aktivitas belajar di rumah. Ini menggunakan anatara lain pekerjaan rumah dan aktivitas lain yang berhubungan dengan kurkulum pelajarann. Orang tua akan beerminat efektif jika mereka mempelajari strategi tutoring (mengajar) dan mendukung kegiatan sekolah.

Libatkan keluarga sebagai partisipan dalam keputusan sekolah. Orang dua bisan di undang untuk menjadi dewan sekolah, komite sekolah, penasehat dan organisasi orang tua lainnya. Organisasi orang tua-guru dengan tujuan untuk melakukan diskusi tujuan pendidikan dan sekolah, metode belajar yang tepat sesuai dengan usia, disiplin anak, dan kinerja ujian

Mengorganisasikan kerjasama komunitas. Membuat hubungan dengan upaya dan sumber daya komunitas bisnis, gen, perguruan tinggi dan universitas untuk memperkuat program sekolah, praktek keluarga, dan pembelajaran murit. Sekolah bisa member keluarga tentang program komunitas dan layanan komunitas yang bermannfaat bagi mereka.


Teman Sebaya

Selain keluarga dan guru, teman seusia atau teman sebaya juga mempermainkan peran penting dalam perkembangan anak. Dalam konteks perkembangan anak, teman sebaya (seusia) adalah anak pada usia yang sama. Sebaya adalah orang dengan tingkat umur dan kedewasaan yang kirakira sama. Sebaya memegang peran yang unik dalam perkembangan anak. Salah satu fungsi terpenting adalah memberikan informasi dan

perbandingan tentang dunia diluar keluarga.

Peran sebaya dalam perkembangan sosioemosional. Mereka menekankan bahwa melalui interaksi sebayalah anak anak dan remaja belajar sebagaimana berinteraksi dalam hubungan yang simetris dan timbal balik. Dengan sebaya, anakanak belajar memformulasikan dan menyatakan pendapat mereka, menghargai sudut pandang sebaya, menegosiasikan solusi atau perselisihan secara kooperatif, dan mengubah standart perilaku yang diterima semua.


Fungsi Teman Sebaya

Teman sebaya ialah anak-anak yang tingkat usia dan kematangannya kurang lebih sama.

Salah satu fungsi kelompok teman sebaya yang paling penting ialah menyediakan suatu sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di luar keluarga.

Relasi yang buruk di antara teman-teman sebaya pada masa anak-anak diasosiasikan dengan suatu kecenderungan untuk putus sekolah dan perilaku nakal pada masa remaja.

Relasi yang harmonis di antara teman-teman sebaya pada masa remaja diasosiasikan dengan kesehatan mental yang positif pada tengah baya.


Status Teman Sebaya

Terdapata empat tipe status teman sebaya: anak popular, anak diabaikan, anak ditolak, dan anak kontroversial. Anak populer (popular Children) sering kali dinominasikan sebagai kawan terbaik dan jarang dibenci teman sebayanya. Anak populer member dukungan, mau mendengar dengan perhatian, menjaga alur komunikasi dengan kawannya tetap terbuka, cendrung riang, bertindak mandiri, menunjukkan antusianisme dan perhatian kepada orang lain.

Anak diabaikan (neglegted children) jarang dinominasikan sebagai kawan terbaik, tetapi bukan tidak disukai oleh kawan seusianya. Anak ditolak (rejected children)

jarang dinominasikan sebagai kawan yang baik dan sering dibenci oleh teman seusianya. Anak yang ditolak mengalami masalah penyesuaian diri yang serius ketimbang anak yang diabaikan. Faktor penting dalam memprediksi apakah anak yang ditolak itu melakukan tindakan jahat atau keluar dari sekolah menengah adalah sikap agresinya terhadap teman sebayanya pada saat masih sekolah dasar. Anak controversial (controversial children) sering kali dinominasikan sebagai teman baik tetapi juga kerap tidak disukai.

