A.
Pendahuluan
Dalamduniapendidikanterdapat yang
namanyakegiatanbelajarmengajar. Hal
itubanyakmemunculkanhal-halbarudalamkajianilmupendidikan. Dari
kajianpembelajaran yang universal itudiperincimenjadidisiplin-disiplin yang
lebihterperincidanmengarahkehal yang lebihkhusus. Hal itudimaksudkan agar
lebihmudahketikamencarihal yang sulitketikahanyadiberigambaranumum.
Salah
satunyaadalahkeilmuantentangbelajar. Dari
kegiatanbelajarmunculpelbagaiteori-teoritentangbelajar. Sepertitelahdiutarakan,
halitudimaksudkan agar lebihmudahuntukmenget
ahuitentanghalkhususini,
dalamhalinibelajaritusendiri, bagaimana proses belajar yang benaritu,
dandariteori-teori, dapatdipilihmanakahteori yang pas
danrelevanuntukditerapkandalamduniapesertadidik.
Salah satu teori belajar tersebut adalah teori
belajar kognitivisme. Pada kesempatan ini kami merangkum beberapa hal yang
berkaitan tentang teori ini dan kami susun dari beberapa rumusan masalah yaitu:
1.
Pengertian teori belajar Kognitivisme
2.
Karakteristik
belajar menurut teori kognitivisme
3.
Pendapat para tokoh teori
kognitivisme
B. Pembahasan
1.
Pengertian
Teori kognitivisme
mengandung kata kognitif istilah dari kata “cognitive” yang berasal dari
kata “cognition” yang padanannya knowing, berarti mengetahui. Ketika
diartikan dengan luas ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan
(Neisser,1976.) kemudian melalui otak otak kreatif manusia berkembang istilah
kognitif menjadi sesuatu yang populer sebagai salah satu pembahasab psikologis
manusia yang meliputi hal hal berkaitan dengan mental yaitu tentang pemahaman,
pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan
keyakinan[1].
Sedangkan secara istilah
pendidikan kognitif adalah salah satu teori belajar yang mana belajar merupakan
pengorganisasian aspek aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman.
Dapat kita ambil kesimpulan dalam model ini tingkah laku seseorang ditentukan
oleh persepsi dan pemahamannya tentang yang berkaitan dengan tujuan dan
perubahn tingkah laku, sangat dipengaruhi oleh belajar berfikir internal yang
terjadi selama proses belajar.[2]
Belajar kognitif mempunyai
ciri khas tersendiri yang terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan
suatu bentuk representasi yaitu sesuatu yang mewakili simbol atau wujud sesuatu yang lainnya yang
mana sesuatu itu dihadapi entah itu merupakan orang, benda maupun peristiwa. [3] misalnya
seseorang pernah mengalami kejadian kecelakaan dalam pejalanan kemudian
seseorang itu mempunyai ingatan dalam benaknya dan menceritakan pengalaman itu.
Pengalaman yang diceritakan itulah merupakan sesuatu yang berkaitan dengan
mental yang meupakan hasil dari kognitif seseorang.
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa teori belajar kognitif adalah teori dimana dalam belajar itu
lebih mengedepankan aspek pengetahuan dan bersifat non fisik sebagai sumber
pengetahuan yang diperoleh dari belajar. Contoh riil seorang peserta didik
diarahkan agar belajar menguasai sesuatu dengan dihadapkan atau dihadirkan kepada
suatu obyek kemudian dia menggunakan nalarnya untuk menyampaikan gagasannya
kembali tentang obyek tersebut.
Teori kogniti sering
dikatakan bertolak belakang dengan teori behavioristik, hal ini tidak berarti
teori kognitif anti terhadap teori behavioristik, hanya saja para ahli
berpendapat bahwa teori behavioristik itu belum lengkap sebagai sebuah teori,
sebab tidak memperhatikan proses mental seperti berfikir, mempertimbangkan
pilihan dan mengambil keputusan, dan juga teori behavioristik acuh terhadap
urusan perasaan.[4]
2. Karakteristik Belajar Menurut Teori Kognitivisme
Seperti yang telah dijelaskan belajar secara
kognitif berarti belajar yang melibatkan aspek kognitif peserta didik. Oleh
karena itu belajar menggunakan teori kognitif mempunyai karakteristik yang
bersifat nalar yang umumnya meliputi mengingat dan berfikir.
a. Mengingat
Adalah suatu aktifitas kognitif dimana orang
memperoleh pengetahuannya berasal dari masa lampau atau berdasarkan kejadian yang
berkesan yang telah diperoleh secara sadar. Dalam mengingat ada dua bentuk yang
paling menarik perhatian yaitu mengenal kembali (rekognisi) dan mengingat
kembali.
