LOGIKA
ARISTOTELES
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
matakuliah
LOGIKA
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
INSTITUT PESANTREN MATHALI’UL FALAH
SEMESTER 2
TAHUN
AKADEMIK 2015-2016
LOGIKA
ARISTOTELES
Oleh:
Biografi
Aristoteles
Aristoteles merupakan salah seorang
filosof yunani yang terkenal pada zaman Yunani kuno. Ia lahir di Stagira,
Macedonia pada tahun 384 SM. Ayahnya adalah seorang tabib kerajaan dan ahli
fisika. Di usianya yang ke-17 tahun, ia berguru pada Plato, seorang filosof
terkemuka pada masa itu. Plato memiliki sebuah akademi yang bernama akademi
Plato, di tempat itulah Aristoteles menetap selama dua puluh tahun, bahkan ia
juga diangkat sebagai guru di akademi Plato. Aristoteles berhasil menyerap ilmu
dari Plato dengan baik meskipun apa yang ia terima, ada beberapa yang bertentangan
dengan pendapatnya.
Tak lama setelah Plato meninggal
dunia, ia kembali ke kampung halamannya di Macedonia pada tahun 324 SM.
Aristoteles mengabdi pada keluarga kerajaan dengan mendidik putra raja pada
waktu itu, yaitu Alexander yang agung. Alexander inilah yang kemudian menjadi
salah satu penganut ajaran Aristoteles dan banyak mendapat pengaruh besar dari
filosof tersebut.
Setelah Alexander menjadi raja,
Aristoteles kembali ke Athena dan mendirikan sekolah yang dinamakan Lyceum.
Pada saat memimpin Lyceum, Aristoteles banyak memberikan sumbangan dalam
beberapa disiplin ilmu pengetahuan seperti pada bidang metafisika, fisika,
etika, politik, kedokteran, ilmu alam dan logika. Saat Alexander menjadi raja,
Aristoteles banyak mendapat bantuan dari Alexander dalam membiayai
eksperimen-eksperimennya. Hal itu sangat membantu Aristoteles dalam
mengembangkan ilmunya. Sayangnya setelah Alexander meninggal dunia, Aristoteles
tidak hanya kesulitan dalam hal suntikan dana, tapi juga mendapat tentangan
dari anti-Macedonia mengenai teori-teorinya. Kemudian Aristoteles diasingkan
sampai akhir hayatnya. Ia meninggal pada umur 62 tahun di tempat pengasingannya
pada tahun 322 SM.
Pemikiran
Aristoteles
Aristoteles
terkenal sebagai “Bapak Logika”.
Akan tetapi itu bukan
berarti bahwa sebelumnya tidak ada logika, sebab setiap uraian ilmu selalu berdasarkan
logika. Logika tidak lain dari berfikir secara teratur menurut urutan yang
tepat atau berhubungan dengan sebab-akibat. Para filosof
sebelum Aristoteles telah memepergunakan logika sebaik-baiknya.
Akan tetapi
Aristoteles yang pertama sekali melahirkan
cara berfikir yang teratur itu
dalam satu sistem.
Artinya, untuk
pertama kalinya dalam sejarah, Aristoteles memberikan suatu uraian
sistematis mengenai logika. Tidak
dapat disangkal bahwa logika
Aristoteles memainkan peran
yang sangat
penting dalam sejarah intelektual
umat manusia, termasuk umat islam. Sampai
saat ini buku rujukan dan pegangan logika tradisional (yang harus dibedakan
dengan logika modern) sebagian besar diisi oleh logika Aristoteles.
Selama 62 tahun
hidupnya, ia telah banyak mengemukakan banyak teori atau pemikirannya masih
diaplikasikan hingga saat ini. Tercatat
kurang lebih seratus tujuh puluh buku hasil tulisan Aristoteles, dimana dalam
buku-buku tersebut terkandung teori-teori buah pemikiran Aristoteles dalam
berbagai disiplin ilmu. Berikut beberapa pemikiran dari Aristoteles, diantaranya:
a)
Ilmu
alam
Dalam
ilmu alam, Aristoteles memberikan sumbangan beberapa teori. Berikut beberapa
kontribusi Aristoteles dalam ilmu alam:
Aristoteles
dikenal sebagai orang pertama yang mengumpulkan dan mengelompokkan
spesies-spesies dalam ilmu biologi secara sistematis.
