MAKALAH SOSIOLOGI BUDAYA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Belajar dan mengajar tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa. Berbagai kegiatan seperti bagaimana membiasakan seluruh warga sekolah disiplin dan patuh terhadap peraturan yang berlaku di sekolah, saling menghormati, membiasakan hidup bersih dan sehat serta memiliki semangat berkompetisi secara fair dan sejenisnya merupakan kebiasaan yang harus ditumbuhkan di lingkungan sekolah sehari-hari.
Kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma, ritual, mitos yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah disebut budaya sekolah. Budaya sekolah dipegang bersama oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi, dan siswa sebagai dasar mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah. Sekolah menjadi wadah utama dalam transmisi kultural antar generasi.
Kultur sekolah berpengaruh terhadap peningkatan prestasi dan motivasi siswa untuk berprestasi, sikap dan motivasi guru serta produktivitas dan kepuasan kerja guru. Untuk menciptakan kultur sekolah yang positif dibutuhkan adanya kesadaran dan motivasi  terutama dari diri masing-masing warga sekolah. Guru sebagai ujung tombak di lapangan harus mampu memberikan motivasi dan inspirasi bagi siswa khususnya. Kebiasaan guru yang datang tepat waktu dan melaksanakan tugas mengajar dengan baik, sikap dan cara berbicara saat berkomunikasi dengan siswa dan unsur sekolah lainnya, disiplin dalam melaksanakan tugas merupakan kebiasaan, nilai dan teladan yang harus senantiasa dijaga dalam kehidupan sekolah. Agar kebiasaan-kebiasaan positif tersebut terpelihara dan mendarah daging dalam diri seluruh warga sekolah yang selanjutnya diwujudkan dalam perilaku sehari-hari, dibutuhkan adanya “ sense of belonging” atau rasa memiliki  terhadap sekolah.
1.2  Rumusan  Masalah
1.      Pengertian budaya sekolah,
2.      Karakteristik budaya sekolah,
3.      Unsur-unsur kebudayaan sekolah,
4.      Peran budaya sekolah,
1.3  Tujuan Masalah
1.      Mengetahui pengertian budaya sekolah,
2.      Mengetahui tentang sekolah sebagai tempat yang berbudaya,
3.      Mengetahui unsur-unsur budaya sekolah,
4.      Mengetahui masyarakat yang terdapat di dalam budaya sekolah.



















BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian kebudayaan sekolah
Kebudayaan (cultuur dalam bahasa belanda), (culture dalam bahasa inggris), berasal dari bahasa latin “colere” yang  berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini maka  berkembanglah arti culture yang berarti “segala daya dan aktivitas manusia untuk mengubah alam”. Sedangkan dari sudut  bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal. Pendapat lain mengatakan bahwa kata budaya adalah sebagai perkembangan dari kata majemuk yaitu budi daya yang berarti daya dari budi, karena itu dibedakan antara pengertian budaya dengan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta,karsa,dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta,karsa dan rasa tersebut.[1]
Sedangkan sekolah berasal dari bahasa belanda school, bahasa jerman die scrulle, bahasa inggris school yang artinya sama dengan sekolah, yaitu suatu lembaga pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari kata sekolah mempunyai banyak arti. Sekolah dapat diartikan sebagai gedung tempat belajar, waktu berlangsungnya pelajaran, dan usaha menuntut pelajaran kegiatan belajar mengajar. Terlepas dari pengertian ini, sekolah merupakan lembaga pendidikan formal sebagai tempat belajar siswa.[2]
Banyak tokoh memaknai budaya sekolah, antara lain Kennedy (1991) mengungkapkan bahwa Budaya sekolah adalah keyakinan dan nilai-nilai milik bersama yang menjadi pengikat kuat kebersamaan mereka sebagai warga suatu masyarakat. Jika definisi ini diterapkan di sekolah, sekolah dapat saja memiliki sejumlah kultur dengan satu kultur dominan dan kultur lain sebagai subordinasi.Pandangan lain tentang budaya sekolah dikemukakan oleh Zamroni ( 2011 ) bahwa budaya sekolah adalah merupakan suatu pola asumsi-asumsi dasar, nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan yang dipegang bersama oleh seluruh warga sekolah, yang diyakini dan telah terbukti dapat dipergunakan untuk menghadapi berbagai problem dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan melakukan integrasi internal, sehingga pola nilai dan asumsi tersebut dapat diajarkan kepada anggota dan generasi baru agar mereka memiliki pandangan yang tepat bagaimana seharusnya mereka memahami, berpikir, merasakan dan bertindak menghadapi berbagai situasi dan lingkungan yang ada.[3]
Sebagai institusional, sekolah mempunyai sistem sosial diantara anggotanya, yang selanjutnya disebut dengan kebudayaan sekolah. Kebudayaan sekolah adalah sebagai petunjuk bagaimana  masyarakat sekolah seharusnya bertindak dan berperilaku. Oleh karena itu, setiap sekolah mempunyai kebudayaan –kebudayaan  sendiri-sendiri yang berbeda dengan kebudayaan sekolah lainnya. Setiap sekolah mempunyai aturan ,tata tertib, kebiasaan-kebiasaan,upacara-upacara,mars/hymne sekolah, pakaian seragam, dan lembaga-lembaga yang lain sebagai ciri khas sekolah yang bersangkutan.