Melalui teman sebaya yang diwarnai dengan memberi dan menerima, anakanak mengembangkan pemahaman sosial dan logika moral mereka. Anak–anak menggali prinsip keadilan dan kebaikan dengan menghadapi perselisihan dengan sebaya. Hubungan sebaya juga bisa berdampak negatif, ditolak atau diabaikan oleh sebaya membuat beberapa anak merasa kesepian dan dimusuhi. Lebih jauh, penolakan dan pengabaian oleh sebaya berhubungan dangan kesehatan mental individu dan masalah kriminal. Sebaya dapat mengenalkan remaja pada alkohol, obatobatan, kenakalan dan bentuk perilaku lain yang dianggap orang dewasa sebagai perilaku maladaptif.


Persahabatan

Persahabatan memberikan kontribusi pada status teman usia sebaya dan memberikan keuntungan lainnya

Kebersamaan. Persahabatan memberikan anak partner yang akrab, seseorang yang bersedia meluangkan waktu dan melakukan kegiatan Bersama

Dukungan fisik. Persahabatan memberikan sumberdaya dan bantuan disaat dibutuhkan

Dukungan ego. Persahabatan membantu anak merasakan bahwa mereka adalah anak yang bisa melakukan sesuatu dan layak dihargai, yang terpenting adalah penerimaan social dari kawannya

Intimasi/kasih sayang. Persahabatan memberianak suatu hubungan yang hangat, saling percaya dan dekat dengan orang lain. Dalam hal ini anak-anak sering kali

merasa nyaman mengungkapkan informasi pribadi mereka.


Perubahan dan perkembangan dalam hubungan teman sebaya

Pada masa sekolah dasar, kelompok teman seusia anak terdiri dari teman seusia dengan jenis kelamin yang sama. Anak laki-laki saling mengajarkan perilaku maskulin dan anak perempuan mengajarkan kultur wanita dan biasanya suka berkelompok dengan teman-temannya. Pada masa remaja awal, partisipasi dalam kelompok teman semakin meningkat . Mereka membentuk kelompok kecil yang khusus atau disebut Klik (Clique) dan kesetiaan pada kelompok ini dapat mempengaruhi hidup mereka. Identitas kelompok dengan klik ini bisa mengaburkan identitas diri. Beberapa klik ini bisa mengaburkan identitas personal individu. Beberapa jenis klik, misalnya kelompok anak yang menyukai olah raga, anak populer, anak pintar, pencandu narkoba dan jagoan. Namun diantara beberapa anak sangat independen dan tak ingin masuk ke kelompok mana pun. Para remaja biasanya lebih tergantung pada kawan ketimbang pada orang tua mereka untuk memuaskan kebutuhan akan rasa kebersamaan, kepastian dan kedekatan.


Sekolah

Sekolah merupakan pusat pendidikan formal. Tugas sekolah sangat penting dalam menyiapkan anak dalam kehidupan bermasyarakat. Sekolah bukan semata-mata sebagai konsumen, tapi sekolah juga sebagai produsen dan pemberi jasa yang erat kaitannya dengan pembangunan. Pembangunanan tidak mungkin berhasil tanpa tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas sebagai produk pendidikan. Sekolah banyak berperan dalam mengembangkan social emosional anak karena disekolah mereka mulai bergaul sebagai bagian dari anggota masyarakat.


