BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dahulu, islam merupakan agam yang memiliki reputasi di bidang
keilmuan yang sangat hebat dan tampak. Tidak hanya terbatas di negeri timur
tengah, bahkan di negeri-negeri eropa seperti spanyol dapat dirasakan kebesaran
peradaban islam. Islam menyebarkan agama ke berbagai penjuru hingga islam
mencapai masa yang begitu keemasan. Wilayah islam pada saaat itu sangatlah
besar, itu tak ubah dari keilmuan dalam segala bidang pada waktu masa
kejayaannya.
Sebenarnya sebelum islam yunanilah yang terkenal dalam hal keilmuan
terutama di bidang filsafat. Banyak tokoh-tokoh filsafat yang berasal dari
bangsa Yunani, seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles. Akan tetapi seiring
berjalannya waktu kejayaan Yunani mulai dikalahkan oleh kejayaan umat Islam.
Islam berkembang menjadi begitu besar dan pesat dalam penyebarannya. Banyak
daerah-daerah yang ditaklukkan oleh islam sebagai bentuk penyebaran Islam. Akan
tetapi Islam tidak selamanya mengalami kejayaan. Setelah perang salib, Islam
mengalami penurunan dalam keilmuan dan digeser oleh bangsa Eropa yang
kebanyakan berbasis Kristen. Banyak kitab-kitab umat islam yang dibakar dan
dimusnahkan oleh musuh-musuhnya.
Berbicara tentang ilmu Islam akan erat kaitannya dengan Bahasa
Arab. Islam pertama muncul di Arab, oleh sebab itu kitab-kitab Islam menggunakan
Bahasa Arab. Jika Islam menyampai kejayaan sampai saat ini, ada kemungkinan
Bahasa Arab menjadi bahasa internasional saat ini. Akan tetapi beda ceritanya,
karena Islam sudah melewati masa keemasan, bahasa kebanggannya juga ikut
tersisih. Sekarang yang tahu banyak tentang Bahasa Arab hanya golongan
religious-religius tertentu.
Melihat kenyataan seperti itu, seyogyanya sebagai umat islam
mempelajarinya, untuk meneruskan perjuangan umat-umat terdahulu. Juga ada
sebuah hadits yang artinya “Belajarlah bahasa arab, karena ia adalah merupakan
bagian dari agamamu”. Dan hal itu mendorong Bahasa Arab menjadi suatu disiplin
ilmu untuk keperluan memahami teks-teks arab.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang
dimaksud pendidikan dan disiplin ilmu,
2.
Syarat pengetahuan
untuk dapat dikatakan sebagai disiplin ilmu,
3.
Posisi
pendidikan bahasa arab sebagai disiplin ilmu.
C.
Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud pendidikan dan
disiplin ilmu,
2. Mengetahui syarat pengetahuan untuk dapat
dikatakan sebagai disiplin ilmu,
3. Mengetahui posisi pendidikan bahasa arab
sebagai disiplin ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pendidikan dan
Disiplin Ilmu
Pengetahuan
erat kaitannya dengan ilmu dan pendidikan. Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan
berbekal akal pikiran, inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lain.
Melalui akal akan tercipta pengetahuan, kemudian dari pengetahuan akan tercipta
ilmu yangbisa diterapkan di kehidupan. Dari situlah muncul pendidikan yang akan
menjadi alat transfer ilmu dan mempengaruhi kehidupan manusia yang beradab.
Dari sinilah akan ditemukan betapa pentingnya pengetahuan, ilmu yang akan
muncul pendidikan.
