MAKALAH ILMU BALAGHOH ILMU MAJAZ

 


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Seseorang dalam menyampaikan perasaan,gagasan dan pemikirannya mempunyai beberapa uslub dan cara yang berbeda-beda. Terkadang dia menggunakan kalimat haqiqi dan terkadang pula menggunakan kalimat majazi.

Dalam penggunaan kalimat majazi, seseorang harus memperhatikan beberapa faktor, salah satunya adalah hubungan atau persamaan antara makna haqiqi dan makna majazi.

Adapun contoh penggunaan kata majaz adalah:

فلم أر قبلي من مشى البحرنحوه          ولا رجلا قامت تعانقه الأسد

Tidak pernah aku lihat sebelumku orang yang didatangi oleh laut dengan berjalan  kaki, dan tidak juga orang yang dirangkul oleh singa

Kata “laut” dan “singa” bukanlah makna haqiqi. Hal ini dapat diketahui melalui konteks kalimat. Orang yang dermawan diserupakan dengan laut karena keduanya memiliki persamaan, yaitu suka memberi. Begitu juga orang yang pemberani diserupakan dengan singa.

 Hal ini sangat mempengaruhi pemahaman lawan bicaranya. Karena tujuan suatu komunikasi adalah menyampaikan suatu gagasan kepada orang lain. Sehingga pesan tersebut juga harus dapat difahami oleh lawan bicaranya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pembicara.

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Pengertian majaz

2.      Macam-macam majaz

3.      Manfaat majaz

 

C.    Tujuan

Memahami pengertian majaz, macam-macam dan manfaatnya serta dapat mengaplikasikannya dalam percakapan.

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Majaz

المجاز هو اللفظ المستعمل في غير ما وضع له لعلاقة مع قرينة مانعة من إرادة المعنى السابق.

Majaz adalah adalah lafadz yang di gunakan pada arti bukan semestinya karena ada hubungan beserta adanya qarinah (petunjuk) yang mencegah dari arti yang lalu (asli).[1]

Hubungan antara makna hakiki dan makna majazi itu kadang-kadang musyabahah (keserupaan) dan kadang- kadang lain dari itu (ghairu musyabahah). Dan qarinah itu ada kalanya lafdziyah dan adakalanya haliyah.[2]

B.     Macam-macam majaz

1.      Majaz isti’arah

الإستعارة من المجاز اللغوي , وهي تشبيه خدف أحد طرفيه, فعلاقتها المشابهة دائما

Isti’aroh adalah satu bagian dari majaz lughowi. Isti’aroh adalah tasybih yang dibuang salah satu thorf-nya. Oleh karena itu hubungan antara makna haqiqi dengan makna majazi adalah musyabahaah selamanya.

Isti’aroh  terbagi menjadi:

·         Ditinjau dari musyabbah bih

a)        Tashrihiyyah yaitu isti’aroh yang musyabbah bih-nya disebutkan. Contoh:  كتاب أنزلناه إليك لتخرج الناس من الظلمات إلى النّور

Kata  الظلماتdigunakan untuk makna kesesatan. Dan kata النّور digunakan untuk makna hidayah dan iman. Hubungan antara makna hakiki dan makna majazi adalah musyabahah. Qarinahnya adalah haliyah.

b)        Makniyyah yaitu isti’aroh yang musyabbah bih-nya dibuang.  Contoh: ربّ إنّي وهن العظم منّي واشتعل الرأس شيبا (مريم:4)

Kata الرأس (kepala) diserupakan dengan bahan bakar. Qarinahnya adalah menyandarkan kata “menyala” pada “kepala”

·         Ditinjau dari segi lafalnya

a)       Ashliyyah yaitu apabila kata benda yang dijadikan isti’aroh berupa isim jamid. Contoh: يا شمس الزّمان وبدره # وإن لامنى فيك السها والفراقداحبّك

Aku cinta kamu, wahai matahari dan bulan zaman ini, sekalipun bintang-bintang yang samar dan yang jauh mencaci-makiku karena menyukaimu.

b)       Taba’iyyah yaitu apabila lafadz yang dijadikan isti’aroh berupa isim musytaq atau fi’il (kata kerja).