Konteks perkembangan sosial yang terus berkembang di sekolah

Konteks sekolah bervariasi sejak masa kanak-anak awal (taman kanak-kanak), sekolah dasar hingga remaja. Masa kanak-kanak awal adalah sebuah lingkungan yang terlindung oleh batas-batas dalam ruang kelas. Dalam setting social yang terbatas ini, anak-anak berinteraksi

dengan satu atau dua guru yang biasanya perempuan, yang menjadi figure utama dalam kehidupan mereka saat iitu. Anak-anak berinteraksi dengan teman sebayanya dalam kelompok kecil. Ruang kelas merupakan konteks utama disekolah dasar, kelas lebih mungkin dirasakan sebagai unit social ketimbang kelaspada masa taman kanak-kanak. Pada masa SMP lapang sosialnya lebih luas bukan hanya ruang kelas saja. Remaja berinteraksi dengan guru dan teman seuria mereka dari berbagai kalangan dengan latar belakang kultur yang berbeda. Pada saat ini perilaku remaja makin mengarah pada interaksi dengan teman, ekstrakulikuler, klub dan komunitas. Murid SMA lebih menyadari sekolah sebagai system social dan mungkin termotivai untuk menyesuaikan diri dengannya atau menentang.


Pendidikan masa kanak-kanak awal

Ada banyak variasi cara mendidik anak, namun banyak pakar yang sepakat agar pendidikan disesuaikan dengan perkembangannya. Pendidikan yang sesuai secara development pendidikan jenis ini didasarkan pada pengetahuan perkembangan khas dari anak-anak dalam rentang usia (ketepatan usia) dan keunikan anak (ketepatan individual). Pendidikan yang sesuai dengan perkembangan bertentangan dengan praktek yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangan yang mengabaikan metode kongkret dalam mengajar anak. Pengajaran langsung yang biasa berupa tulis baca, dianggap tidak sesuai dengan perkembangan. Pendidikan yang tepat adalah pendidikan secara development.

Berikut ini beberapa tema pendidikan yang tepat secara developmental:

Domain perkembangan anak-fisik, kognitif dan sosioemosional adalah domain yang berkaitan dan perkembangan dalam satu domain dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh domain lainnya.

Perkembangan terjadi dalam urutan yang relative teratur dengan kemampuan, keahlian dan pengetahuan yang terbentuk kemudian akan didasarkan kepada keahlian, kemampuan dan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya.

Variasi individual mengkarakterisasi perkembangan anak. Setiap anak adalah individu yang yang unik dan semua anak punya kekuatan, kebutuhan, dan minat masing-masing. Mengenai variasi individu ini merupakan aspek utama untuk menjadi guru

yang kompeten

Perkembangan dipengaruhi oleh konteks social dan kultural yang beragam. Guru harus mengajar kultur mayoritas anak jika kultur mereka berbeda dengan kulturnya sendiri

Anak-anak adalah pelajar aktif dan harus didorong untuk mengkontruksi pemahaman dunia disekitar. Anak-anak member kontribusiproses belajar mereka sendiri saat mereka berusaha member makna atas pengalaman keseharian mereka

Perkembangan akan meningkat jika anak diberi kesempatan untuk mempraktikkan keahlian baru dan jika anak merasakan tantangan diluar kemampuan mereka saat itu.

Anak-anak akan berkembang dengan amat baik dalam konteks komunitas dimana mereka aman dn dihargai, kebutuhan fisik terpenuhi dan mereka merasa aman secara psikologis.


Transisi ke sekolah dasar

Saat menjalani transisi ke sekolah dasar, mereka berinteraksi dan megembangkan hubungan dengan anak baru sekolah memberi mereka banyak sumber ide untuk membentuk pemahaman tentang diri mereka.

Sekolah untuk remaja

Ada perhatian khusus berkenaan dengan sekolah untuk remaja: (1) transisi dari SMP ke SMA, (2) sekolah yang efektif untuk remaja, (3) peningkatan kualitas sekolah menengah. Pada masa ini murid merasa lebih tidak tergantung pada orang tua dan lebih ingin menghabiskan banyak waktu dengan kawan-kawannya.