Budaya sekolah sangat penting dalam pendidikan di sekolah. Sebuah sekolah akan mempunyai daya tarik tersendiri jika mempunyai budaya yang baik dan unik. Kita misalkan di dalam sebuah sekolah terdapat siswa-siswa / masyarakat yang tekun dalam belajar, mempunyai perilaku yang baik, maka akan tercipta suatu kegiatan belajar mengajar dan lingkungan pendidikan yang menyenangkan dan indah, berbeda jika di dalam sekolah masyarakatnya merupakan sekelompok orang yang bermalas-malasan dalam melakukan kegiatan dan mempunyai perilaku yang buruk sudah pasti akan tercipta suasana yang tidak menyenangkan. Dari hal itulah kita bisa menyimpulkan betapa pentingnya konsep budaya di dalam sekolah. Jika suatu sekolah ingin maju, sukses dalam hal pendidikan maka harus mempunyai konsep yang baik.
2.2  Karakteristik budaya sekolah
Banyak orang mengatakan bahwa pada zaman ini anak muda yang banyak dari mereka merupakan siswa sekolah mengalami penurunan moral, jika dicermati itu merupakan dampak dari budaya sekolah di sekitar kita yang tidak baik. Seperti yang telah tercantum, budaya sekolah sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Untuk mewujudkan budaya yang baik, salah satu usaha pemerintah adalah mengadakan pendidikan berbasis karakter.
Dalam lingkup tatanan dan pola yang menjadi karakteristik sebuah sekolah, kebudayaan memiliki dimensi yang dapat di ukur yang menjadi ciri budaya sekolah seperti:
  1. Tingkat tanggung jawab, kebebasan dan independensi warga atau personil sekolah, komite sekolah dan lainnya dalam berinisiatif.
  2. Sejauh mana para personil sekolah dianjurkan dalam bertindak progresif, inovatif dan berani mengambil resiko.
  3. Sejauh mana sekolah menciptakan dengan jelas visi, misi, tujuan, sasaran sekolah, dan upaya mewujudkannya.
  4. Sejauh mana unit-unit dalam sekolah didorong untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.
  5. Tingkat sejauh mana kepala sekolah memberi informasi yang jelas, bantuan serta dukungan terhadap personil sekolah.
  6. Jumlah pengaturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku personil sekolah.
  7. Sejauh mana para personil sekolah mengidentifkasi dirinya secara keseluruhan dengan sekolah ketimbang dengan kelompok kerja tertentu atau bidang keahlian profesional.
  8. Sejauh mana alokasi imbalan diberikan didasarkan atas kriteria prestasi.
  9. Sejauh mana personil sekolah didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka.
  10. Sejauh mana komunikasi antar personil sekolah dibatasi oleh hierarki yang formal (diadopsi dari karakteristik umum seperti yang dikemukakan oleh Stephen P. Robbins).
Dari sekian karakteristik yang ada, dapat dikatakan bahwa budaya sekolah bukan hanya refleksi dari sikap para personil sekolah, namun juga merupakan cerminan kepribadian sekolah yang ditunjukan oleh perilaku individu dan kelompok dalam sebuah komunitas sekolah.[4]
2.3  Unsur-unsur  kebudayaan sekolah
Dalam melaksanakan kurikulum dan ekstra kurikulum berkembang sejumlah pola kelakuan yang khas bagi sekolah yang berbeda dengan yang terdapat pada kelompok-kelompok lain dalam masyarakat.Tiap kebudayaan mengandung bentuk kelakuan yang yang diharapkan dari anggotanya.Di sekolah diharapkan bentuk kelakuan tertentu dari semua murid dan guru.Itulah yang menjadi norma bagi setiap muriddan guru.Norma ini nyata dalam kelakuan murid dan guru, dalam peraturan-peraturan sekolah, dalam tindakan dan hukuman terhadap pelnggaran, juga dlam berbagai kegiatan seperti upacara-upacara.