Aristoteles
adalah orang yang pertama kali membuktikan bahwa bumi itu bulat. Ia membuktikan
hal tersebut dengan cara melihat gerhana.
Aristoteles
menulis tentang astronomi, zoologi, embryologi, geografi, geologi, fisika,
anatomi, physiologi, dan hampir tiap karyanya dikenal di masa Yunani purba
Aristoteles
menyampaikan teori yang bertentangan dengan Plato. Ia menyampaikan bahwa semua
benda bergerak menuju satu tujuan dan benda itu harus ada penggeraknya,yaitu
Theos (Tuhan). Teori yang disampaikan oleh Aristoteles ini mengandung unsur teleologis atau
ketuhanan.
b)
Filsafat
Sebagai
bapak ilmu pengetahuan sekaligus filusuf yang ternama pada masa itu,
Aristoteles banyak sekali mengemukakan teori-teori mengenai filsafat. Menurut
Aristoteles filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung
didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
Berikut
adalah teori-teori yang disampaikan oleh Aristoteles mengenai filsafat. Aristoteles
mengklasifikasikan filsafat menjadi beberapa bagian yaitu:
·
Logika
yaitu tentang bentuk susunan pikiran.
·
Filosofia
teoritika
·
Filosofia
praktika, tentang hidup kesusilaan (berbuat)
·
Filosofia
poetika/aktiva (pencipta)
Logika
Aristoteles
Silogisme merupakan pokok
yang paling utama
dan penting dalam logika
Aristoteles. Namun, tanpa memiliki
suatu pengetahuan tentang proposisi
dan konsep kita tidak
akan sampai pada silogisme. Karena itu, dalam logika Aristoteles
tidak ada silogisme tanpa
proposisi, sebagaimana tidak ada
proposisi tanpa konsep. Dengan
demikian, unsur-unsur logika Aristoteles terdiri atas tiga bagian. Pertama,
konsep atau pengertian (Arab: tashawwur). Kedua, proposisi atau
pernyataan (Arab: qadhiyah). Dan ketiga, silogisme atau penalaran
(Arab: qiyas‘aqly).
A.
Konsep/Defenisi
Konsep merupakan unsur dari proposisi atau keputusan. Karena
itu, sebelum kita sampai pembahasan proposisi, unsur-unsur akan diuraikan lebih
dahulu.
Konsep berasal dari bahasa latin, concipere, yang
artinya mencakup, mengandung, mengambil, menyedot, menangkap. Dari kata concipere
muncul kata benda conceptus yang berarti tangkapan. Kata konsep diambil dari
conceptus tersebut. Jadi konsep sebenarnya berarti “tangkapan” akalmanusia
apabila menangkap sesuatu, terwujud dengan membuat konsep. Buah atau hasil dari
tangkapan itu disebut “konsep.”
Dalam bahasa indonesia istilah konsep diterjemahkan dengan
istilah pengertian. Istilah pengertian mempunyai arti yang lebih luas
ketimbang konsep atau tangkapan. Karena it, disini akan digunakan istilah
konsep saja yang berpadanan dengan al-tashawwur dalam bahasa Arab.
Konsep adalah suatu
yang abstrak, yang dihasilkan suatu
pemikiran secara bersahaja,
tanpa
memberikan pernyataan yang positif atau
negatif. Sebagaimana
diketahui kegiatan akal pikiran pertama sekali adalah menangkap sesuatu
sebagaimana adanya. Hal ini terjadi dengan mengerti tentang sesuatu tersebut.
Mengerti berarti menangkap makna sesuatu. Makna sesuatu dapat dibentuk oleh akal
pikiran. Yang dibentuk itu adalah suatu gambaran yang ideal, atau suatu
‘konsep’ tentang sesuatu. Karena itu, konsep adalah suatu gambaran akal pikiran
yang abstrak, yang batiniah, tentang makna sesuatu.
