MAKALAH MUHKAM DAN MUTASYABIH




MUHKAM DAN MUTASYABIH
Di susun guna untuk memenuhi tugas kuliah
Mata kuliah: Ulumul Quran








Di susun oleh:



FAKULTAS SYARI’AH DAN DAKWAH
( PROGAM STUDI MANAJEMEN ZAKAT WAKAF DAN
PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM )
Tahun Akademik 2017/2018




BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Al-quran diturunkan oleh Allah SWT kepada manusia untuk menjadi pedomanhidup dalam mengemban tugas sebagai kholifah di bumi. Di dalamnya diterangkan tata cara secara global mengenai permasalahan-permasalahandunia dan akhirat, tata cara tersebut di ungkapkan Allah melalui Ayat-ayatNya yang Muhkam dan Mutasyabbih.
Ayat Muhkam merupakan Ayat Allah yuang artinya cukup jelas untuk di fahami oleh menusia. Tidak membutuhkan penalaran husus untuk memahami isi yang ada didalamnya, sedahkan ayat Allah yang mutasyabih, merupakan ayat Allah SWT yang membutuhkan prnalaran husus untuk memahami isi yang tersirat didalamnya.
Tentang Ayaat-ayat muhkam dan mutasyabih, untuk lebih jelasnya akan kami uraikan didalam makalah ini.

  1. Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Muhkam Dan Mutasyabbih
2.      Apa sebab-sebab adanya ayat Muhkam dan Mutasyabbih
3.      Apa ciri-ciri Ayat Muhkam dan Mutasyabbih

  1. Tujuan
1.      Untuk mengetahi pengertian Muhkam dan Mutasyabbih
2.      Untuk mengetahui sebab-sebab addanya ayat Muhkam dan Mutasyabbih
3.      Untuk mengetahui ciri-ciri ayat Muhkam dan Mutasyabbih



BAB II
PEMBAHASAN


  1. Pengrtian Muhkam Dan Mutasyabbih
1)      Pandangan Umum
Menurut bahasa Muhkam berasal dari kata-kata حكمت الدابة واحكمت yang artinya saya menahan binatangh itu.kata al-hukm berarti memutuskan antara dua hal atau perkara.  Muhkam berarti (sesuatu) yangh yang di kokohkan, ihkam al-kalam merarti mengokohkan perkataan dengan memisahkan berita yang benar dari yang salah, dan urusan yang lurus dari yang sesat.
Dengan pengertian inilah Allah mensifati qur’an bahwa seluruhnya adalah muhkam sebagaimana firman-Nya:  (كتاب أحكمت أياته ثم فصلت من لدن حكيم خبير (هود:1
“ (inilah) sebuah kitab yang ayat-ayatnya di muhkamkan, di kokohkan serta di jelaskan secara rinci”.  Inilah yang dimaksud Muhkam secara umum.
Mutasyabbih menurut bahasa berarti tasyabuh, yakni bila salah satu dari dua hal serupa dengan yang lain. Dan syubhah ialah keadaan dimana salah satu dari dua hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain karena adanya kemiripan diantara keduanya secara konkrit maupun abstrak, Allah berfirman: وأتوابه متشابها (al-baqarah [2]: 25) maksudnya, sebagian buah-buahan surga itu serupa dengan sebagian yang lain dalam hal warna, tidak dalam hal rasa dan hakikat. Dengan pengertian inilah Allah menafsiri qur’an bahwa seluruhnya adalah Mutasyabih. Sebagaimana ditrgaskan dalam ayat: الله نزل احسن الحديث كتابا متشابها مثانى  (az-zumar [39]:32). Dengan demikian, maka quran itu seluruhnya mutasyabih’ maksudnya qur’an itu sebagian kandungannya serupa dengan sebagian yang lain dalam kesempurnaan dan keindahannya., dan sebagiannya membenarkan sebagian yang lain serta pula maknanya. Inilah yang dimaksud mutasyabih secara umum.[1]
2)       Pandangan husus
Di dalam qur’qn terdapat ayat-ayat muhkam dan mutasyabih dalam arti husus, sebagaimana firman Allah:
هوالذى انزل عليك الكتاب منه أيات محكمات هن أم الكتاب وأخر متشابهات.......الاية
dialah yang menurunkan al-kitab (quran) kepadamu. Di antara isinya ada ayat muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-quran, dan ada yang mutasyabihat.” (Ali imran:7)
Ada pengartian yang di kemukakan oleh ulama’ tafsir mengenai muhkam dan mutasyabih.
1.      Menurut As-suyuti Muhkam adalah sesuatu yang jelas sedangkan mutasyabih sebaliknbya.
2.      Menurut Imam Ar-razi Muhkam adalah ayat-ayat yang kuat baik maksud maupun lafaznya, sedangkan mutasyabih adalah ayat-ayat yang lemah, masih berszifat mujmal, memerlukan ta’wil, dan sulit difahami.
3.      Menurut Manna’ Al-qatthan muhkam  adalah ayat yang maksudnya ddapat diketahui secara langsung tanpa memerlukan lain, sedangkan mutasyabih tidak seperti itu, ia memerlukan penjelasan dengan menunjuk ayat yang lain.
Dari pendapat-pendapat tentang ayat-ayat al-qur’an yang muhkamat dan muntasyabihat di atas, dapat disimpulkan bahwa ayat muhkamat adalah ayat yang sudah jelas, baik lafad maupun maksudnya sehingga tidak menimbulkan keraguan dan kekeliruan bagi orang yang memahaminya. Lain halnya dengan ayat-ayat mutasyabihat. Ayat-ayat mutasyabihat ini merupakan kumpulan ayat-ayat yang terdapat dalam al-qur’an yang masih belum jelas maksudnya, hal itu dikarenakan bersifat mujmal dia membutuhkan rincian lebih dalam. Sehingga karena sifatnya ini seseorang dapat mengetahui maknanya setelah melakukan pentakwilan.
                                                                  
