MAKALAH FIKIH LUGHOH


BAB  I
PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang

Untuk memperdalam pengetahuan fiqh lughoh sebaiknya kita mempelajari tentang perkembangan bahasa arab dan kemunculannya, yang mana bahasa arab itu menjadi bagian dari rumpun bahasa besar yaitu bahasa semit. Bahasa Arab memiliki berbagai bagian dan dialek. Penulis membaginya menjadi 2 yaitu bahasa Arab selatan dan utara. Bahasa Arab selatan disebut juga bahasa Himyaria yang digunakan di Yaman dan Jazirah Arab tenggara dan terbagi menjadi 4 dialek; sabaiyyah, mainiyyah, hadlromiyyah, quthbaniyyah. Adapun bahasa Arab utara adalah bahasa Arab fusha yang hingga kini sampai masa mendatang lalu digunakan karena al-Quran turun menggunakannya. Bahasa ini terbagi menjadi 2 yaitu Arab Baidah dan Arab Baqiyah. Arab Baidah terkenal dengan 3 dialek yaitu Tsamud, Shofa dan Lihyan. Arab Baqiyah memiliki berbagai dialek dan yang paling unggul adalah dialek Quraisy karena dialek inilah yang digunakan dalam al-Quran.





1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana asal-usul kata Arab?
b. Bagaimana perbandingan antara bahasa Arab dengan bahasa-bahasa Semit yang lain?
c. Bagaimana pengertian bahasa Arab Utara dan bahasa Arab Selatan, serta bagaimana
pembagiannya?
d. Apa itu bahasa Arab Baidah?
e. Apa itu bahasa Arab Baqiyah?





BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Asal Mula Kata “Arab”

Di dalam kamus bahasa Arab, kata (عربي ) dan (أعربي ) memiliki arti yang berbeda. Kata pertama berarti penduduk perkotaan dan yang kedua berarti penduduk pedalaman. Menurut Israil Walingson, perbedaan ini baru ditemukan menjelang datangnya Islam. Pada awalnya kata (عرب ) tidak menunjukkan arti yang kita kenal sekarang, akan tetapi merupakan nama suatu kabilah yang berpindah dari satu daerah ke daerah yang lain mengikuti turunnya hujan dan tumbuh-tumbuhan (daerah yang subur). Lalu ketika bahasa yang ada di wilayah jazirah utara mulai menyebar dan mayoritas unsur-unsurnya berasal dari Arab, maka bahasa ini dinamakan dengan bahasa Arab.[1]


2.2. Perbandingan  Bahasa Arab dan Bahasa-Bahasa Semit
Bahasa Arab adalah bagian dari rumpun bahasa besar yang disebut dengan bahasa Semit (al-Lughah as-Samiyah). Yang pertama kali mencetuskan istilah ini adalah seorang orientalis yang bernama Schlozer. Bahasa Semit terbagi menjadi 2 yaitu; bagian timur dan barat. Adapun bahasa semit bagian barat terbagi menjadi 2 yaitu; barat daya dan barat laut.[2]
Para pakar linguistik Arab menemukan hubungan antara bahasa Arab dan bahasa-bahasa Semit yang lain. Imam Kholil bin Ahmad al-Farohidy menuliskan dalam kitabnya al-„Ain: ((anak cucu Kanan bin Sam bin Nuh yang sering disebut dengan Kanani berbicara dengan bahasa yang menyerupai bahasa Arab))
Bahasa Suryani memiliki alamat ta’rif yaitu fathah panjang yang terletak di akhir kata. Abu Abid al-Qosim bin Salam mengatakan bahwa: bahasa Arab memiliki berbagai macam tanda antara lain penulisan alif lam di awal kata dan adanya tanda irob seperti kata (الطور ) jika ditulis dalam bahasa Suryani adalah (طورا ).[3]


2.3. Bahasa Arab Selatan dan Utara serta Pembagiannya
Bahasa Arab merupakan cabang dari bahasa Semit bagian barat daya. Bahasa ini dibagi menjadi 2 yaitu; bagian selatan dan bagian utara.