Berdasarkan pengamatan dan rekomendasi dari pakar dan pengamat pendidikandiseluruh negeri ada tiga ciri-ciri utama dari sekolah-sekolah terbaik:

Sekolah yang mampu menyesuaikan semua kegiatan sekolah dengan variasi individu dalam pengembangan fisik, kognitif, dan sosioemosional murid-muridnya

Mereka memandang serius apa yg dikenal sebagai perkembangan remaja awal. Beberapa SMP hanya mempersispkan siswanya untuk masuk ke jenjang yang lebih

tinggi. Salah satu contohnya ada sekolah efektif membuat kelompok kecil, dimana murid bekerjasama dengan sekelompok kecil guru yang berbeda-beda, tergantung kepada kebutuhan murid

Sekolah-sekolah yang banyak perhatian pada perkembangan sosioemosional dan kognitif

Untuk meningkatkan kualitas dan mutu sekolah mengah dilakukan hal-hal berikut ini:

Pengembangan komunitas atau rumah yang lebih kecil untuk mengurangi sifat impersonal dari sekolah

Melibatkan orang tua dan tokoh masyarakat dalam sekolah

Menyusun kurikulum yang dapat menghasilkan murid melek huruf, memahami sains, dan punya pemahaman tentang kesehatan, etika, dan kewarganegaraan

Membentuk tim guru dan kurikulum yang lebih fleksibel yang mengintegrasikan beberapa disiplin ilmu, bukan sekedar memberi pelajaran kepada murid dengan jam-jam pelajar selama 50 menit yang terpisah dan tak terkait satu sama lain

Meningkatkan kesehatan dan kebugaran murid melalui program disekolah dan membantu murid yang butuh perawatan Kesehatan


Perkembangan Emosional

Sejauh ini kita telah mendiskusikan konteks penting yang mempengaruhi perkembangan sosioemosional pada murid pada keluarga, teman seusia, dan sekolah. Pada bagian ini kita akan memfokuskan pada murid itu sendiri yang berkaitan dengan perkembangan diri dan moralitas anak. Diri, para psikolog sering menyebutakuini sebagaidiri” (self). Ada dua aspek penting dalam diri ini, yakni harga diri (self-esteem) dan identitas diri. Penghargaan diri (self-esteem) adalah pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya sendiri. Penghargaan ini juga dinamakan martabat diri (self-worth) atau gambaran diri (self-image). Misalnya anak yang punya penghargaan diri yang tinggi mungkin tidak hanya memandang dirinya sebagai seseorang tetapi juga sebagai seseorang yang baik. Rogers (1961) mengatakan bahwa sebab utama seseorang mempunyai penghargaan diri

yang rendah (atau rendah diri) adalah karena mereka tidak diberikan dukungan emosional dan penerimaan social yang memadai. Mungkin dahulu saat masih berkembang sering ditegur. Misalnyajangan ini, jangan itu”, “kamu kok bodoh banget”, dan lain-lain.

Para peneliti telah menemukan bahwa harga diri murid berubah pada saat mereka berkembang. Dalam suatu studi baik itu laki-laki atau perempuan mempunyai hatga diri yang tinggi pada saat anak-anak dan menurun pada masa remaja awal. Penghargaan diri anak gadis turun dua kali lebih besar dari anak laki-laki selama masa remaja. Diantara beberapa alasan yang menjadi penyebab menurunnya harga diri ini adalah akibat gejolak selama perubahan fisik (pubertas), meningkatnya tuntutan untuk berprestasi, dan kurangnya dukungan dari sekolah dan orang tua.

Riset menyarankan empat kunci untuk meningkatkan rasa harga diri anak:

Identifikasi penyebab rendah diri dan area kompetensi yang penting bagi diri. Apakah rendah diri karena prestasi sekolah? Karena konflik? Kemampuan social rendah? Murid mempunyai harga diri tinggi ketika mereka bisa kompeten dan sukses dalam melakukan sesuatu di area yang mereka anggap penting.