Sebenarnya
jika kita membahas ilmu dan pendidikan banyak berhubungan dengan hal lain,
seperti filsafat. Pada zaman kuno yang ada hanyalah filsafat. Para ahli pikir
pada waktu itu mempelajari dan memikirkan segala sesuatu yang ada di alam yang
menarik minat mereka. Seolah-olah informasi yang ada di alam ini masuk semua ke
dalam benak mereka. Mereka itulah para filosof yang menjadi rujukan orang-orang
jika ingin tahu suatu permasalahan, sebab yang satu-satunya yang tahu tentang
banyak hal adalah mereka. Pada zaman itu belum ditemukan diferensi pengetahuan
dan satu-satunya pengetahuan adalah filsafat. Namun setelah zaman itu, para
ahli piker mulai berpikir tentang kebenaran filsafat, beberapa diantara mereka
tidak puas akan kebenaran itu. Mereka mulai mencari jalan sendiri-sendiri dalam
berpikir sehingga mulai lahir banyak ilmu dan ilmu-ilmu makin berdiferensiasi.[1]
Dari
diferensiasi ilmu-ilmu yang ada, maka muncullah pendidikan dari ilmu-ilmu
tersebut sebagai usaha untuk transfer dan mengembangkan ilmu tersebut. Mulai
dari hal itu, berbagai ilmu muncul sebagai bentuk pengembangan dari ilmu-ilmu
yang beragam sehingga tercipta disiplin-disiplin ilmu yang lain. Jadi bisa
disimpulkan disiplin ilmu merupakan ilmu itu sendiri yang dipelajari oleh
orang-orang itu melalui proses pendidikan.
Jika berpikir
tentang ilmu akan terbayang di benak seseorang tentang pengetahuan. Memang ilmu
itu berarti pengetahuan yang dalam bahasa arab disebut ‘ilm. Dari situ ada
kesamaan tentang ilmu dan pengetahuan. Akan tetapi dalam bahasa kita tentang
pengetahuan dan ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang berbeda. Menurut
Poedjawijatna (1991), pengetahuan adalah segala sesuatu hasil dari proses
mengetahui manusia, atau segala sesuatu yang diketahui manusia, sedangkan ilmu
pengetahuan adalah pengetahuan yang
diperoleh manusia melalui cara-cara ilmiah atau metode ilmiah (scientific
method). Jadi pengetahuan itu bersifat tidak bisa dipertanggungjawabkan
kebenarannya, akan tetapi ilmu pengetahuan bisa dipertanggungjawabkan
kebenarannya karena diperoleh melalui langkah-langkah tertentu yang secara
sistematis metodis telah disepakati oleh para ilmuan.[2]
Jadi dapat disimpulkan ilmu pengetahuan itu muncul dari pengetahuan dan menjadi
disiplin ilmu.
B.
Syarat
pengetahuan untuk dapat dikatakan sebagai disiplin ilmu.
Ilmu pengetahuan adalah objek yang dikaji
dalam pendidikan. Ilmu pengetahuan muncul karena ada beberapa alasan, yaitu:
1.
Karena manusia
didorong oleh keinginan dari dalam dirinya perasaan rasa ingin tahu (curiosity).
Dorongan perasaan ingin tahu inilah yang membawa manusia untuk mempelajari
alam dan objek-objek lainnya,
2.
Karena manusia
didorong oleh keinginanhidup yang lebih praktis atau dorongan kepraktisan (practicality
motive),
3.
Karena manusia
memiliki dorongan mencari hukum-hukum dan pola-pola keteraturan alam semesta (Intrinsic
orderliness motive).[3]
Dari ketiga hal itulah kemudian muncul berbagai ilmu pengetahuan
yang akan masuk, bahkan mengatur kehidupan yang dijalani oleh manusia.
Kemudian dari ilmu pengetahuan itulah tercipta pendidikan yang
dilaksanakan sebagai mediator untuk kegiatan transfer ilmu yang dilakukan oleh
beberapa orang. Setelah terjadi pendidikan, dari ilmu pengetahuan-pengetahuan
yang lain juga muncul pendidikan-pendidikan yang lain, dan akhirnya banyak
sekali pendidikan yang ada sama dengan jumlah ilmu pengetahuan yang ada. Dari
banyaknya pendidikan itu timbullah bentuk disiplin ilmu baru yang khusus
membahas tentang pendidikan itu sendiri.