Kalau kita hendak menunjukkannya, konsep itu harus diganti
dengan lambang. Lambang yang paling lazim ialah bahasa. Dalam logika yang
dimaksud dengan “bahasa” adalah suatu system bunyi-bunyi yang diartikulasikan dan
dihasilkan dengan alat-alat bicara atau system kata-kata yang tertulis sebagai
lambang dari kata-kata yang diucapkan. Jadi, di dalam bahasa, konsep itu lambangnya
berupa kata. Kata sebagai fungsi dari konsep disebut term. Artinya, kata-kata
itu hanya penting sebagai subjek atau prediket dalam suatu kalimat. Kalimat dalam
logika disebut proposisi. Jadi, proposisi adalah sebuah kalimat yang tersusun dari
term-term.
B.
Proposisi
1.
Pengertian Proposisi
Menurut Aristoteles,
proposisi
adalah semacam dari kalimat. Akan tetapi tidak semua kalimat
termasuk proposisi. Proposisi adalah kalimat berita
yang menyatakan pembenaran atau penyangkalan. Karena itu proposi mengandung sifat
benar atau salah. Adapun kalimat-kalimat seperti kalimat perintah, larangan,
pertanyaan seru, harapan, keinginan, doa, sumpah, pujian, selaan dan keheranan tidak
termasuk kalimat proposi.
Proposi merupakan pernyataan tentang hubungan yang terdapat diantara
dua term, yaitu term yang diterangkan, yang disebut subjek, dan term yang
menerangkan, yang disebut predikat. Jadi, antara subjek dan predikat selalu ada
hubungan pembenaran dan penyangkalan. Proposisi, “Ahmad adalah anak yatim”,
jika memang benar begitu, pernyataan proposisi itu benar, sebaliknya adalah salah
2.
Unsur-Unsur Proposisi
Satu proposisi mengandung
tiga unsur, yaitu subjek;
hal yang diterangkan, predikat; hal yang menerangkan, dan hal yang mengungkap hubungan antar subjek
dan predikat yang dinamai
copula; yang dalam bahasa inggris
disebut: to be (Arab: rabithah). Pada proposisi “manusia adalah mortal”, term “semua manusia” adalah bagian yang menjadi subjek, term
“mortal” adalah bagian yang menjadi predikat, dan “adalah” merupakan tanda yang
menyatakan hubungan antara subjek dan predikat, disebut copula.
Menurut logika tradisional, proposisi pasti terdiri dari
tiga unsur, yaitu subjek, predikat dan copula. Copula mesti ada dan fungsinya
menyatakan hubungan yang terdapat antara subjek dan predikat.
Hubungan yang dinyatakan oleh copula mungkin berupa
pembenaran (afirmasi), artinya copula menyatakan bahwa antara subjek dan
predikat memang sesungguhnya terdapat suatu hubungan dan mungkin pula copula
menyatakan penyangkalan, artinya copula menyatakan bahwa antara subjek dan
predikat tidak terdapat suatu hubunganapapun.
3.
Macam-macam Proposi
Dalam proposi,
predikat
dihubungkan dengan subjek. Kalau hubungan itu tanpa bergantung
kepada suatu syarat, proposinya dinamakan proposi kategoris (al-qadhiyah
al-hamliyah), misalnya, “semua manusia adalah mortal”. Kalau hubungan antara
subjek dan predikat itu berdasar kapada suatu syarat tertentu, proposinya disebut
proposi kondisional (al-qadhiyah al-syartiyah), misalnya, bila besi dipanaskan
ia akan memuai”.
C.
Silogisme
Menurut Bertrand Russell,
Aristoteles
telah memberikan pengaruh
yang amat besar
dalam berbagai ilmu pengetahuan. Dan pengaruhnya yang terbesar adalah dalam bidang
logika, lebih khusus lagi adalah
dalam bidang silogisme
(qiyas ‘aqly). Dua pembahasan terdahulu
-term dan proposisi-tidak lebih
kecuali hanya sebagai pendahuluan bagi silogisme. Sebab term dan proposisi
merupakan materi bagi silogisme. Maka dalam penilaian benar
atau salahnya suatu silogisme
sangat tergantung kepada penyusunan
materi-materi tersebut.
Akan tetapi silogisme merupakan
bagian dalam pembahasan penyimpulan (inferensi), maka pembahasan ini perlu
dimulai dari penyimpulan atau
inferensi tersebut.
