RESUME FIQH LUGHOH



Nama   :
Makul  :Fiqh Lughoh
1.      Sejarah bahasa Arab
Bahasa Arab berasal dari bahasa Semit yang merupakan rumpun bahasa Afroasia. Walaupun seperti yang dikemukakan oleh Ali Abdul wahid wafi bahwasnya bahasa semit sendiri pada awalnya dituturkan menggunakan bahasa arab kuno (al arabiyyah al-qadimah).

Bahasa semit dibagi menjadi 2 (dua) wilayah, yaitu bahasa semit timur dan bahasa semit barat. Sedangkan bahasa semit barat sendiri juga dibagi menjadi utara dan selatan. Bahasa semit timur tersebut digunakan oleh orang-orang akadiah yang terbagi dalam bahasa babylonia dan bahasa assyuriah.
Sedangkan untuk yang bahasa semit barat yang utara digunakan oleh bahasa orang kaananit (utara dan selatan) dan bahasa aramik. Dan bahasa semit barat yang bagian selatan digunakan oleh bahasa eutopia dan juga bahasa arab. Bahasa Arab juga terpecah menjadi dua, yaitu bahasa arab selatan atau bahasa yaman kuno dan bahasa arab utara. Bahasa arab yang utara inilah yang digunakan oleh bangsa arab sampai hari ini.
Dalam perkembangannya, orang-orang samiyyah tentu pernah menetap di semenanjung arab, akan tetapi yang menjadi perdebatan adalah daerah atau wilayah pertama yang mereka tempati. Adapun di antara perbedaan tersebut ialah:
ü  Pendapat pertama seperti yang ada dalam bukunya Ali abdul wafi yang menyebutkan bahwa orang-orang samiyyah pertama kali menetap di tenggara semenanjung arab, tepatnya di Negara yaman. Pendapat ini dikemukakan oleh Ernest renan (perancis) dan Brockelmenn (jerman).
ü  Pendapat kedua menyebutkan bahwa awal kali orang-orang samiyyah menetap adalah di semenanjung arab. Pendapat ini dikemukakan pada tahun 1901 M setelah menemukan beberapa penemuan sejarah di Negara al-Sus.
ü  Pendapat yang ketiga menyebutkan bahwa awal mereka menetap adalah di selatan Negara Iraq. Hal ini juga telah disebutkan oleh Emil badi’ ya’qub dalam bukunya “fiqh al-lughah al-arabiyyah wa khoshoisuha”.
ü  Ada juga yang berpendapat bahwa mereka menempati Negara Habasyi atau utara Negara afrika. Pendapat ini berangkat dari adanya hubungan yang kuat antara bahasa semit dengan rumpun bahasa Hausa.
Dari beberapa pendapat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa wilayah-wilayah di atas masih di sekitar semenanjung arab. Dan dari semenanjung arab inilah orang-orang semit berpindah-pindah tempat mencari oasis dan memang sifat mereka yang sering berpindah-pindah tempat.
Seperti yang dikatakan di awl tadi bahwa bahasa orang-orang semit awalnya menggunakan bahasa arab kuno, karena awal mula wilayah yang mereka tempati adalah semenanjung arab yang kebanyakan berasal dari yaman.
2.      Bahasa Arab yang bersifat tauqifi dan istilahi
Perbedaan pendapat para ulama menegenai sifat dari bahasa Arab sampai saat ini memang masih sama kuat. Pendapat pertama yang menyebutkan bahwa bahasa Arab itu tauqifi, yaitu bahwa bahasa Arab berasal dari Allah, kemudian diilhamkan kepada nabi dan disebarkan kepada kaumnya sehingga berkembang sampai saat ini. Dan pendapat yang kedua menyebutkan bahwa sifat bahasa Arab istilahi, yaitu bahwa bahasa Arab muncul dari hasil olah pikir dan kebudayaan manusia yang disepakati besama.
Kedua pendapat tersebut memang terdengar masuk akal. Pendapat pertama walaupun terkesan agamis,  kita sebagai umat muslim tentunya juga mempercayai bahwa segala sesuatu itu datang dari Allah lewat perantara manusia. Juga disebutkan dalil yang memperkuat pendapat pertama, yaitu ayat al Qur’an yang menyebutkan bahwa Allah SWT telah menganugerahi nabi Adam semua nama-nama benda. Karena itulah bahasa arab merupakan anugrah dari Allah.
Pendapat kedua yang menyebutkan bahwa bahasa Arab merupakan hasil cipta manusia yang disepakati ini juga logis. Karena pada kenyataan yang ada, bahasa Arab dan bahasa-bahasa yang ada di dunia ini mengalami perkembangan. Sehingga muncul istilah-istilah baru. Jika bahasa Arab merupakan sebuah ilham, tentunya bahasa Arab sudah komplit sejak awal dan sifatnya statis.
Oleh karena itu, untuk menyikapi pendapat-pendapat itu kita menyimpulkan bahwa bahasa Arab pada awalnya merupakan tauqifi dari Allah dan selanjutnya mengalami perkembangan yang disepakati atau bersifat istilahi.