  1. Sebab-Sebab Adanya Ayat Muhkam Dan Mutasyabbih

Dikalangan ‘ulama tafsir terdapat perbedaan pendapat mengenai ayat-ayat mutasyabihat. Apakah ayat itu dapat diketahui artinya atau takwilnya atau tidak, kemudian mengenai perbedaan apakah manusia berhak mengetahui maksud yang tersembunyi itu atau hanya Allah yang tahu. Perbedaan pendapat dikalangan ‘ulama pada intinya berawal dari pemahaman ayat 7 surah Ali Imran.
هوالذى أنزل عليك الكتاب منه ايات محكمات هن أم الكتاب وأخر متشابهات فأمالذين في قلوبهم زيغ فيتبعون ما تشابه منه ابتغأالفتنة وابتغأتأويله ومايعلم تأويله إلا الله والرسخون في العلم يقولون أمنابه كل من عند ربنا وما يذكر إلا ألوالأالباب
“Dia-lah yang menurunkan al kitab (al qur’an) kepada kamu. Diantara isinya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi al qur’an dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabbih untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari takwilnya. Padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat semua itu dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak dapat mengambil pelajaran melainkam orang-orang yang berakal”.
Dari ayat diatas, para ‘ulama berbeda pendapat yang berawal dari lafad والرسخون فى العلم  Permasalahannya apakah lafad itu diathofkan dengan lafad الله  atau lafad فى العم  والرسخون itu merupakan mubtada.
Menurut Ibnu abbas dan mujahid (dari kalangan sahabat) berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui arti dan takwil ayat-ayat mutasyabihat. Mereka ini beralasan lafad الرسخون  diathofkan kepada lafad الله  menurut mereka jika hanya Allah yang mengetahui dan melimpahkan kepada manusia yang mendalami ilmuNya tentang ayat-ayat mutasyabihat baik tentang pengertian maupun takwil berarti mereka sama saja dengan orang awam. Pendapat ini didukung pula oleh Hasan al asy’ari. Melihat pendapat ini, penulis berpendapat bahwa alasan mereka sangat logis sebab jika hanya Allah yang mengetahui maksudnya ayat-ayat mutasyabihat dalam al qur’an, tentu saja al qur’an itu akan kering maknanya serta tidak menjadi rahmat bagi alam semesta.
Walaupun ada ‘ulama yang mengatakan demikian, namun menurut sebagian besar ‘ulama berpendapat bahwa ayat-ayat itu tidak dapat diketahui seorang pun kecuali Allah. Menurut ‘ulama ini kita sebagai ciptaan Allah tidak perlu mencari-cari takwil tentang ayat-ayat tersebut tetapi kita harus menyerahkan persoalannya kepada Allah semata.
Dari 2 pendapat yang kontradiksi diatas, ada lagi ‘ulama yang berpendapat lain. Dalam hal ini ar roghib al as fahani dia mengambil jalan tengah dari kedua pendapat diatas.
1.      Ayat yang sekali tidak diketahui hakikatnya oleh manusia seperti waktu tibanya hari kiamat:
2.      Ayat yang dapat diketahui oleh manusia dengan menggunakan berbagai sarana terutama kemampuan akal pikiran.
3.      Ayat yang khusus hanya dapat diketahui maknanya oleh orang-orang yang ilmunya dalam dan tidak dapat diketahui oleh orang-orang selain mereka.
Demikianlah pokok-pokok yang merupakan pembahasan mufassirin di dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat. Sedangkan ayat-ayat mutasyabihat tentang sifat-sifat Allah terdapat lagi perbedaan di kalangan ‘ulama.
Pertama madzhab salaf mengimani sifat-sifat mutasyabbih dan menyerahkan maknanya kepada Allah. Pendapat ini didasari oleh ayat 5 surat toha: الرحمن على العرش  استوىyaitu Tuhan yang maha pemurah yang bersemayam di atas arasy”.
Kedua madzhab kholaf menyikapi sifat-sifat mutasyabbih Allah, dengan menetapkan makna-makna bagi lafad-lafad yang menuntut lahirnya mustahil bagi Allah, dengan pengertian yang layak bagi dzat Allah, golongan ini dinamakan juga dengan golongan muawwilah (madzhab takwil).
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kaum salaf mensucikan Allah dari makna lahir lafad dan menyerahkan hakikat maknanya kepada Allah, lain halnya dengan kaum khalaf mereka mengartikan bahwa kata istilah dengan maha berkuasa Allah dalam menciptakan segala sesuatu tanpa susah.[2]