Sistem pendidikan mengembangkan pola kelakuan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat dan murid-murid. Kehidupan di sekolah seta norma-norma yang berlaku di situ dapat disebut dengan Kebudayaan Sekolah. Kebudayaan sekolah itu memiliki beberapa unsur-unsur penting yaitu:
·         Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah(gedung sekolah dan perlengkapan lainnya)   
·         Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta yang menjadi keseluruhan program pendidikan.
·         Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiri atas guru-guru, siswa, tenaga administrasi, tata usaha, dan non teaching specialist.
·         Nilai-nilai norma , system peraturan, dan iklim kehidupan sekolah.[5]
Hedley Beare mendeskripsikan unsur-unsur budaya sekolah dalam dua kategori:
1.      Unsur  yang tidak kasat mata
Unsur yang tidak kasat mata adalah filsafat atau pandangan dasar sekolah mengenai kenyataan yang luas, makna hidup atau yang di anggap penting dan harus diperjuangkan oleh sekolah. Dan itu harus dinyatakan secara konseptual dalam rumusan visi, misi, tujuan dan sasaran yang lebih kongkrit yang akan di capai oleh sekolah.
2.      Unsur yang kasat  mata dapat termenifestasi secara konseptual  meliputi :
·          Visi,misi, tujuan dan sasaran,
·          Kurikulum,
·          Bahasa komunikasi,
·         Narasi sekolah, dan narasi tokoh-tokoh,
·         Struktur organisasi,
·         Ritual, dan  upacara,
·         Prosedur belajar mengajar,
·         Peraturan sistem ganjaran/ hukuman,
·         Layanan psikologi sosial,
·         Pola interaksi sekolah dengan orang tua, masyarakat dan yang meteriil dapat berupa: fasilitas dan peralatan, artifiak dan tanda kenangan serta pakaian seragam.
Djemari Mardapi (2003) membagi unsur-unsur budaya sekolah jika ditinjau dari usaha peningkatan kualitas pendidikan sebagai berikut :
a.       Kultur sekolah yang positif
Kultur sekolah yang positif adalah kegiatan-kegiatan yang mendukung    peningkatan kualitas pendidikan, misalnya kerjasama dalam mencapai prestasi, penghargaan terhadap prestasi, dan komitmen terhadap belajar.
b.      Kultur sekolah yang negatif
Kultur sekolah yang negatif adalah kultur yang kontra terhadap peningkatan mutu pendidikan. Artinya resisten terhadap perubahan, misalnya dapat berupa: siswa takut salah, siswa takut bertanya, dan siswa jarang melakukan kerja sama dalam memecahkan masalah.
c.       Kultur sekolah yang netral
Yaitu kultur yang tidak berfokus pada satu sisi namun dapat memberikan konstribusi positif tehadap perkembangan peningkatan mutu pendidikan. Hal ini bisa berupa arisan keluarga sekolah, seragam guru, seragam siswa dan lain-lain.[6]
2.4  Peran Budaya Sekolah
Kebudayaan sekolah mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pola perilaku anak didik, terutama dalam proses belajar mengajar. Ternyata apa yang dihayati oleh siswa seperti sikap dalam belajar, sikap terhadap kewibawaan, dan sikap terhadap nilai-nilai tidak berasal dari kurikulum sekolah yang formal, melainkan berasal dari kebudayaan sekolah itu. Anak didik sangat dipengaruhi oleh pola tingkah laku letak sekolah, prasarana gedung sekolah, anggota-anggota sekolah, serta norma dan nilai-nilai yang ada di dalam sekolah, jika semua itu baik, akan menjadi indah.[7]
Ki Hadjar dewantara, dalam Kongres Taman Siswa Pertama tahun 1930 menyodorkan konsep pendidikan sebagai berikut: “Pendidikan beralaskan garis hidup dari bangsanya (kulturial nasional) yang ditujukan untuk keperluan perikehidupan yang dapat mengangkat derajat Negara dan rakyatnya, agar dapat bersama-sama dengan lain-lain bangsa untuk kemulyaan segenap manusia di seluruh dunia”.
Dari ungkapan tersebut dapat kita lihat beberapa butir-butir yang dikemukakan ki Hadjar Dewantara yang berkaitan dengan budaya diantaranya, bahwa Kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari pendidikan, bahkan kebudayaan merupakan alas atau dasar pendidikan. [8]
Djemari (2003) membagi karekteristik peran kultur sekolah berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi tiga yakni :
  1. Bernilai Strategis
Budaya yang dapat berimbas dalam kehidupan sekolah secara dinamis. Misalnya memberi peluang pada warga sekolah untuk bekerja secara efisien, disiplin dan tertib. Kultur sekolah merupakan milik kolektif bukan milik perorangan, sehingga sekolah dapat dikembangkan dan dilakukan oleh semua warga sekolah.