3.      Al-Qur’an yang didomonasi dengan dialek Quraisy dilihat dari sudut pandang geografis, bahasa, ekonomi, agama dan politik
Al-Qu’an sebagai kitab suci umat islam yang diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad SAW. sebagai pedoman hidup ini menggunakan bahasa Arab. Karena nabi Muhammad SAW. lahir dan menyebarkan agama islam di Jazirah arab. Walaupun bahasa arab mempunyai berbagai dialek, al-Qur’an lebih didominasi dengan dialek Quraisy. Selain karena nabi berasal dari kaum quraisy, juga ada beberapa factor yang melandasi mengapa al-Qur’an didominasi dengan dialek tersebut, antara lain:
ü  Segi Geografis
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa bangsa Arab terpisah menjadi berbagai kabilah yang menempati di wilayah padang pasir Arab, keadaan itulah yang memunculkan berbagai dialek bahasa Arab layaknya yang terjadi di negara Indonesia. Kemudian dari berbagai dialek itu muncul dialek yang paling tinggi untuk digunakan dalam komunikasi antar kabilah dan pembuatan syiir.
Dari sinilah dialek Quraisy menjadi dialek yang paling tinggi karena suku Quraisy merupakan suku yang sangat dihormati dan juga makkah dan daerah-daerah di sekitarnya merupakan tempat ibadah (ka’bah dan berhala) bagi kabilah-kabilah di Arab.
ü  Segi Bahasa
Dari segi bahasa, dialek Quraisy mengalami kebangkitan saat suku dari kabilah lain berdatangan di wilayah mereka dan terjadi pergaulan atau komunikasi di antara mereka. Hal itu menyebabkan dialek Quraisy mengalami penggemukan kosa kata dan ungkapan yang berbeda-beda. Karena itu, dalam dialek ini ditemukan sinonim, homonym maupun antonym yang bervariasi.
ü  Segi Ekonomi
Kebanyakan suku Quraisy menjalankan roda kehidupan mereka dengan berdagang. Mereka menjual dagangannya menyeberang gurun pasir ke negeri yaman dan syam (Syria). Dalam kesempatan itu, mereka tidak hanya menjual barang dagangan saja, akan tetapi juga memperkenalkan bahasa mereka. Keluarga-keluarga para pedagang besar atau saudagar Quraisy juga menjadi yang terkaya di Arabia.
Hal itulah yang menjadikan dialek Quraisy menjadi popular dan diterima dan dihomati di jazirah Arab.
ü  Segi Agama
Seperti yang diketahui bahwasanya wilayah makkah dan sekitarnya merupakan pusat peribadatan bangsa arab. Kawasan inilah yang menjadi pemukiman suku Quraisy. Kabilah-kabilah lain berkunjung ke situ untuk menjalankan ritual keagamaan mereka. Baik itu untuk berhaji atau menyembah berhala-berhala yang didirikan di sana.
Seringnya kedatangan kabilah-kabilah tersebut tentunya juga akan terjalin komunikasi diantara mereka.
ü  Segi Politik
Suku Quraisy sangat memanfaatkan wilayah mereka. selain menjadi pusat perekonomian dan keagamaan di arab, mereka juga memanfaatkannya di bidang politik. Misalnya dengan mengkawinkan suku mereka dengan suku dari kabilah-kabilah lain. Hal ini menjadikan kabilah Quraisy semakin kuat dan melebarkan bahasa mereka ke kabilah-kabilah lain.