  1. Ciri-Ciri Muhkam Dan Mutasyabbih
Ayat-ayat yang Muhkam maksudnya jelas dan terang maknanya, para ulama’ memberikan contoh Ayat-ayat muhkam dalam Al-quran tentang Ayat-ayat halal,haram, hudud (hukuman) kewajiban janji dan ancaman.[3]
Ayat- ayat mutasyabbih dapat dikategorikan kepada 3 bagian yaitu dari segi lafad, dari segi makna, dari segi kombinasi keduanya.
1.      Mutasyabbih dari segi lafad
Yang dikembalikan kepada  lafad yang tunggal yang sulit pemaknaannya, seperti الأب dan يزفون. Dan yang dilihat dari segi gandanya lafad itu dalam pemaknaanya seperti lafad اليد dan  العين
2.      Mutasyabih dari segi maknanya
Mutasyabih ini adalah menyangkut sifat-sifat Allah, sifat hari kiamat, semua sifat yang demikian tidak dapat di gambarkansecara konkrit karena kejadiannya belum pernah di alami oleh siapapun.
Qs.Ar-roman Ayat 27: ويبقى وجه ربك ذوالجلال والأكرام
Artinya:” dan tetap kekal wajah Tuhanmu”
3.      Mutasyabih dari segi lafaz dan maknanya
Mutsyabih dari segi ini, menurut As-suyuti Ada 5 macam:
a)      Mutasyabih dari segi kadarnya, seperti lafadz yang umum dan husus اقتلو المشركين artinya : “perangilah orang-orang musyrik” (Qs Attaubah 5)
b)      Mutasyabih dari segi caranya, seperti perintah wajib atau sunnah فانكحوا ماطاب لكم من النسأ  artinya “maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi ” (Qs An-Nisa’. 3)
c)      Mutasyabih dari segi waktu, seperti nasakh dan mansukh  اتقوا الله حق تقاته artinya: “ bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepadaNya” Qs Ali Imron 102
d)      Mutasyabih dari segi tempat dan suasana dimana ayat itu diturunkan. والرسحون فى العلم  artinya “dan orang-orang yang mendalami ilmunya”
e)      Mutasyabih dari segi syarat-syarat, sehingga suatu amalan itu tergantung gengan ada atau tidaknya syaratsyarat yang dibutuhkan. Misalnya ibadah dan nikah tidak dapat dilaksanakan jika didak cukup syaratnya.

Demikianlah ciri-ciri ayat mutasyabih yang dapat kami jelaskan. Dari sini setidaknya kita dapat memahami indikator-indikator ayat muhkam dan mutasyabih, seperti yang tertulis diawal tadi.
BAB III
PENUTUB

  1. KESIMPULAN

Dari uraian ayat-ayat muhkam dan mutasyabih di atas dapat dipahami bahwa ayat:
1.      Muhkam adalah ayat yang sudah jelas maksudnya ketika kita membacanya, sedangkan ayat mutasyabbih perlu ditakwilkan, dan setelah ditakwilkan barulah kita dapat memahami tentang maksud ayat-ayat itu.
2.      Ayat-ayat mutasyabbih adalah merupakan salah satu kajian dalam ilmu al qur’an yang para ‘ulama menilainya dengan alasannya masing-masing menjadi 2 macam yaitu pendapat salaf dan khalaf.
3.      Kita dapat mengatakan bahwa semua ayat al qur’an itu muhkam jika maksud muhkam disana adalah kuat dan kokoh, tetapi kita dapat pula mengatakan bahwa semua ayat itu adalah mutasyabbih jika maksud mutasyabbih itu adalah kesamaan ayat-ayatnya.

  1. DAFTAR PUSTAKA
Abu Anwar, Ulumul Quran, Jakarta: Amzah , 2005.
Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu Quqan, Bogor: Litera AntarNusa.



[1]  Manna khalil al-qatthan, studi ilmu quran, hlm.303
[2]  Abu Anwar, Ulumnul Quran,(Jakarta, Amzah,2005), hlm. 81
[3]  Manna’ Khalil Al-qathhan, Studi Ilmu Quran,(Bogor, Litera Antarnusa,). 306

0 Response to "MAKALAH MUHKAM DAN MUTASYABIH"

Post a Comment