Berikan dukungan emosional dan penerimaan social. Disetiap kelas punya anak yang banyak nilai buruknya. Mungkin anak ini berasal dari keluarga yang suka menghina dan merendahkan si anak atau mungkin murid ini di kelas yang terlalu banyak memberikan penilaian negative. Dukungan emosional dan penerimaan social anda dapat amat membantu mereka menghargai diri mereka sendiri.

Bantu anak untuk mencapai tujuan atau prestasi. Prestasi bida menaikkan harga diri. Pengajaran atau kursus ketrampilan akademik secara langsung dapat menaikan prestasi anak, dan akibatnya dapat menaikkan harga diri anak.

Kembangkan ketrampilan mengatasi masalah. Ketika anak mempunyai problem dan bisa mengatasinya, bukan menghindarinya, maka rasa harga dirinya akan naik. Murid yang mau mengatasi masalah kemungkinan akan menghadai problem secara jujur dan realistis, ini menghasilkan pemikiran yang positif tentang diri mereka sendiri yang akibatnya bisa meningkatkan harga diri mereka.

Perkembangan identitas. Aspek penting lain selain diri adalah identitas. Persoalan

paling penting dalam diri remaja adalah perkembangan identitas yang berupa pencarian jawaban atas pertanyaan seperti: Siapa saya? Seperti apakan saya ini? Apa yang akan saya lakukan dalam hidup ini? Pertanyaan-pertanyaan ini jarang muncul pada masa kanak-kanak tetapi sering muncul dimasa remaja dan perguruan tinggi.

Dapat disimpulkan bahwa adalah penting untuk membedakan antara eksplorasi dan komitmen. Eksplorasi adalah pencarian identitas alternative yang bermakna. Komitmen adalah menunjukkan penerimaan personal pada satu identitas dan menerima apapun implikasi dari identitas itu. Berdasarkan klasifikasinya menurut komitmen dan eksplorasi terdapat empat tipe identitas.


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Perkembangan sosioemosional anak merupakan perkembangan yang sangat penting untuk diperhatikan mengingat perkembangan ini sangat mempengaruhi perkembangan mental anak secara lebih luas. Kemampuan sosioemosional merupakan fundasi bagi perkembangan kemampuan anak berinteraksi dengan lingkungannya secara lebih luas. Dalam berinteraksi dengan orang lain, individu tidak hanya dituntut untuk mampu berinteraksi secara baik dengan orang lain, tetapi terkait juga didalamnya bagaimana ia mampu mengendalikan dirinya secara baik. Ketidakmampuan individu mengendalikan dirinya dapat menimbulkan berbagai masalah sdengan orang lain.

Mengingat pentingnya perkembangan sosioemosional ini maka peran lingkungan sangat berpengaruh terutama dalam memberikan nilai-nilai positif kepada perkembangan anak. Peran lingkungan ini mulai dari keluarga, teman sebaya, sekolah, dan lingkungan yang lebih luas. Salah satu komponen lingkungan ini tidak berfungsi maka akan berakibat pada kurang efektifnya perkembangan social emosional anak sehingga anak akan cenderung berperilaku negative.

Selaian peran lingkungan peran diri sendiri dan juga sangat diperhatikan, karena masing-masing saling mempengaruhi. Kalau lingkungannya baik maka akan membawa dampak yang baik kepada diri sendiri sebaliknya kalau lingkungannya kurang baik maka akan membawa dampak negative pada diri sendiri juga.


DAFTAR PUSTAKA

Santrock, John W, Psikologi Pendidikan, 2007, Jakarta.

Teori Ekologi Bronfenbrenner http://www.scribd.com/doc/3971974/TEORI-EKOLOGI-BRONFENBRENNER diunduh tanggal 7 Mei 2011

Perkembangan social dan emosional anak. http://www/Psikologi/Pendidikan/Bahan/Pendukung/perkembangan-sosial-dan-emosional-anak.html diunduh tanggal 7 Mei 2011.

0 Response to "MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN SOSIOEMOSIONAL"

Post a Comment