1.        Bahasa Arab Selatan
Bahasa Arab selatan disebut juga bahasa Himyaria yang digunakan di Yaman dan Jazirah Arab Tenggara. Hal ini dibuktikan dengan adanya prasasti-prasasti yang ditemukan pada abad 12 SM dan abad 6 M.[4]
Para ulama menyebut Arab selatan dengan “Yaman Qodim” atau “Qahthan”, dan terkadang juga menyebutnya dengan “Sabaiyyah” yaitu salah satu dialek bahasa ini yang populer. Bahasa ini memiliki perbedaan runcing dengan Arab utara dari sisi qowaid nahwu, bunyi dan makna. Arab selatan memiliki 4 dialek yaitu mainiyyah, sabaiyyah, hadlromiyyah dan qathbaniyyah.[5]Adapun pengertiannya adalah sebagai berikut:

a)Ma’iniyyah adalah dialek yang dinisbatkan pada orang-orang Minens yang mendirikan kerajaan kuno di daerah Arab bagian selatan Yaman. Namun kerajaan ini tidak diketahui pasti kapan berdirinya. Hanya saja ada beberapa bukti yang mengatakan bahwa kerajaan ini didirikan sekitar abad 8 SM.
b) Sabaiyyah adalah dialek yang dinisbatkan pada orang-orang Saba yang mendirikan kerajaan di atas reruntuhan kerajaan Minens. Dan kota Maarib adalah ibu kota kerajaan Saba. Kerajaan ini berkuasa dalam waktu yang cukup lama. Selain itu ada pula prasasti-prasasti yang menguatkan bahwa dialek ini masih ada sampai pemerintahan Raja Habsyi I (antara 375 M – 400 M).
c). Hadlromiyyah adalah dialek yang dinisbatkan pada Hadramaut. Dulu dia adalah sebuah kerajaan besar, akan tetapi dia dikalahkan oleh kerajaan Saba.
d) Qatbaniyyah adalah dialek yang dinisbatkan pada Quataban yaitu sebuah kerajaan besar yag didirikan di daerah perbatasan yang terletak di utara Adn. Kerajaan ini musnah pada masa akhir abad 2 SM setelah peperangan yang berkobar dengan kerajaan Saba. Sehingga kerajaan Quataban bergabung dengan Saba yang telah mengalahkannya.
Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dialek Sabaiyyah unggul diantara dialek lain. Dia dapat merobohkan kerajaan Menans dan mengalahkan kerajaan Hadramaut serta Quataban. Dia pun masih berkuasa di negara Yaman kuno. Prasasti-prasati yang digunakan mayoritas menggunakan dialek Sabaiyyah yang terdapat di daerah Ula tepatnya di sebelah utara Hijaz. Khat yang digunakan dalam prasasti ini dikenal dengan khot musnad. Berikut contoh prasasti Sabaiyyah:

بمقم مراهيمو عشتر شرقرن واشمسهو والال تهمو وباخيل ومقيمت خمس                                                                
Artinya dalam bahasa Arab:
بمجد سيدتهم عشتروت المشرقة والهتهم الشموس وسائر الا لهة وبحول وقوة الخميس ( الجيش )    [6]                                             

2.       Bahasa Arab Utara

Bahasa Arab utara adalah bahasa yang digunakan di wilayah tengah jazirah Arab dan timur laut. Bahasa inilah yang biasa kita sebut dengan bahasa Arab fusha yang hingga kini sampai masa mendatang terus digunakan karena al-Quran turun menggunakannya.[7]
Bahasa ini lahir 2 abad sebelum datangnya Islam dan disebut juga dengan sastra Jahiliyyah. Para orientalis berusaha membaca prasasti-prasasti yang ditemukan di wilayah timur laut Jazirah Arab dan menyebutnya dengan bahasa Arab qodimah.[8]
 Bahasa Arab utara dibagi menjadi 2 yaitu; Arab Baidah dan Arab Baqiyah.

2.4   . Arab Baidah (Arab Prasasti)

Arab Baidah juga disebut dengan arobiyyah nuqusy (bahasa Arab prasasti). Istilah ini untuk menyebut dialek-dialek yang digunakan oleh suku Arab yang tinggal di wilayah utara Hijaz dekat dengan batas wilayah Arom tepatnya di daerah Taima, Hijr (kota Nabi Sholih), dan wilayah Ula yang berada di utara Hijaz. Dialek ini ditemukan dengan adanya prasasti yang ditemukan di jarak yang sangat luas yaitu antara Damaskus dan Ula dan mayoritas prasastinya ditemukan di daerah Hijr dan Subhi al-Shalih, Taima. Hasil dari penelitian prasasti menjelaskan bahwa orang-orang yang menggunakan dialek ini memisah dari Nejed dan Hijaz sehingga bahasa ini kehilangan unsur Arabnya dan mereka mencampurnya dengan peradaban Aram dan Nubthi. Bahkan mereka membuat sejarah prasasti tersebut dengan perang Nubthi, sejarah Bishri, peperangan Persi dan Romawi. Bahasa yang tertulis dalam prasasti ini mayoritas unsur dan karakteristiknya sesuai dengan Arab Baqiyah dalam bunyi, tata bahasa dan kosa kata. Akan tetapi keduanya juga memiliki perbedaan yang tak sedikit karena Arab baidah lebih dipengaruhi oleh bahasa Aram seperti pemberian tanda tarif. Arab baidah menggunakan huruf ha sedangkan Arab baqiyah menggunakan tanda al.[9]
 Dialek-dialek ini dibedakan menjadi 2 bagian yaitu: (a) yang sangat dipengaruhi oleh bahasa Aram dan (b) yang sedikit dipengaruhi oleh bahasa Aram dan lebih menyerupai bahasa Arab baqiyah.
. Dialek ini terbagi menjadi 3 kelompok yaitu prasasti Lihyan, prasasti Tsamud dan prasasti Shofa.[10]