Untuk menjadi didiplin ilmu, ada beberapa syarat yang harus ada
dalam pengndidikan. Syarat-syarat itu antara lain:
1.
Obyek Ilmu Pendidikan
a) Obyek Material dan Obyek
Formal
Pendidikan merupakan aktivitas atau keiatan si
pendidik secara sadar membawa anak didik kearah kedewasaan.
Anak didik adalah manusia, berarti obyek ilmu
pendidikan adalah manusia. Tetepi manusia ini juga menjadi obyek ilmu-ilmu
social selainnya, manusia adalah obyek Material Ilmu pendidikan.
b) Obyek Formal
Adapun obyak formal ilmu pendidikan adalah
problema-problema yang menyangkut apa, siapa, mengapa, dimana Bilamana
hubungannya dengan usaha membawa anak didik kepada suatu tujuan. Dengan kata
lain obyek formal Ilmu Pendidikan adalah kegiatan manusia dalam usahanya
membawa atau membimbin manusia lain kearah kedewasaan, yaitu terlepas dari
ketergantungan kepada manusia lain.
2.
Metode
penelitiaan
Banyak metode ilmiah yang di
pergunakan dalam ilmu pendidikan. Metode-metode yang digunakannya dapat
dipertanggung jawabkan ,dapat di kontrol dan dapat di buktikan kebenarannya,
baik metode pengumpulan keterangan atau data maupun metode pendidikan.
3.
Sistematika
Sistematika adalah uraian sejumlah
komponen/unsur yang berkaitan satu dengan yang lain menurut susunan tertentu
sehingga merupakan satu kesatuan yang berfungsi untuk mencapai suatu
tujuan.sistematika merupakan persyaratan ilmu pengetahuan yang otonom/yang berdiri
sendiri.
Dengan menggolong-golongkan problem-problem
/berbagai masalah ke dalam beberapa unsur komponen dan dengan pembahasan
masalah ilmu pendidikan,menunjukkan bahwa penyusunan ilmu pendidikan itu telah
menggunakan sistematika.[4]
Ilmu pendidikan sistematika
mendiskripsikan pemikiran secara tersusun dan lengkap tentang masalah
pendidikan. Ilmu ini membahas secara umum,abstrak , dan lengkap tentang
komponen-komponen pokok dalam pendidikan serta interaksi sinergis antar
komponen dalam penyelenggaraan pendidikan.
C.
Posisi
pendidikan bahasa arab sebagai disiplin ilmu.
Pendidikan
memiliki peranan sangat penting bagi warga Negara.pendidikan bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya,yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap tuhan yang maha esa
dan berbudi luhur,memiliki pengetahuan dan ketrampilan,kesehatan jasmani dan
rohani,kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.oleh karena itu setiap warga Negara berhak untuk
mendapatkan pendidikan.seperti tercantum di dalam UUD ’45 pasal 31 ayat 1 dan
UU no 2 tahun 1989 tentang system pendidikan nasional bab lll ayat 5 dinyatakan
bahwa setiap warga Negara mempunyai kesempatan yang sama memperoleh pendidikan.
Hal ini menunjukkan bahwa anak berkelaian berhak pula memperoleh kesempatan
yang sama dengan anak lainnya dalam pendidikan.
Dalam sejarah bangsa, bahasa Arab
memiliki peran penting. Bahasa ini turut memberi sumbangsih besar pada
perkembangan bahasa Indonesia. Pada banyak madrasah dan sekolahan,pembelajaran
bahasa arab juga menjadi bagian dari perangkat mendalami agama islam. Bahasa
arab diajarkan dan di praktikkan sebagai media komunikasi religius maupun
pendidikan. Lambat laun banyak peserta
didik yang mampu berbahasa arab.
Pelajaran bahasa arab tidak saja
mengajarkan sebuah disiplin ilmu bahasa yang penguasaan tertingginya untuk
peserta didik mampu menguasai istima’(listening),qiro’ah(reading),kitabah, dan
kalam. Namun bahasa arab juga sebagai media pembangunan karakter. Dengan mampu
menguasai bahasa arab seseorang bisa memahami al qur’an. Sementara Nabi
Muhammad yang di akui sebagai manusia yang paling sempurna karakter/akhlaknya
diperoleh dari al qur’an.