Contoh:سكت  عن موسى الغضب أخذ الألواح  ولمّا

·         Ditinjau dari segi pengertian yang menghimpun keduanya

a)      Murasysyahah yaitu isti’arah yang disertai penyebutan kata-kata yang relevan dengan musyabbah bih. Contoh:

أولئك الذين اشتروا الضلالة بالهدى فما ربحت تجارتهم

b)       Mujarradah  isti’arah yang disertai dengan penyebutan kata yang relevan dengan musyabbah. Contoh:

فأذاقها الله لباس الجوع والخوف

c)      Muthlaqah  yaitu isti’arah yang tidak disertai penyebutan kata-kata yang relevan dengan musyabbah bih maupun musyabbah atau disebutkan kedua-duanya.  Contoh:

[3] وقد كتبت أيدى الربيع صحائفا        كأنّ سطور السرو حسنا سطورها

ينقضون عهد الله 

·         Ditinjau dari wajhu syabah

a)      Qaribah yaitu isti’arah yang mudah dimengerti sisi perpaduannya.

Contoh:  أسدا يخطب رأيت

b)      Gharibah yaitu isti’arah yang sulit dimengerti sisi perpaduannya.

Isti’arah gharibah dibagi menjadi beberapa bentuk, diantaranya:

§  Kedua ujungnya hissi dan wajhu syabahnya hissi

Contoh:فأخرج لهم عجلا جسدا له خوار

§  Semua ujungnya hissi dan wajhu syabahnya aqli(abstrak).

Contoh:وأية لهم الليل نسلخ منه النهار

§  Semua ujungnya hissi dan wajhu syabahnya berbeda(ikhtilaf).

Contoh:رأيت شمسا وأنت تريد إنسانا كالشمس

§  Semua ujungnya aqli(abstrak, dan wajhu syabahnyapun aqli.

Contoh:من بعثنا من مرقدنا

§  Musta’ar minhu hissi, dan musta’ar lah aqli. Sedangkan wajhu syabahnyapun aqli.

Contoh:فاصدع بما تؤمر

§  Musta’ar minhunya aqli, dan musta’ar lahnya hissi, sedankan wajhu syabahnya aqli.

§  Contoh:إنّا لمّا طغى الماء

·         Ditinjau dari kedua ujungnya

a)      Inadiyah yaitu yang kedua ujungnya tidak bisa bersatu sebab bertolak belakang (berlawanan), seperti mengisti’arahkan yang ma’dum pada yang maujud, orang yang mati kepada yang hidup, seperti: رأيت الميّت في المدرسة

Isti’arah inadiyah dibagi menjadi dua macam:

a.       Tamlihiyah (agar tampak lucu), seperti:أسدا في المسجد رأيت

b.      Tahakkumiyah ( mengolok-olok), seperti:  أسدا أي تريد جبّانا رأيت

b)      Wifaqiyah yaitu yang kedua ujungnya itu dapat bersatu, seperti pengisti’arahan penghidupan pada pemberian hidayah[4]. Seperti firman Allah:كان ميتا فأحييناه أومن

·         Isti’arah tamtsiliyah 

الإستعارة التمثيلية تركيب أستعمل في غير ما وضع له لعلاقة المشابهة مع قرينة من إرادة المعنى الأصلي                

Isti’arah tamtsiliyah adalah suatu susunan kalimat yang digunakan bukan pada makna aslinya karena ada hubungan keserupaan ( antara makna hakiki dan makna majazi) disertai adanya qarinah yang menghalangi pemahaman terhadap kalimat tersebut dengan maknanya yang asli. 

Contoh: أنت ترقم على الماء

"      engkau melukis dipermukaan air”. Kalimat ini disampaikan kepada orang yang menekuni suatu urusan yang tidak mungkin dapat ia capai dengan tuntas[5].