                                                                                                


1) Dialek Tsamud
Mayoritas prasastinya merujuk pada abad 3 M dan 4 M. Prasati ini mencapai lebih dari 1.700 buah yang ditemukan di daerah Hijaz, Taima, Hijr, wilayah tenggara Ordan.[11]
Contoh penulisan:
 Prasasti Tsamudz
 م ن ت = ذين لقض بنت عبد مناة          ذ ن  ل ق ض ب ن ت
ترجمة:  ( هذا القبر لقيض بنت عبد مناة )              Kuburan itu milik laqidh binti abdu manah                                                                                        
            

2 ) Dialek Shofa
Yaitu dialek yang dinisbatkan pada daerah Shafa (sebelah tenggara Damaskus). Prasasti Shofa ditemukan di daerah yang berada di antara gunung Daruz dan bukit Shofa. Prasasti ini lebih dari 2000 buah dan ditulis antara abad 3 M sampai 6 M. Para orientalis mengerahkan usaha mereka untuk mengumpulkan dan memahami susunan abjad yang terdapat pada tulisan ini, akan tetapi mereka tetap tidak memahami maknanya. Lalu seorang orientalis yang bernama Enno Littmann mencoba mengumpulkan dan mempelajarinya dengan cermat dan teliti. Sehingga dia dapat memahami huruf abjad Shofawi dan pada tahun 1901, dia menulis sebuah buku menggunakan bahasa tersebut. Khoth Shofa sangat menyerupai khoth Tsamud, sehingga para ulama menganggap bahwa khoth ini adalah bagian dari khoth Tsamud. Prasasti ini merujuk pada abad 1-2 M.[12]
9) Dialek Lihyan
Adalah dialek yang dinisbatkan pada kabilah Lihyan yang tinggal di daerah „Ula, sebelah utara Hijaz sebelum Masehi. Prasasti-prasastinya banyak menyebutkan nama-nama raja Lihyan dan merujuk antara 200 SM dan 400 SM. Khat yang digunakan merupakan pecahan dari khat Musnad. Khat ini lebih bagus, halus dan lebih tertata dibandingkan dengan khat Tsamud dan Shofa.[13]
Tulisan prasasti Tsamud, Lihyan dan Shofa menyerupai tulisan bahasa Sabaiyyah dan Mainiyyah atau bisa disebut dengan bahasa Arab bagian selatan.
Bahasa ini biasanya ditulis dari arah kiri ke kanan dan tidak menggunakan tanda harokat dan huruf mad dan layyin, seperti kata (أنا ) ditulis (أف ) dan kata (زيد ) ditulis (زد ). Hal ini menyerupai tulisan Sabai dan Maini yang disebut khot musnad.[14]
Adapun tulisan Arab yang kita gunakan sekarang adalah bagian dari khoth Nubthi.[15]
Littmann meneliti bahwa jumlah huruf pada bahasa Shofa terdiri dari 28 huruf sebagaimana bahasa Arab. Sehingga dia berpendapat bahwa penulis bahasa ini berasal dari Arab.[16]
 Prasasti ini lebih menyerupai Arab Baqiyah dalam kosa kata, uslub, dan tata bahasanya padahal letak prasasti ini tidak jauh dari prasasti jenis pertama. Kelompok ini terdiri dari 3 prasasti yaitu prasasti Nemar, prasasti Zabad dan prasasti Hauran.[17]