Dapat dipahami bahwa secara formal
bahasa Arab merupakan bahasa asing. Karena sebagai bahasa asing, sistem
pembelajarannya adalah pembelajaran bahasa asing, mulai dari tujuan, materi,
sampai kepada metode. Dengan demikian jika ada kalangan tertentu Indonesia yang
menganggap bahasa Arab bukan bahasa asing, maka itu tidak resmi karena di luar
patokan yang ditetapkan oleh pemerintah
Indonesia.
Pendidikan bahasa Arab sangat
dibutuhkan dewasa ini di Indonesia, mengingat sedikitnya lembaga pendidikan
yang mengajarkan bahasa Arab dibandingkan dengan bahasa asing lainnya di negeri
yang mayoritas penduduknya muslim dan populasi muslim terbesar di dunia ini.
Tidak perlu diragukan lagi, memang
sepantasnya seorang muslim mencintai bahasa Arab dan berusaha menguasainya
karena Islam adalah agama wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad
SAW dengan perantaraan Malaikat Jibril. Wahyu yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad sebagai utusan terakhir,
dihimpun menjadi kitab suci Al-Qur’an yang berbahasa Arab. Allah telah
menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an karena bahasa Arab adalah bahasa
terbaik yang pernah ada, sebagaimana firman Allah إنّا أنزلناه
قرأنا عربيا لعلّكم تعقلون yang artinya “ Sesungguhnya kami
menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya”.
Orang yang menguasai bahasa Arab
sangat mudah untuk mengajar semua cabang ilmu agama. Sebaliknya, alumni
perguruan tinggi agama yang bahasa Arabnya sangat minim, akan tidak efektif
dalam pelaksanaan tugasnya sebagai guru agama, sebab فاقد الشيئ لا
يعطى “those who have nothing can give nothing”.
Mereka yang tidak punya apa-apa tidak bisa memberi apa-apa.
Karena bahasa Arab memiliki
keistimewaan dibanding dengan bahasa-bahasa dunia lainnya yaitu adanya ikatan kuat dengan
kehidupan, akhlaq, dan agama karena kitab suci agama Islam diturunkan dengan
bahasa Arab. Orang yang pandai bahasa Arab cenderung senang membaca kitab-kitab
para ulama’ yang berbahasa Arab dan tentu senang juga membaca dan menghafal
Al-Qur’an serta hadis-hadis Rosulullah sehingga hal ini bisa memperbagus akhlaq
dan agamanya.
Pendidikan bahasa Arab di Indonesia
sudah diajarkan mulai dari TK (sebagian) hingga perguruan tinggi. Berbagai
potret penyelenggaraan pendidikan bahasa Arab di lembaga-lembaga pendidikan
Islam setidaknya menunjukkan adanya upaya serius untuk memajukan sistem dan
mutunya. Secara teoritis, paling tidak ada empat orientasi pendidikan bahasa
Arab sebagai berikut:
1)
Orientasi
religius, yaitu belajar bahasa Arab untuk tujuan memahami dan memahamkan ajaran
Islam (fahm al-maqru’). Orientasi ini dapat berupa belajar keterampilan pasif
(mendengar dan membaca), dan dapat pula mempelajari keterampilan aktif
(berbicara dan menulis).
2)
Orientasi
akademis, yaitu belajar bahasa Arab untuk tujuan memahami ilmu-ilmu dan
keterampilan berbahasa Arab (istima’, kalam, qira’ah, dan kitabah). Orientasi
ini biasanya identik dengan studi bahasa Arab di Jurusan Pendidikan Bahasa
Arab, Bahasa dan Sastra Arab, atau pada program Pascasarjana dan lembaga ilmiah
lainnya.