2.      Majaz mursal  

Majaz  mursal adalah:

الكلمة المستعملة قصدا في غير معناها الأصلي لملاحظة علاقة غير (المشابهة) مع قرينة دالة على عدم إرادة المعنى الوضعي.

“majaz mursal adalah kata yang digunakan bukan untuk maknanya yang asli karena adanya hubungan selain musyabahah, serta adanya qarinah yang menghalangi pemahaman dengan makna asli.”

Hubungan makna asli dan makna majazi dalam majaz mursal antara lain:

1.      As- sababiyah, yaitu menyebutkan sebab sedangkan yang dimaksud adalah musabbab.

Contoh:رعت الماشية الغيث, أي النبات

2.      Al- musabbabiyah, yaitu menyebutkan musabbab sedangkan yang dimaksud adalah sabab.

Contoh:(وينزّل لكم من السّماء رزقا) أي: المطر يسبّب الرزق

3.      Al-kulliyah, yaitu menyebutkan keseluruhan sedangkan yang dimaksud adalah sebagian.

Contoh:(يجعلون أصابعهم في اذانهم) أي أناملهم

4.      Al-juz’iyah, yaitu menyebutkan sebagian sedangkan yang dimaksud adalah seluruhnya.

Contoh: فرجعناك إلى أمّك كي تقرّعينها ولاتحزن

Kata yang bergaris bawah adalah majaz, karena yang dimaksud bukan hanya mata, tetapi manusia.

5.      I’tibaaru maa kaana,  menyebutkan hal yang terjadi sebelumnya namun yang dimaksudkan adalah hal yang akan terjadi.

Contoh:واتوا اليتامى أموا لهم

Kata yang bergaris bawah adalah majaz, karena Allah memerintah untuk memberikan harta itu pada anak yatim yang telah dewasa. Jadi, yang dimaksud adalah orang-orang yang justru telah meninggalkan usia yatimnya.

6.      I’tibaaru maa yakuunu, yaitu menyebutkan hal yang akan terjadi tapi yang dimaksud adalah hal yang telah terjadi.

Contoh:إنّك إن تذرهم يضلّوا عبادك ولا يلدوا إلا فاجرا كفارا

Kata yang bergaris bawah adalah majaz, karena anak yang baru dilahirkan itu tidak bisa melakukan maksiat dan tidak dapat berbuat kekufuran tetapi mungkin akan melakukan itu setelah masa kanak-kanak.

7.      Al- mahalliyah, yaitu menyebutkan tempat perbuatan tapi yang dimaksud adalah yang melakukan perbuatan itu

Contoh: فليدع نادية

Kata yang bergaris bawah adalah tempat berkumpul, akantetapi yang dimaksud adalah orang-orang yang berkumpul ditempat itu, baik keluarga maupun para pembantunya

8.      Al- haliyah, yaitu menyebutkan hal yang menempati suatu tempat namun yang dimaksud adalah tempatnya.

Contoh:ففي رحمة الله هم فيها خالدون, أي الجنّة

3.      Majaz ‘aqli

Majaz ‘aqli adalah:

 إسنادالفعل, أو ما في معناه (من أسم فاعل , أو إسم مفعول, أو مصدر)إلى غير ما هو له في الظاهر, من المتكلم, لغلاقة مع قرينة تمنع من أن يكون الإسناد إلى ما هو له.

“ menyandarkan fi’il atau kata yang menyerupainya (isim fa’il, maf’ul, atau masdar) pada yang tidak sebenarnya, secara dhohir mutakallim karena adanya hubungan dan disertai qarinah yang menghalangi dipahaminya sebagai penyandaran yang haqiqi.

Hubungan majaz aqli diantaranya:

1.         Penyandaran kepada waktu fi’il

Contoh: من سرّه زمن ساءته أزمان

Kejelekan dan kebaikan disandarkan pada zaman, padahal zaman bukanlah pelakunya.

2.         Penyandaran kepada tempat

Contoh:  وجعلنا الأنهار تجرى من تحتهم

Mengalir disandarkan kepada sungai, padahal yang dimaksud adalah airnya yang mengalir.