1.
Pengertian Inferensi (al-Istidlal)
Inferensi atau penyimpulan
adalah proses mendapatkan suatu proposi yang ditarik dari suatu proposi
atau lebih. Sedangkan yang diperoleh mestilah
dibenarkan oleh proposisi atau
proposi-proposi tempat menariknya.
Proposi yang diperoleh ini disebut
konklusi (natijah), sedangkan proposisi
atau proposisi-proposisi tempat
pengambilan konklusi disebut premis
atau premis-premis.
Ini berarti bahwa
pemikiran kita berproses atau
bergerak dari suatu hal
ke hal yang lain, dari satu
proposi ke proposi
yang lainnya, dari
apa yang sudah diketahui ke
hal yang belum diketahui.
Pengetahuan yang telah diketahui merupakan pangkalan
dan pengetahuan yang baru diketahui
merupakan sesuatu yang muncul dari
pangkalan itu.
2.
Macam-macam Inferensi
Aristoteles membagi inferensi
menjadi tiga macam:
a.
Inferensisofistik
(al-istidlal al-sofistha’i), yaitu inferensi
yang berdasarkan
premis-premis yang salah.
b.
Inferensi dialektis (al-istidlal al-jadaly), yaitu inferensi
yang bersifat
umum tetapi tidak mesti
benar, karena ia hanya bersifat
perkiraan. Premis-premisnya mengandung kemungkinan
benar atau salah.
c.
Inferensi
demonstrative (al-istidlal al-burhany), yaitu inferensi yakin, karena ia terdiri atas premis-premis yang benar.
3.
Silogisme
Silogisme suatu bentuk
penarikan konklusinya secara deduktif
tak langsung, yang konklusinya ditarik
dari premis yang disediakan serentak.
Oleh karena itu,
silogisme adalah penarikan konklusi yang sifatnya deduktif, maka konklusinya tidak
dapat mempunyai sifat yang lebih umum dari premisnya. Berbeda dari penarikan konklusi
secara langsung yang konklusinya ditarik dari satu premis saja.
Dalam bukunya, Analitica Priora, Aristoteles menyebut penalaran
diduktif dengan silogisme. Ia menyusun buku tentang logika untuk menjelaskan
cara menarik kesimpulan (inference) secara valid. Logika Aristoteles didasarkan
pada susunan pikir (silogisme). Pada dasarnya silogisme terdiri tiga premis.
Pertama premis mayor, sebagai pernyataan pertama yang mengemukakan hal
umum yang telah diakui kebenarannya. Kedua, premis minor, sebagai
pernyataan kedua yang bersifat khusus dan lebih kecil lingkupnya dari premis
mayor. Ketiga, konklusi, atau kesimpulan yang ditarik berdasarkan kedua
premis tersebut. Dengan demikian, silogisme merupakan suatu bentuk jalan
pemikiran yang bersifat deduktif, yang kebenarannya bersifat pasti.Contoh:
·
Semua makhluk akan mati
·
Manusia termasuk makhluk
ð
Semua manusia akan mati
Kesimpulan yang diambil dari contoh
diatas, bahwa Semua makhluk akan mati adalah
sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan itu ditarik
secara logis dari dua
premis yang mendukungnya. Pertanyaannya apakah
kesimpulan itu benar, maka hal ini harus dikembalikan kepada kebenaran premis
yang mendahuluinya. Sekitar dua premis yang mendukung adalah benar. Mungkin
saja kesimpulan itu salah, meskipun kedua premisnya benar, sekiranya cara penarikan
kesimpulannya adalah tidak benar.
DAFTAR
PUSTAKA
Tim dosen filsafat ilmu
fakultas filsafat UGM, Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Pengetahuan, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, Cet.IV, 2007)
I Nyoman Kertayasa, “ Logika, Riset, dan Kebenaran”
dalam Widyatech Jurnal Sains dan
Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
https://id.wikipedia.org/wiki/Aristoteles, diaksespada 24/5/2016 pukul 13.18
http://astia9999.blogspot.co.id/2009/01/logika-aristoteles.html, diaksespada24/5/2016 pukul 1.58
0 Response to "MAKALAH LOGIKA ARISTOTELES"
Post a Comment