Mengenal kembali, orang berhadapan dengan suatu
obyek dan pada saat itu dia menyadari bahwa obyek itu pernah dijumpai dimasa
lampau. Contoh dalam belajar seperti ketika siswa belajar dan melihat sebuah
obyek seperti gambar atau sejenisnya dan dilain waktu siswa itu menemui gambar
yang sama dengan gambar yang pernah dilihat sebelumnya dan dia ingat gambar itu
secara sadar.
Dalam mengenal kembali ada beberapapoin penting,
yaitu :
Ø Aktifitas mengingat dengan mengingat kembali
ternyata terikat pada kontak kembali dengan obyek, seandainya tidak ada kontak,
maka tidak terjadi mengingat.
Ø Orang tahu bahwa obyek yang dijumpai itu pernah dijumpai sebelumnya sejak
bertemu dengan obyek itu untuk pertama kali.
Mengingat kembali adalah
menghadirkan suatu kesan pada masa lampau dalam bentuk suatu tanggapan atau
gagasan, akan tetapi hal yang diingat tadi tidak hadir pada saat mengingat
kembali seperti pada mengenal kembali. Misalnya seorang peserta didik yang
menceritakan pengalamannya ketika liburan. Pada saat mengingat kembali, orang
mereproduksikan apa yang pernah dijumpai, tanpa pernah berkontak kembali dengan
hal yang pernah dijumpai itu.
Reproduksi dalam mengingat
dari kejadian-kejadian atau pengalaman-pengalaman memegang peranan penting
dalam kehidupan sehari hari. Namun, yang memegang peranan lebih penting dalam
belajar adalah reproduksi pengetahuan,
misalnya ketika siswa menghadapi ujian, siswa harus mereproduksi lagi
pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh selama mengikuti pelajaran.
Dalam mengingat ada beberapa fase yang
dilakukan oleh siswa yaitu :
·
Fase fiksasi ( siswa
mengolah bahan pelajaran )
·
Fase retensi ( siswa
menyimpan dalam ingatan )
·
Fase evokasi ( siswa
mereproduksi kembali materi yang dipelajari dan yang tersimpan dahulu.
Siswa akan mengingat
kembali secara lebih baik dengan memperhatikan dan mempelajari materi dengan
sungguh-sungguh. Jadi, kemajuan dalam mengingat kembali sangatlah bergantung
pada konsentrasi dan cara mengolah materi pelajaran saat fiksasi. [5]
b. Berfikir
Berfikir adalah aktivitas
mental yang dilakukan manusia yang membuktikan bahwasanya manusia berhadapan
dengan obyek-obyek yang diwakili dalam kesadaran. Dalam berfikir, obyek hadir
dalam bentuk representasi seperti tanggapan, pengertian atau konsep, dan lambang
verbal.
Tanggapan adalah suatu
gambaran sensorik, representasi berharga, berarti suatu gambaran mental yang
menghadirkan suatu obyek dalam kesadaran,tetapi seolah-olah sedang mengamati.
Contoh, seorang siswa diminta untuk membayangkan pesawat terbang, maka muncul dalam
fikirannya bentuk pesawat itu seperti apa, terbangnya seperti apa, itulah
tanggapan dari siswa tersebut.
Pengertian atau konsep
adalah suatu satuan arti yang mewakili sejumlah obyek yang bercirikan sama,
dalam bentuk lambang mental yang penuh gagasan. Misal, dalam pelajaran
angka-angka berada dalam pelajaran matematika, alam berada dalam pelajaran IPA.
Itu berarti pelajaran-pelajaran tersebut mempunyai pengertian yang berbeda.
Lambang verbal adalah
suaatu kata yang menunjuk pada suatu obyek. Jika suatu lambang ditujukan untuk
dirinya sendiri maka tidak mempunyai arti apa-apa. Suatu kata akan mengandung
arti ketika berposisi sebagai pengganti dari sesuatu yang lain, sesuatu yang
terdapat dalam realitas fisik. Contoh, kursi akan menjadi lambang yang berarti
ketika menjadi pengganti dari barang berkaki empat yang digunakan untuk duduk.[6]
3. Pendapat Para Tokoh Teori Kognitivisme
[1]Muhibbin Syah M.Ed, psikologi pendidikan dengan
pendekatan baru, Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2008, hal 66
[2]Al Rasyidin dan Wahyudin nurnasution,teori
belajar dan pembelajaran, Medan :Perdana Publishing, 2011, hal 32
[3]W.S winkel,psikologi pengajaran, yogyakarta
:media abadi 2007,. Hal : 72
[5]W.S. Winkel, psikologi
pengajaran,Yogyakarta:Media abadi,2007 hal.72
0 Response to "MAKALAH TEORI BELAJAR KOGNITIF"
Post a Comment