3.         Penyandaran kepada sebab

Contoh: بنت الحكومة كثيرا من المدارس

Pemerintah tidak membangun sekolah-sekolah dengan tangan mereka sendiri, tetapi mereka memerintah.

4.         Penyandaran kepada masdar

Contoh: سيذكرني قومي إذا جدّ جدّهم

Bersungguh-sungguh disandarkan pada kesungguhan, tetapi yang dimaksud adalah menyandarkan pada orang yang bersungguh-sungguh,

5.         Penyandaran isim mabni fa’il kepada maf’ulnya

Contoh: لاعاصم اليوم من أمر الله إلاّ من رّحم

Yang dimaksud adalah isim maf’ul yaitu معصوم

6.         Penyandaran isim mabni maf’ul kepada fa’ilnya

Contoh: لايؤمنون بالاخرة حجابا مستورا

 Yang dimaksud adalah isim fa’ilnya yaitu ساترا [6]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

v  Majaz adalah adalah lafadz yang di gunakan pada arti bukan semestinya karena ada hubungan beserta adanya qarinah (petunjuk) yang mencegah dari arti yang lalu (asli).

v  Macam-macam majaz:

1.      Majaz isti’arah

2.      Majaz mursal

3.      Majaz aqli

v  Macam-macam isti’arah:

a.       Ditinjau dari musyabbah bih: Tashrihiyyah dan  Makniyah

b.      Ditinjau dari segi lafal: asliyah dan taba’iyah

c.       Ditinjau dari segi pengertian yang menghimpun keduanya: murasyahah, mujarradah dan muthlaqah.

d.      Ditinjau dari wajhu syabah: qaribah dan gharibah.

e.       Ditinjau dari kedua ujungnya: inadiyah dan wifaqiyah.

f.        Isti’arah tamtsiliyah.

v  Macam- macam ‘alaqah majaz mursal: sababiyah, musababiyah, kulliyah ,juz’iyah, i’tibaaru maa kaana, i’tibaaru maa yakuunu, mahaliyah, dan haliyah.

v  Macam-macam hubungan majaz aqli:penyandaran kepadawaktu fi’il, tempat, masdar, sebab,isim mabni maf’ul kepada fa’ilnya,isim mabni fa’il kepada maf’ulnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Al-Hasyimi As-Sayyid Al-Marhum Ahmad, Jawahir Al-Balaghoh, Haromain

Akhdhori Imam, Jauharul Maknun, terjemahan: Abdul Qadir Hamid,(Surabaya, Al- Hidayah)

 

Al-Jarim Ali & Musthafa Amin, 2010, Al-Balaghatul Waadhihah,(Surabaya:Toko Kitab Al-Hidayah)

Dayyab Hifni bek,1991, Qowaid  AlLughoh Al Arabiyah,terjemahan: DRS.H. chatibul umam,(jakarta:Darul U lum)

 



[1] Hifni bek dayyab,1991, Qowaid  AlLughoh Al Arabiyah,terjemahan: DRS.H. chatibul umam,(jakarta:Darul U lum,hal:482-483)

[2] Ali Al-Jarim & Musthafa Amin, 2010, Al-Balaghatul Waadhihah, (Surabaya:Toko Kitab Al-Hidayah) hal: 71

[3] Ali Al-Jarim & Musthafa Amin, 2010, Al-Balaghatul Waadhihah,(Surabaya:Toko Kitab Al-Hidayah) hal:71-81

[4] Imam Akhdhori, Jauharul Maknun, terjemahan: Abdul Qadir Hamid,(Surabaya, Al- Hidayah) hal:178-179

[5] Ali Al-Jarim & Musthafa Amin, 2010, Al-Balaghatul Waadhihah,(Surabaya:Toko Kitab Al-Hidayah) hal:97-98

[6] As-Sayyid Al-Marhum Ahmad Al-Hasyimi, Jawahir Al-Balaghoh, Haromain, hal:292-296

0 Response to "MAKALAH ILMU BALAGHOH ILMU MAJAZ"

Post a Comment