2.      Memiliki Daya Ungkit
Budaya yang memliki daya gerak akan mendorong semua warga sekolah untuk berprestasi, sehingga kerja guru dan semangat belajar siswa akan tumbuh karena dipacu dan didorong, dengan dukungan budaya yang memiliki daya ungkit yang tinggi. Misalnya kinerja sekolah dapat meningkat jika disertai dengan imbalan yang pantas, penghargaan yang cukup, dan proporsi tugas yang seimbang. Begitu juga dengan siswa akan meningkat semangat belajranya, bila mereka diberi penghargaan yang memadai, pelayanan yang prima, serta didukung dengan sarana yang memadai.
3.      Berpeluang Sukses
Budaya yang berpeluang sukses adalah budaya yang memiliki daya ungkit dan memiliki daya gerak yang tinggi. Hal ini sangat penting untuk menumbuhkan rasa keberhasilan dan rasa mampu  untuk melaksanakan tugas dengan baik. Misalnya budaya gemar membaca. Budaya membaca di kalangan siswa akan dapat mendorong mereka untuk banyak tahui tentang berbagai macam persoalan yang mereka pelajari di lingkungan sekolah. Demikian juga bagi guru mereka semakin banyak pengetahuan yang diperolah, tingkat pemahaman semakin luas, semua ini dapat berlangsung jika disertai dengan kesadaran, bahwa mutu/ kualitas yang akan menentukan keberhasilan seseorang.[9]













BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap sekolah selalu mengedepankan adanya karakteristik yang mendominasi dari dukungan kebudayaan. Kebudayaan yang dimiliki tidaklah hanya sekadar menimbang-nimbang seberapa banyak siswa yang dimilikinya, tetapi dari bobot yang tertanam dalam setiap siswa yang mencondongkan dengan sikap terpuji. Literasi yang terkandung dalam kebudayaan sekolah yakni dari apa yang di pandang oleh suatu masyarakat dengan dukungan dari sikap-sikap jajaran guru beserta perangkat lain, juga visi dan misi yang telah terwujud.
Hingga telah ditetapkan oleh Ki Hadjar dewantara, dalam Kongres Taman Siswa Pertama tahun 1930 menyodorkan konsep pendidikan sebagai berikut: “Pendidikan beralaskan garis hidup dari bangsanya (kulturial nasional) yang ditujukan untuk keperluan perikehidupan yang dapat mengangkat derajat Negara dan rakyatnya, agar dapat bersama-sama dengan lain-lain bangsa untuk kemulyaan segenap manusia di seluruh dunia”. Dari ketetapan yang telah dipaparkan, merupakan suatu cendekia yang paling utama dalam menyongsong generasi dengan kebudayaan yang tercipta dalam sekolah.
3.2 Saran
            Songsonglah generasi penerus dengan membudayakan kebudayaan sekolah yang mengedepankan prioritas bangsa dan agama.






DAFTAR PUSTAKA
1.      Sosiologi Pendidikan, Drs, H. Abu Ahmad,.Jakarta; Rineka Cipta, 2007
2.      Sosiologi Pendidikan,  Moh. Padil Triyo Supriyatno,Yogyakarta; UIN-Maliki Press, 2010
3.      Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat madani Indonesia, Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc. Ed. (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2002)
6.   http://blog.umy.ac.id/wiwinsundari/2011/11/09/budaya-sekolah-school-culture, diunduh pada tanggal 31 maret 2014
7.      http://kikyuno.blogspot.com/2012/05/makalah-budaya-sekolah.html,diunduh pada tanggal 31 maret 2014






[1] Drs. H. Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta; Rineka Cipta, 2007), hlm 58
[2] Moh. Padil Triyo Supriyatno,  Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta; UIN-Maliki Press, 2010), hlm 145
[5]Moh. Padil Triyo Supriyatno,  Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta; UIN-Maliki Press, 2010), hlm 160
[7]Moh. Padil Triyo Supriyatno,  Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta; UIN-Maliki Press, 2010), hlm, hlm 161
[8] Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc. Ed., Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat madani Indonesia, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm 68

0 Response to "MAKALAH SOSIOLOGI BUDAYA"

Post a Comment