Dengan alasan-alasan itulah mengapa al-Qur’an didominasi dengan dialek Quraisy. Karena memang dialek itulah yang menjadi dialek tertinggi dikalangan suku-suku bangsa Arab.

4.      Standar penilaian yang menyebutkan dialek Quraisy adalah yang paling fusha
Menurut Emil badi’ ya’qub, bahasa Arab fusha adalah bahasa yang digunakan dalam al-Qur’an, kodisi atau situasi resmi, penulisan puisi, prosa dan juga tulisan-tulisan ilmiah. Al-Qur’an, menurut Abu Hatim as-Sijistani dalam kitab “al-Itqaan diturunkan dalam dialek Qurraisy, Hudzail, Tamim, Azad, Hawazin< dan Sa’ad bin Abi Bakr. Dan dialek Quraisy merupakan dialek yang mendominasi dalam al-Qur’an, maka dialek inilah yang paling fusha.
Dialek Quraisy tentu tidak asal-asalan dipilih sebagai dialek yang paling fusha, karena itu bahasa fusha memiliki standar penilaiannya, antara lain:
ü  Waktu
Bahasa Arab fusha tidak akan berubah atau muni dari masa jahiliyah, datangnya islam sampai sekarang. Bahasa itu tidak akan terpengaruh dengan dialek dari luar.
ü  Tempat atau kabilah
Tempat atau kabilah menjadi salah satu standar yang ada dalam bahasa fusha. Semakin jauh kabilah dari bangsa non-Arab, maka dialeknya semakin fusha. Hal ini dikarenakan kabilah yang jauh dari bangsa non-Arab bahasanya belum tepengaruh oleh budaya luar.
ü  Kondisi kehidupan
Yang dimaksud dengan kondisi kehidupan di sini adalah semakin badui atau pelosok kehidupan yang dijalani suatu kabilah, maka bahasa yang digunakan juga semakin fusha.
Sebagian ahli berpendapat bahwa dialek Quraisy merupakan dialek yang paling fusha, dan dia merupakan dialek yang digunakan di semenanjung Arab sebelum datangnya islam.
Ibnu jinni berpendapat bahwa kabilah Quraisy merupakan dialek terfasih dari pada dialek ‘an’anah dari bani tamim yaitu dialek yang mengganti hamzah (ء) pada kata أن dengan  ع seperti أن أذهب menjadi عن أذهب , dialek kasykasyah dar bani Rabi’ah yang mengganti كاف مخاطب dengan شين seperti kata أخوك menjadi أخوش , dialek kaskasah dari bani Hawazan yang mengganti كاف مؤنث مخاطبة dengan سين seperti kata عليكِ menjadi عليس, dialek tadlja’ dari bani Qais yang merubah كاف dengan جيم seperti kata كعبة menjadi جعبة, dialek ‘ajrafiyyah dari bani Dhabbah yang mengkasrah huruf mudlara’ah seperti تِذهب dan dialek taltalah dari bani Bahara’.
Dari contoh bahasa Arab di atas kita bisa menyimpulkan dialek Quraisy merupakan dialek yang paling Fusha, Karena baik berdasarkan waktu, tempat ataupun kondisinya, dialek Quraisy masih murni sampai sekarang.


0 Response to "RESUME FIQH LUGHOH"

Post a Comment