2.5   . Arab Baqiyah

Bahasa ini adalah maksud dari kata “Arab” yang biasa diucapkan dan yang masih kita gunakan sampai saat ini. Bahasa ini lahir di negara Nejed dan Hijaz yang kemudian menyebar di berbagai wilayah dan melahirkan berbagai dialek di Hijaz, Nejed, Yaman, negara-negara Uni Emirat, Palestina, Ordon, Suria, Libanon, Iraq, Quwait, Mesir, Sudan dan lain sebagainya.[18] Dalam aturan bahasa, jika ada suatu bahasa yang tersebar di wilayah yang luas serta digunakan oleh mayoritas kelompok, maka bahasa tersebut dapat bertahan untuk waktu yang lama dan tidak akan bercabang menjadi berbagai dialek. Dan bahasa Arab tidak lepas dari aturan ini. Bahasa Arab terbagi menjadi beberapa dialek yang berbeda-beda dari segi bunyi, makna, tata bahasa dan kosa kata. Dan setiap kabilah memiliki karakteristik bahasa yang membedakannya dengan kabilah lain. Setiap kabilah mengenalkan bahasanya.
dengan perantara perdagangan, pertukaran pendapat, letaknya yang berdekatan dengan kabilah lain, interaksi ketika haji, di pasar dan lain-lain. Lalu terjadilah persaingan antara dialek yang ada dan dimenangkan dengan dialek Quraisy yang saat ini dikenal dengan bahasa Arab fusha. Dialek ini unggul diantara dialek-dialek lain dalam interaksi sosial dan sastranya. Sehingga semua orang Arab menggunakan dialek Quraisy untuk menyusun syair, pidato dan natsar.[19]
Bahasa  Arab fusha mulai tersebar sebelum datangnya Islam dan digunakan untuk kasidah-kasidah dan khutbah. Hanya saja bahasa ini tidak digunakan untuk komunikasi dan percakapan secara umum. Ketika al-Quran turun, dia mulai mengokohkan kedudukan bahasa ini dan turut berkontribusi dalam penyebaran, dan pengajarannya. Bahasa ini sebagai komunikasi bangsa Arab dalam mayoritas rutinitasnya seperti di pasar (beberapa pasar masyarakat Jahiliyyah antara lain adalah Ukadz, Majnah, Marbad, Dzu al-Majaz dan Khoibar), dalam peperangan, perdebatan sastra, syair, pidato dan sebagainya. Namun, sebagian kabilah masih menggunakan dialek-dialek yang berbeda ketika mereka berbicara dengan kabilahnya. Perbedaan ini dapat kita lihat dari perbedaan bunyi, makna kata, tata bahasa dan kosa katanya.[20]





























BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan

Jika kita lihat dari sisi sejarah, bahasa Arab termasuk dari rumpun besar yang disebut dengan bahasa Semit (al-Lughah as-Samiyah). Yang pertama kali mencetuskan istilah ini adalah seorang orientalis yang bernama Schlozer. Bahasa Semit terbagi menjadi 2 yaitu; bagian timur dan barat. Adapun bahasa semit bagian barat terbagi menjadi 2 yaitu; barat daya dan barat laut. Dalam lingkup ini, bahasa Arab adalah bagian barat daya dari rumpun semit.
Pada awalnya kata (عرب ) tidak menunjukkan arti yang kita kenal sekarang, akan tetapi merupakan nama suatu kabilah yang berpindah dari satu daerah ke daerah yang lain mengikuti turunnya hujan dan tumbuh-tumbuhan (daerah yang subur). Lalu ketika bahasa yang ada di wilayah jazirah utara mulai menyebar dan mayoritas unsur-unsurnya berasal dari Arab, maka bahasa ini dinamakan dengan bahasa Arab.
Bahasa ini dibagi menjadi 2 yaitu; bagian selatan dan bagian utara. Prasasti Arab selatan mulai ditemukan pada abad 12 SM dan abad 6 M dan memiliki 4 dialek yaitu mainiyyah, sabaiyyah, hadlromiyyah dan qathbaniyyah.
Bahasa Arab utara adalah bahasa yang kita sebut dengan Arab fusha yang hingga kini sampai masa mendatang terus digunakan karena al-Quran turun menggunakannya.
Bahasa ini lahir 2 abad sebelum datangnya Islam dan dibagi menjadi 2 yaitu; Arab Baidah dan Arab Baqiyah.
Arab Baidah juga disebut dengan arobiyyah nuqusy (bahasa Arab prasasti). Istilah ini untuk menyebut dialek-dialek yang digunakan oleh suku Arab yang tinggal di wilayah utara Hijaz dekat dengan batas wilayah Arom tepatnya di daerah Taima, Hijr (kota Nabi Sholih), dan wilayah Ula yang berada di utara Hijaz. Dia memiliki bermacam-macam dialek, antara lain; dialek Tsamud, dialek Shofa, dialek Lihyan.
Bahasa ini adalah maksud dari kata “Arab” yang biasa diucapkan dan yang masih kita gunakan sampai saat ini. Dia memiliki berbagai dialek, namun diantara mereka dialek Quraisy lah yang unggul diantara yang lain karena beberapa faktor salah satunya adalah bahasa inilah yang digunakan al-Quran ketika turun