3)
Orientasi
profesional/praktis dan pragmatis, yaitu belajar bahasa Arab untuk kepentingan
profesi, praktis atau pragmatis, seperti mampu berkomunikasi lisan (muhadatsah)
dalam bahasa Arab untuk bisa menjadi TKI, diplomat, turis, misi dagang, atau
untuk melanjutkan studi di salah satu Negara Timur Tengah, dan sebagainya.
4)
Orientasi
ideologis dan ekonomis, yaitu belajar bahasa Arab untuk memahami dan
menggunakan bahasa Arab sebagai media bagi kepentingan orientalisme,
kapitalisme, imperialisme, dan sebagainya. Orientasi ini antara lain, terlihat
dari dibukanya beberapa lembaga kursus bahasa Arab di negara-negara Barat.[5]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dewasa ini banyak sekali ilmu muncul di belantara keilmuan. Tak
jarang dari ilmu-ilmu itu membahas tentang teknologi, alam, dunia umum, dll.
Akan tetapi sedikit sekali ilmu pembahasan tentang dunia religious, padahal ini
sangat penting bagi kehidupan umat manusia terkait dengan hidup manusia di
dunia hanya ibarat mampir minum. Hal ini sangat disayangkan sekali.
Tidak seharusnya ilmu tentang religius tidak diperhatikan bahkan
dilupakan. Kenyataan yang ada ilmu-ilmu itu mulai dilupakan dengan ditandai
banyak orang yang pintar, berilmu, akan tetapi tidak bermoral. Inilah letak
pentingnya ilmu agama dan akhlak. Inilah yang perlu jadi perhatian banyak
orang. Seharusnya antara ilmu yang sifatnya duniawi dan ukhrowi itu seimbang.
Lambat laun orang mulai menyadari akan pentingnya ilmu-ilmu yang
kurang diperhatikan. Sebagai bukti sekarang ada yang namanya pendidikan karakter
sebagai bentuk pengembangan dari ilmu-ilmu tersebut. Pendidikan ini berbasis
pembenahan karakter bagi peserta didik, yang mana peserta didik dibentuk untuk
menjadi pribadi yang berkarakter apik.
Berbagai disiplin ilmu muncul sebagai imbas dari kesadaran
orang-orang akan pentingnya ilmu-ilmu agama. Identik dengan agama, Bahasa Arab
juga mulai diperhatikan. Berawal dari bahasa dunia kelahiran islam, sekarang
Pendidikan Bahasa Arab muncul sebagai disiplin ilmu baru dan telah memenuhi
perstaratan-persyaratan yang harus dipenuhi. Ini sebagai wujud penyegaran agama
yaitu mengenal bahasa tempat kelahiran agama kita, dan juga sebagai bentuk
penanaman nilai keagamaan sebagai umat islam untuk mengenali bahasa dari dunia
tempat Islam dilahirkan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Prof. Dr. Made
Pidarta, Landasan Kependidikan; Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia,
(Malang: PT Rineka Cipta, 2007),
2.
Arif Rohman, Memahami
Pendidikan & Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta; CV. Aswaja Pressindo, 2011),
3.
Drs.H.Abu Ahmadi,Dra.Nur
Uhbiyati, Ilmu Pendidikan,(Jakarta: PT.MELTON PUTRA, 2003),
4.
blogspot.com/2013/06/urgensi-bahasa-arab-dalam-lembaga.html
[1] Prof. Dr. Made Pidarta, Landasan Kependidikan; Stimulus Ilmu
Pendidikan Bercorak Indonesia, (Malang: PT Rineka Cipta, 2007), hlm 79
[2] Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta;
CV. Aswaja Pressindo, 2011), hlm 58
[3] Ibid, hlm 58
[4] Drs.H.Abu Ahmadi,Dra.Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan,(Jakarta:
PT.MELTON PUTRA, 2003), hlm 81.
[5]blogspot.com/2013/06/urgensi-bahasa-arab-dalam-lembaga.html, diunduh
pada tanggal 24 Maret 2014
0 Response to "MAKALAH ILMU PENDIDIKAN BAHASA ARAB"
Post a Comment