Daftar Pustaka

Abd al-Tawwab, Ramdlan. 1999. Fushul fi Fiqh al-„Arabiyyah. Kairo: Maktabah al-Khonji.
Badi Yaqub, Emil. t th. Fiqh al-Lugah wa Khashaisuha. Bierut: Dar al-saqafah al-islamiyah.
al-Wafi, Ali Abd al-Wahid. 1962. Fiqh al-Lugah. Kairo: Lajnah al-Bayan al-„Arabiy
al-Shalih, Subhi. 1970. Dirasat fi Fiqh al-Lugah. Beirut: Dar al-„Alam li al-Malayin.



[1] Emil Badi’ Ya’qub, Fiqh Al-Lughoh Wa Khashaisuha, Beirut : Dar Al- Saqafah Al- Islamiyah,T.Th, Hlm: 116-117
[2] . Ramadlan „Abd al-Tawwab, Fushul fi Fiqh al-„Arabiyyah, Kairo: Maktabah al-Khonji, 1999, hlm: 25
[3] Ramadlan „Abd al-Tawwab, Fushul fi Fiqh al-„Arabiyyah ,Kairo : Maktabah al- Khonji,1999, hlm: 43
[4] Ramadlan „Abd al-Tawwab, Fushul fi Fiqh al-„Arabiyyah, Kairo: Maktabah al-Khonji, 1999, hlm: 34.
[5] Subhi al-Shalih, Dirasat fi Fiqh al-Lugah, Beirut: Dar al-„Alam li al-Malayin, 1970, hlm: 52 – 53.

[6] Subhi al-Shalih, , Dirasat fi Fiqh al-Lugah, Beirut: Dar al-„Alam li al-Malayin, 1970,  hlm: 54.
[7] Ramadlan „Abd al-Tawwab, Fushul fi Fiqh al-„Arabiyyah, Kairo: Maktabah al-Khonji, 1999, hlm: 34 35.
[8] Ramadlan „Abd al-Tawwab, Fushul fi Fiqh al-„Arabiyyah Kairo: Maktabah al-Khonji, 1999, , hlm: 51
[9] Ali Abd al-Wahid al-Wafi, Fiqh al-Lugah, Kairo: Lajnah al-Bayan al-„Arabiy, 1962, hlm: 79 – 80
[10] Emil Badi Yaqub, Fiqh al-Lugah wa Khashaisuha, , Beirut : Dar Al- Saqafah Al- Islamiyah,T.Th.., hlm: 118 119.
[11] . Subhi al-Shalih, Dirasat fi Fiqh al-Lugah Dar al-„Alam li al-Malayin, hlm: 55
[12] Subhi al-Shalih, Dirasat fi Fiqh al-Lugah Dar al-„Alam li al-Malayin,, hlm: 55-56
[13] Subhi al-Shalih, Dirasat fi Fiqh al-Lugah. Dar al-„Alam li al-Malayin, hlm: 56

[14] Ramadhan,Abd al-Tawwab, Fushul fi Fiqh al-„Arabiyyah, Kairo: Maktabah al-Khonji, 1999, hlm: 51.
[15] Emil Badi Yaqub, Fiqh al-Lugah wa Khashaisuha, , Beirut : Dar Al- Saqafah Al- Islamiyah,T.Th., hlm: 119
[16] Ramadlan „Abd al-Tawwab, Fushul fi Fiqh al-„Arabiyyah, Kairo: Maktabah al-Khonji, 1999, hlm: 52.
[17] . Ali Abd al-Wahid al-Wafi, Fiqh al-Lugah, Kairo: Lajnah al-Bayan al-„Arabiy, 1962,., hlm: 83
[18] Ali Abd al-Wahid al-Wafi, Fiqh al-Lugah , Kairo: Lajnah al-Bayan al-„Arabiy, 1962., hlm: 86.
[19] Ali Abd al-Wahid al-Wafi, Fiqh al-Lugah, , Kairo: Lajnah al-Bayan al-„Arabiy, 1962 ., hlm: 86 – 87.
[20] Emil Badi Yaqub, Fiqh al-Lugah wa Khashaisuha, , Beirut : Dar Al- Saqafah Al- Islamiyah,T.Th., hlm: 120 121.


0 Response to "MAKALAH FIKIH LUGHOH"

Post a Comment